1. PENDAHULUAN
1.1
Pengantar
·
Gill net sering diterjemahkan dengan “jaring
insang”, “jaring rahang”, dan lain sebagainya. Istilah “gill net” didasarkan
pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap “gilled-terjerat” pada sekitar
operculum nya pada mata jaring. Gill net dioperasikan dimana kedudukan jaring
pada fishing ground direntangkan pada permukaan maupun dasar laut, yang disesuaikan
dengan ikan swimming layer ikan
target.
·
Dalam bahasa Jepang gill net disebut dengan
istilah “sasi ami”, yang berdasarkan
pemikiran bahwa tertangkapnya ikan-ikan pada gill net ialah dengan proses bahwa
ikan-ikan tersebut “menusukkan diri-sasu” pada “jaring-ami”. Di Indonesia
penamaan gill net ini beraneka ragam, ada yang menyebutkan nya berdasarkan
jenis ikan yang tertangkap (jaring kuro, jaring udang dsb nya), ada pula yang
disertai dengan nama tempat (jaring udang Bayeman), dan lain sebagainya.
Tertangkapnya ikan ikan-ikan dengan gill net ialah dengan cara bahwa ikan-ikan
tersebut terjerat (gilled) pada mata jaring atupun terbelit-belit (entangled) pada
tubuh jaring.
·
Semakin berkembangnya usaha penangkapan ikan,
maka berkembang pula bentuk macam alat penangkap ikan yang makin maju ke arah
spesifikasi. Gill Net merupakan salah satu jenis yang banyak digunakan oleh
nelayan dan usaha penangkapan ikan karena merupakan alat tangkap yang selektif
dibanding alat tangkap lainnya. Setelah dikeluarkannya Keppres No. 39 Tahun
1980 Tentang Pelarangan Penggunaan Alat Tangkap Trawl, maka semakin banyak alat
tangkap lain yang digunakan oleh nelayan tradisional, salah satunya alat
tangkap jenis Bottom Gill Net.
·
Prinsip menangkap ikan dengan gillnet adalah
dengan membiarkan ikan secara pasif untuk melewati jaring gillnet yang
terbentang. Sehingga dapat dikatakan alat tangkap ini merupakan alat tangkap
pasif yang sangat bergantung pada pergerakan ikan target. Fungsi mata jaring
dan jaring adalah sebagai penjerat ikan dinding penghadang, dan bukan sebagai dinding
penghadang seperti pada alat tangkap purse seine.
·
Prospektif gill net dasar
atau bottom gill net di Indonesia sangat baik, hal ini dikarenakan secara
kuantitatif, jumlahnya cukup besar di Indonesia. Hal-hal yang mempengaruhi
besarnya bottom gill net secara kuantitatif di Indonesia:
(a) Bahan dasar (material) pembuatan bottom gill net mudah diperoleh;
(b) Proses pembuatan bottom gill net mudah
(c) Harganya relatif murah
(d) Fishing method dari bottom gill net mudah
(e) Biaya
relatif murah sehingga dapat dimilliki oleh siapa saja.
·
Jaring insang termasuk alat
tangkap potensial. Terutama jika materialnya adalah monofilamen karena benangnya
sangat licin sehingga bila ada kotoran yang menempel mudah dibersihkan , maka
jaring mudah membuka. Selain itu alat tangkap ini bersifat selektif yaitu besar
mata jaring dapat disesuaikan dengan ukuran ikan yang akan ditangkap, sehingga
alat tangkap ini sering dijadikan standart perhitungan selektivitas alat
tangkap yang lainnya.
·
Sasaran
akhir yang dituju dalam studi gillnet adalah pengungkapan dan pemahaman pengoperasian salah satu alat tangkap
yang terbuat dari jaring yang akan mengarah pada selektivitas alat tangkap. Ini adalah
landasan dasar dari upaya optimalisasi penguasaan materi tentang efektivitas dan keramahan
pengoperasian suatu alat tangkap.
1.2
Tujuan Penguasaan materi dalam modul ini,
yang dirancang sebagai landasan untuk memahami metode
penangkapan ikan, akan dapat · Menjelaskan
pengertian alat tangkap gill net dalam menunjang metode
penangkapan ikan · Menjelaskan
metode pengoperasian alat tangkap gillnet dalam proses
penangkapan ikan |
1.3 Definisi
· Gill Net berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung,
pemberat ris atas, ris bawah (kadang tanpa ris bawah). Seluruh mata jaring sama
ukurannya,lebar jaringnya lebih pendek dibanding panjangnya. Pada
lembaran-lembaran jaring, pada bagian atas diletakkan pelampung (pelampung) dan
pada bagian bawah dilekatkan pemberat (pemberat). Pada kedua ujung jaring diikatkan jangkar,
sehingga letak jaring telah tertentu. Posisi jaring dapat diperkirakan pada pelampung
berbendera / bertanda yang dilekatkan pada kedua bagian ujung
jaring, tetapi tidak dapat diketahui baik buruknya rentangan jaring itu
sendiri, karena letaknya di dasar laut.
· Besar mata jaring pada alat tangkap gillnet bervariasi, disesuaikan dengan
sasaran yang akan ditangkap (selektif) seperti untuk ikan , udang. Jaring ini
terdiri dari satuan–satuan jaring disebut tinting / piece. Dalam operasi penangkapannya
terdiri dari beberapa tinting yang digabung menjadi satu unit yang panjangnya
(300 – 500 m). Ikan –ikan yang ditangkap
gill net umumnya tersangkut/ terjerat (gilled) pada tutup insangnya, jika
ikannya besar maka akan terpuntal / terbelit – belit (entangled) pada tubuh
jaring.
· Menurut FAO (Nedelec & Prado, 1990) gillnet merupakan jaring
berdinding tunggal dengan ukuran bukaan mata jaring yang ukurannya disesuaikan
dengan ukuran ikan yang menjadi target spesies. Alat tangkap ini merupakan alat
tangkap pasif namun ikan-ikan dapat digiring menujunya. Jaring dapat digunakan
secara tunggal atau dalam satuan jumlah besar (fleets).
· Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. 06/MEN/2010,
gillnet atau kelompok jaring insang merupakan kelompok jaring yang berbentuk
empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas
dan talu ris bwah untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan cara
terjerat dan/atau terpuntal dioperasikan di permukaan, pertengahan dan dasar
secara menetap, hanyut dan melingkar dengan tujuan menangkap ikan pelagis dan
demersal (SNI 7277.8: 2008)
1.4 Klasifikasi
·
Menurut FAO (Nedelec &
Prado, 1990), gillnet diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu:
a.
Set gillnets (dioperasikan
di dasar laut, kadang dihanyutkan.
b.
Driftnets (dengan atau tanpa
kapal motor)
c.
Dragged gillnets
d.
Encircling gillnets (ikan
diarahkan menuju jaring, umumnya menggunakan rangsangan bunyi).
·
Menurut Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan RI No. 06/MEN/2010, gillnet atau jaring insang
diklasifikasikan menjadi:
a.
Jaring insang tetap (set
gillnets (anchored)) atau Jaring Liong Bun
b.
Jaring insang tetap (set
gillnets (anchored)) atau Jaring Liong Bun
c.
Jaring insang hanyut
(Driftnets) atau jaring gillnet oseanik
d.
Jaring insang lingkar (Encircling gillnets)
Gambar 4.
Encircling gillnets (Jaring insang lingkar)
d. Jaring
insang berpancang (Fixed gillnets on stakes)
e. Jaring
insang berlapis (trammel nets) atau jaring klitik
f.
Combined gillnets – trammel nets
· Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan . No. PER.08/MEN/2008 Kegiatan penangkapan
ikan di perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) dapat dilakukan dengan
menggunakan 2 jenis jaring insang:
a.
Jaring insang hanyut (drift gillnets)
b.
Jaring insang tetap (set gillnets)
1.5 Persyaratan bahan
gillnets
v Persyaratan
Bahan
dari gill net harus mempunyai daya tampak sekecil mungkin dalam air, terutama
sekali untuk penangkapan di siang hari pada air jernih. Serat jaring juga harus
sehalus dan selunak mungkin untuk mengurangi daya penginderaan dengan organ
side line. Serat jaring yang lebih tipis juga kurang terlihat. Sebaliknya bahan
harus cukup kuat untuk menahan rontaan ikan yaang tertangkap dan dalam upayanya
untuk membebaskan diri.
Selain
itu diperlukan kemuluran dan elastisitas yang tepat untuk menahan ikan yang
terjerat atau terpuntal sewaktu alat dalam air atau sewaktu penarikan keatas
kapal tetapi tidak menyulitkan sewaktu ikan itu diambil dari jaring. Bahan yang
daya mulurnya tinggi untuk beban kecil tidak sesuai untuk gull net karena
ukuran ikan yang terjerat pada insang tergantung pada ukuran mata jaring.
Jaring perlu memiliki kekuatan simpul yang stabil dan ukuran mata jaring tidak
boleh dipengaruhi air.
v Macam dan
Ukuran benang
PA
continous filament adalah bahan yang paling lunak dari semua bahan sintetis
dalam kondisi basah, warna putih mengkilat yang alami adalah jauh lebih
terlihat dalam air jernih. Warna hijau, biru, abu-abu dan kecoklatan merupakan
warna-warna yang nampak digunakan paling umum pada perikanan komersial.
Sebab
banyaknya macam dari gill net sesuai dengan ukuran, ukuran mata jaring, jenis
ikan, pola operasi, kondisi penangkapan, dll tidak mungkin memberi rekomendasi
yang menyeluruh untuk seleksi bahan jaring. Semua nilai R tex adalah nominal
dan berkenaan dengan netting yarn yang belum diselup dan belum diolah.
v Warna
Jaring
Warna
jaring yang dimaksudkan disini adalah terutama dari jaring. Warna pelampung, tali,
pemberat dan lain-lain diabaikan, mengingat bahwa bagian terbesar dari gill net
adalah jaring. Pada synthetic fibres, perawatan jaring dalam bentuk pencelupan
telah tidak diperlukan, kemudian pula warna dari pilinan dapat dibuat
sekehendak hati, yang dengan demikian kemungkinan mengusahakan warna jaring
untuk memperbesar kemampuan menangkap akan dapat lebih ditingkatkan. Dengan
perkataan lain, warna jaring yang sesuai untuk tujuan menangkap jenis-jenis
ikan yang menjadi tujuan dapat diusahakan.
Warna
jaring dalam air akan dipengaruhi oleh faktor-faktor kedalaman perairan,
transparansi, sinar matahari, sinar bulan dan lain-lain faktor, dan pula
sesuatu warna akan mempunyai perbedaan derajat “terlihat” oleh ikan –ikan yang
berbeda-beda. Karena tertangkapnya ikan-ikan pada gill net ini ialah dengan
cara gilled (terjerat) dan entangled (terpuntal), yang kedua-duanya ini barulah
akan terjadi jika ikan tersebut menubruk atau menerobos jaring, maka hendaklah
diusahakan bahwa efek jaring sebagai penghadang, sekecil mungkin.
2. Jaring insang hanyut
(Drift gillnets)
Karakteristik Menurut Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan RI No. PER.08/MEN/2008 tentang penggunaan alat
penangkapan ikan jaring insang (gillnets) di zona ekonomi eksklusif
Indonesia, jaring insang hanyut adalah jaring insang yang memiliki daya apung
lebih besar daripada daya tenggelamnya, dan dioperasikan dengan cara
dihanyutkan di suatu di permukaan dan atau pertengahan perairan. Bahan
dan Spesifikasinya Berikut adalah gambar teknis Jaring insang hanyut
(Drift gillnets) berdasarkan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan RI No. PER.08/MEN/2008: 1. Komponen
utama jaring insang hanyut (drift gillnet) terdiri dari: a.
Jaring berbentuk empat persegi panjang; b. Memiliki tali ris atas (seutas tali yang dipergunakan untuk
menggantungkan badan jaring) dengan dan/atau tanpa tali ris bawah; c. Pada tali ris atas dilengkapi pelampung
(sesuatu benda yang mempunyai daya apung dan dipasang pada jaring bagian atas
dan berfungsi sebagai pengapung jaring); d. Pada bagian tali ris bawah (seutas tali
yang dipergunakan untuk membatasi gerakan jaring ke bawah) dilengkapi dengan
dan/atau tanpa pemberat (benda yang mempunyai daya tenggelam dan dipasang di
jaring bagian bawah, berfungsi sebagai penenggelam jaring) 2. Panjang jaring
insang hanyut tidak lebih dari 10000 meter 3. Lebar jaring (mesh depth) jaring insang hanyut
tidak lebih dari 30 meter 4. Ukuran mata
jaring (mesh size) jaring insang
hanyut tidak kurang dari 10 cm. Hasil
tangkapan Alat tangkap ini menangkap ikan-ikan pelagis yang
berenang secara bergerombol maupun
satu persatu. Jenis ikan yang tertangkap antara lain kembung, layang, lemuru, tongkol, herring, cod, flat
fish, halibut, mackarel, yellow tail, sea bream, udang, lobster, dll. Jenis-jenis
ikan seperti cucut, tuna, yang mempunyai tubuh sangat besar sehingga tak
mungkin terjerat pada mata jaring ataupun ikan-ikan seperti flat fish yang
mempunyai tubuh gepeng lebar, yang bentuk tubuhnya sukar terjerat pada mata
jaring, ikan-ikan seperti ini akan tertangkap dengan cara terbelit-belit
(entangled). Daerah
Penangkapan Jaring insang
hanyut dapat dioperasikan pada fishing
ground dengan kondisi sebagai berikut: a.
Permukaan laut yang tenang b.
Jumlah ikan yang berlimpah dan bergerombol
di permukaan/pertengahan perairan c.
Kondisi cuaca di perairan bagus 3. Jaring insang tetap (Set gillnets) Karakteristik Menurut Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan RI No. PER.08/MEN/2008 tentang penggunaan alat
penangkapan ikan jaring insang (gillnets) di zona ekonomi eksklusif
Indonesia, jaring insang tetap adalah jaring insang yang dilengkapi jangkar,
dan dioperasikan secara menetap di suatu perairan. Bahan
dan Spesifikasinya Berikut adalah gambar teknis Jaring insang tetap (Set
gillnets) berdasarkan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan RI No. PER.08/MEN/2008: 1. Komponen utama jaring insang tetap (set gillnet)
terdiri dari: a. Jaring berbentuk
empat persegi panjang; b. Memiliki
tali ris atas dengan dan/atau tanpa tali ris bawah c. Pada
tali ris atas dilengkapi dengan pelampung; d. Pada
bagian tali ris bawah dilengkapi dengan dan/atau tanpa pemberat 2. Panjang jaring
insang tetap tidak lebih dari 10000 meter 3. Lebar jaring
insang tetap tidak lebih dari 30 meter 4. Ukuran mata
jaring insang tetap tidak kurang dari 20 cm. Hasil
tangkapan Alat tangkap gill net dasar monofilament ini menangkap
ikan-ikan dasar / demersal / bottom fish yang berenang secara
bergerombol maupun satu persatu. Jenis
ikan yang tertangkap antara lain manyung, herring,
cod, flat fish, halibut, mackarel, yellow tail, sea bream, udang, lobster,
dll. Pada umumnya sifat dari ikan-ikan dasar antara lain pergerakannnya
lamban, biasanya menempati daerah dasar laut, meskipun ada beberapa jenis
diantaranya berada di lapisan yang lebih atas. Daerah
Penangkapan Pada umumnya yang menjadi fishing ground dari gill net
dasar ini adalah pantai, teluk, muara sungai. Daerah penangkapan yang baik
untuk penangkapan ikan dengan menggunakan gill net dasar adalah bukan daerah
pelayaran umum dan dasar perairan yang tidak berkarang. 4. Alat Bantu Penangkapan Alat bantu penangkapan merupakan faktor penting untuk
mengumpulkan ikan pada suatu tempat yang kemudian dilakukan operasi
penangkapan. Alat bantu yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan dengan
menggunakan bottom gill net adalah v LAMPU /
LIGHT FISHING Kegunaan lampu
untuk alat penangkapan adalah untuk mengumpulkan kawanan ikan kemudian
melakukan operasi penangkapan dengan menggunakan gill net. Jenis-jenis lampu
yang digunakan bermacam-macam antara lain : - Ancor / obor - Lampu petromak / starmking - Lampu listrk ( penggunaannya masih terbetas
) Faktor yang paling
berpengaruh dalam penggunaan lampu adalah kekuatan cahaya lampu yang
digunakan, selain itu juga ada beberapa faktor lain : o
Kecerahan : Jika kecerahan kecil, berarti
banyak partikel-partikel dalam air maka pembiasan cahaya terserap dan
akhirnya tidak menarik perhatian dari ikan yang ada disekitarnya. Jadi
kecerahan menentukan kekuatan lampu. o
Gelombang, angin, arus : Akan mempengaruhi
kedudukan lampu. Adanya faktor-fakttor itu menyebabkan kondisi sinar yang
semula lurus menjadi bengkok. o
Sinar bulan : Pada waktu bulan purnama
sukar sekali mengadakan penangkapan menggunakan lampu karena cahaya terbagi
rata, sadangkan penangkapan menggunakan lampu diperlukan keadaan gelap agar cahaya lampu terbias sempurna dalam
air. v PAYAOS
atau rumpon laut dalam Payaos merupakan
rumpon laut dalam yang berperan dalam pengumpulan ikan pada tempat tertentu
dan dilakukan operasi penangkapan. Payaos pelampungnya terdiri dari 60-100
batang bambu yang disusun dan diikat menjadi satu sehingga membentuk rakit
(raft), selain dari bambu pelampung juga terbuat dari alumunium. Tali
pemberat (tali yang menghubungkan antara pelampung dan pemberat) mencapai
1000-1500 m, terbuat dari puntalan rotan, bahan syntetik seperti
polyethylene, nylon, polyester, polypropylene. Sedangkan pemberat berkisar
1000-3500 kg yang terbuat dari batu dimasukkan dalam keranjang rotan dan
cor-coran semen. Dan untuk rumbai-rumbainya digunakan daun nyiur dan bekas
tali polyethylene dan ban bekas. 5. Teknik Penangkapan (Setting
and Hauling) § Setting Pada
saat melakukan setting, kapal diarahkan ke tengah kemudian dilakukan
pemasangan jaring insang oleh Anak Buah Kapal (ABK). Jaring dipasang tegak
lurus terhadap arus sehingga nantinya akan
dapat menghadang gerombolan ikan yang sebelumnya telah dipasangi
rumpon, dan gerombolan ikan tertarik
lalu mengumpul di sekitar rumpon maupun light fishing dan akhirnya tertangkap
karena terjerat pada bagian operculum
(penutup insang) atau dengan cara terpuntal. § Hauling Setelah
dilakukan setting dan ikan yang telah terkumpul dirasa sudah cukup banyak,
maka dilakukan hauling dengan menarik jaring dari dasar perairan ke permukaan
( jaring ditarik keatas kapal ). Lama penarikan jaring ditentukan oleh
banyaknya hasil tangkapan yang diperoleh. Waktu penangkapan ikan dengan
menggunakan alat tangkap ini umumnya dilakukan pada waktu malam hari terutama
pada waktu bulan gelap. Setelah semua
hasil tangkap dan jaring ditarik ke atas kemudian baru dilakukan kegiatan penyortiran. 5. Hal-hal yang
mempengaruhi keberhasilan penangkapan 1.
Bahan
Jaring Supaya ikan mudah dapat terjerat
pada mata jaring, maka bahan jaring harus dibuat sebaik mungkin. Bahan atau pilinan
yang paling banyak digunakan adalah yang terbuat dari syntetis. Pilinan yang
digunakan adalah cotton, hennep, linen, amylan, nylon, kremona, dan lain-lain
sebagainya, dimana pilinan ini mempunyai serat yang lembut. Bahan-bahan dari
manila hennep, sisal, jerami dan lain-lain yang serat-nya keras tidak
digunakan. Untuk mendapatkan pilinan yang lembut, ditempuh cara yang antara
lain dengan memperkecil diameter pilinan ataupun jumlah pilin per-satuan
panjang dikurangi, ataupun bahan-bahan celup pemberi warna ditiadakan. 2.
Ketegangan
rentangan tubuh jaring Yang dimaksud rentangan disini ialah
baik rentangan ke arah lebar demikian pula rentangan ke arah panjang.
Ketegangan rentangan ini, akan mengakibatkan terjadinya tension baik pada pelampung
line ataupun pada tubuh jaring. Dengan perkataan lain, jika jaring direntang
terlalu tegang maka ikan akan sukar terjerat, dan ikan yang telah terjeratpun
akan mudah lepas. Ketegangan rentangan tubuh jaring akan ditentukan terutama
oleh bouyancy dari pelampung, berat tubuh jaring, tali temali, sinking force
dari pemberat dan juga shortening yang digunakan. 3.
Shortening
atau shrinkage Supaya ikan-ikan mudah terjerat
(gilled) pada mata jaring dan juga supaya ikan-ikan tersebut setelah sekali
terjerat pada jaring tidak akan mudah terlepas, maka pada jaring perlulah
diberikan shortening yang cukup. 4.
Tinggi
Jaring Yang dimaksud dengan istilah tinggi
jaring disini ialah jarak antara pelampung line ke pemberat line pada saat
jaring tersebut terpasang di perairan. Jenis jaring yang tertangkapnya ikan
secara gilled, lebih lebar jika dibandingkan dengan jaring yang tertangkapnya
ikan secara entangled. Hal ini tergantung pada swimming layer dari pada
jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan. 5.
Mesh
size Dari
percobaan-percobaan terdapat kecenderungan bahwa sesuatu mesh size
mempunyai sifat untuk menjerat ikan hanya pada ikan-ikan yang besarnya
tertentu batas-batasnya. Dengan perkataan lain, gill net akan bersikap selektif
terhadap besar ukuran dari catch yang diperoleh. Oleh sebab itu untuk
mendapatkan catch yang besar jumlahnya pada pada suatu fishing ground,
hendaklah mesh size disesuaikan besarnya dengan besar badan ikan yang
jumlahnya terbanyak pada fishing ground tersebut. Penulis Ledhyane Ika Harlyan, S.Pi, M.Sc Agrobisnis Perikanan, FPIK Universitas Brawijaya
Publisher Gery Purnomo Aji Sutrisno FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015 DAFTAR PUSTAKA Anonymous,1976, Fisherman’s Manual, World Fishing, England. __________,1975, FAO
Catalogue of Smail Scale Fishing Gier, FAO of
UN. Ayodyoa, A.U.,
1972, Kapal Perikanan, Fakultas
Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. ___________, 1975, Fishing Methods Diktat Kuliah Ilmu Tekhnik
Penangkapan Ikan, Bagian
Penangkapan Fakultas Perikanan IPB, Bogor. ___________, 1983, Metode
Penangkapan Ikan. Cetakan pertama. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor. Damanhuri, 1980, Diktat Fishing Ground Bagian Tehnik Penangkapan
Ikan, Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya, Malang. Fridman, !988, Perhitungan
Dalam Merancang Alat Tangkap Ikan, Balai Pengembangan Penangkapan
Ikan, Semarang. Martosubroto, 1987,
Penyebaran Beberapa Sumber Perikanan Di
Indonesia, Direktorat Bina Sumberdaya Hayati, Direktorat Jenderal
Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta. Muhammad, S.
Sumartoyo, M. Mahmudi, Sukandar dan Agus Cahyono, 1997, Studi Pengembangan Paket Teknologi Alat Tangkap Jaring Dogol (Danish
Seine) Dalam Rangka Pemanfaatan Sumberdaya Ikan-Ikan Demersal Di Perairan
Lepas Pantai Utara Jawa Timur, Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya,
Malang. Nedelec W., 2000, Definisi
dan Klasifikasi Alat Tangkap Ikan, Balai Pengembangan Penangkapan Ikan,
Semarang. Schmidt, Peter
G.Jr., 1989, Fish Boats 2, Mc hills, London. Subani, W., 1978, Alat dan Cara Penangkapan Ikan di
Indonesia, jilid I, LPPL, Jakarta. Subani, W dan H.R.
Barus, 1989, Alat Penangkapan Ikan dan
Udang Laut di Indonesia, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian, Jakarta. Ward, george, ed.,
1964. Stern trawling Widodo, S., 2002, Identifikasi, Klasifikasi dan Inventarisasi Alat Penangkapan dan Armada Perikanan di Kabupaten Jember, Fakultas Perikanan Unibraw, Malang. http://infohukum.kkp.go.id/files_permen/PER%2008%20MEN%202008.pdf B. Pertanyaan (Evaluasi mandiri) 1. What is the function of
rumpon? 2. Why should the twine
diameter of gillnet be as small as possible? 3. Which part of gillnet that
determine catch size? 4. What are differences of
drift gillnet and set gillnet? 5. How important to know fish
swimming layer? C. QUIZ -mutiple choice (Evaluasi) D. PROYEK (menggambar konstruksi gillnet menetap) Propagasi A. Latihan dan Diskusi 1. Mengapa gillnet dapat
dikatakan sebagai alat tangkap pasif? 2. Mengapa gillnet dijadikan
standar selektivitas alat tangkap?
|
Post a Comment for "Alat Tangkap Jaring Insang Atau Gillnet (Metode Penangkapan Ikan (MPI))"