1. PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
• Salah satu alat tangkap yang dapat
digunakan untuk menangkap ikan dengan jumlah tangkapan ikan cukup banyak adalah
yang terbuat dari jaring yang membentuk kantong agar gerombolan ikan dapat
terkurung.
• Purse Seine disebut juga “pukat cincin”
karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk mana “tali cincin” atau
“tali kerut” di lalukan di dalamnya. Fungsi cincin dan tali kerut / tali kolor
ini penting terutama pada waktu pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya tali
kerut tersebut jaring yang tadinya tidak berkantong akan terbentuk kantong
(cawan) pada saat selesai penarikan tali kerut tersebut.
• Prinsip menangkap ikan dengan purse
seine adalah dengan melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu
jaring bagian bawah dikerucutkan, dengan demikian ikan-ikan terkumpul di bagian
kantong.
• Dengan kata lain dengan memperkecil
ruang lingkup gerak ikan. Ikan-ikan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya
tertangkap. Fungsi mata jaring dan jaring adalah sebagai dinding penghadang,
dan bukan sebagai penjerat ikan.
• Penanamaan purse seine di Jepang
didasarkan pada jenis ikan dan jumlah kapal yang digunakan dalam operasi
penangkapan misalnya : (1) One Boat Horse Sardine Purse Seine, (2)Two Boat
Sardine Purse Seine, (3)One Boat Horse Mackerel and Mackerel Purse Seine,
(4)Two Boat Horse Mackerel and Mackerel Purse Seine, (5) One Boat Skipjack and
Tuna Purse Seine, dan (6)Two Boat skipjack and Tuna Purse Seine.
• Purse seine, pertama kali diperkenalkan
di pantai utara Jawa oleh BPPL (LPPL) pada tahun 1970 dalam rangka kerjasama
dengan pengusaha perikanan di Batang (Bpk. Djajuri) dan berhasil dengan baik.
Kemudian diaplikasikan di Muncar (1973/1974) dan berkembang pesat sampai
sekarang. Pada awal pengembangannya di Muncar sempat menimbulakan konflik
sosial antara nelayan tradisional nelayan pengusaha yang menggunakan purse
seine. Namun akhirnya dapat diterima juga. Purse seine ini memang potensial dan
produktivitas hasil tangkapannya tinggi. Dalam perkembangannya terus mengalami
penyempurnaan tidak hanya bentuk (kontruksi) tetapi juga bahan dan perahu /
kapal yang digunakan untuk usaha perikanannya.
• Sasaran akhir yang dituju dalam studi
purse seine adalah pengungkapan dan pemahaman pengoperasian salah satu alat
tangkap yang terbuat dari jaring. Ini
adalah landasan dasar dari upaya optimalisasi penguasaan materi tentang metode
penangkapan ikan
1.2 Tujuan
Penguasaan
materi dalam modul ini, yang dirancang sebagai landasan untuk memahami metode
penangkapan ikan, akan dapat
• Menjelaskan pengertian alat tangkap
jaring berkantong dalam menunjang metode penangkapan ikan
• Menjelaskan metode pengoperasian alat
tangkap jaring berkantong dalam proses penangkapan ikan
1.3 Definisi
• Alat tangkap jaring berkantong adalah
alat tangkap yang terbuat dari rangkaian helai jaring yang digabung menjadi
satu. Alat tangkap ini mempunyai ciri khas yaitu membentuk kantong baik sejak
sebelum dioperasikan atau ketika operasi penangkapan selesai. Terdiri dari
sayap (wing), badan (body), dan kantong (bag). Bagian sayap dan badan mempunyai
ukuran mata jaring (mesh size) yang sama (sekitar 1 inchi) tetapi bagian
kantong mesh sizenya lebih kecil (3/4 inchi). Purse seine, pertama kali
diperkenalkan di pantai utara Jawa oleh BPPL (LPPL) pada tahun 1970 dalam
rangka kerjasama dengan pengusaha perikanan di Batang (Bpk. Djajuri) dan
berhasil dengan baik. Kemudian diaplikasikan di Muncar (1973/1974) dan
berkembang pesat sampai sekarang. Pada awal pengembangannya di Muncar sempat
menimbulakan konflik sosial antara nelayan tradisional nelayan pengusaha yang
menggunakan purse seine. Namun akhirnya dapat diterima juga. Purse seine ini
memang potensial dan produktivitas hasil tangkapannya tinggi. Dalam
perkembangannya terus mengalami penyempurnaan tidak hanya bentuk (kontruksi)
tetapi juga bahan dan perahu / kapal yang digunakan untuk usaha perikanannya
• Pentingnya pukat cincin dalam rangka
usaha penangkapan sudah tidak perlu diragukan untuk pukat cincin besar daerah
penangkapannya sudah menjangkau tempat-tempat yang jauh yang kadang melakukan
penangkapan mulai laut Jawa sampai selat Malaka dalam 1 trip penangkapan
lamanya 30-40 hari diperlukan berkisar antara 23-40 orang. Untuk operasi
penangkapannya biasanya menggunakan “rumpon”. Sasaran penangkapan terutama
jenis-jenis ikan pelagik kecil (kembung, layang, selat, bentong, dan lain-lain)
2. Purse seine One
Boat
Karakteristik
Dengan
menggunakan one boat sistem cara operasi menjadi lebih mudah. Pada operasi
malam hari lebih mungkin menggunakan lampu untuk mengumpulkan ikan pada one
boat sistem. Dengan one boat sistem memungkinkan pemakaian kapal lebih besar,
dengan demikian area operasi menjadi lebih luas dan HP akan lebih besar, yang
menyebabkan kecepatan melingkari gerombolan ikan juga akan lebih besar. Oleh
sebab itu dapat dikatakan tipe one boat akan lebih ekonomis dan efisien jika
kapal mekaniser, karena dengan menggunakan sistem mekaniser pekerjaan menarik
jaring, mengangkat jaring, mengangkat ikan dll pekerjaan di dek menjadi lebih
mudah.
Bahan
dan Spesifikasinya
Bagian jaring
Nama
bagian jaring ini belum mantap tapi ada yang membagi 2 yaitu “bagian tengah”
dan “jampang”. Namun yang jelas ia terdiri dari 3 bagian yaitu:
1. jaring utama, bahan nilon 210 D/9 #1”
2. jaring sayap, bahan dari nilon 210 D/6 #1”
3. jaring kantong, #3/4”
srampatan
(selvedge), dipasang pada bagian pinggiran jaring yang fungsinya untuk
memperkuat jaring pada waktu dioperasikan terutama pada waktu penarikan jaring.
Bagian ini langsung dihubungkan dengan tali temali. Srampatan (selvedge)
dipasang pada bagian atas, bawah, dan samping dengan bahan dan ukuran mata yang
sama, yakni PE 380 (12, #1”). Sebanyak 20,25 dan 20 mata.
Tali temali
1. tali pelampung.
Bahan
PE Ø 10mm, panjang 420m.
2. tali ris atas.
Bahan
PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 420m.
3. tali ris bawah.
Bahan
PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 450m.
4. tali pemberat.
Bahan
PE Ø 10mm, panjang 450m.
5. tali kolor bahan.
Bahan
kuralon Ø 26mm, panjang 500m.
6. tali slambar
bahan
PE Ø 27mm, panjang bagian kanan 38m dan kiri 15m
Pelampung
Ada
2 pelampung dengan 2 bahan yang sama yakni synthetic rubber. Pelampung Y-50
dipasang dipinggir kiri dan kanan 600 buah dan pelampung Y-80 dipasang di
tengah sebanyak 400 buah. Pelampung yang dipasang di bagian tengah lebih rapat
dibanding dengan bagian pinggir.
Pemberat
Terbuat
dari timah hitam sebanyak 700 buah dipasang pada tali pemberat.
Cincin
Terbuat
dari besi dengan diameter lubang 11,5cm, digantungkan pada tali pemberat dengan
seutas tali yang panjangnya 1m dengan jarak 3m setiap cincin. Kedalam cincin
ini dilakukan tali kolor (purse line).
Hasil Tangkapan
Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan
dari purse seine adalah ikan-ikan yang “Pelagic Shoaling Species”, yang berarti
ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada dekat dengan
permukaan air (sea surface) dan sangatlah diharapkan pula agar densitas shoal
itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dangan ikan lainnya haruslah sedekat
mungkin. Dengan kata lain dapat juga dikatakan per satuan volume hendaklah
jumlah individu ikan sebanyak mungkin. Hal ini dapat dipikirkan sehubungan
dengan volume yang terbentuk oleh jaring (panjang dan lebar) yang dipergunakan.
Jenis
ikan yang ditangkap dengan purse seine terutama di daerah Jawa dan sekitarnya
adalah : Layang (Decapterus spp), bentang, kembung (Rastrehinger spp) lemuru
(Sardinella spp), slengseng, cumi-cumi dll.
Daerah Penangkapan
Purse
seine dapat dioperasikan pada fishing ground dengan kondisi sebagai berikut
1) A spring layer of water temperature adalah
areal permukaan dari laut
2) Jumlah ikan berlimpah dan bergerombol pada
area permukaan air
3) Kondisi laut bagus
Purse
seine banyak digunakan di pantai utara Jawa / Jakarta, cirebon, Juwana dan
pantai Selatan (Cilacap, Prigi, dll).
Alat Bantu
Penangkapan
• Lampu
Fungsi
lampu untuk penangkapan adalah untuk mengumpulkan kawanan ikan kemudian
dilakukan operasi penangkapan dengan menggunakan berbagai alat tangkap, seperti
purse seine.Jenis lampu yang digunakan bermacam-macam, seperti oncor (obor),
petromaks, lampu listrik (penggunaannya masih sangat terbatas hanya untuk usaha
penangkapan sebagian dari perikanan industri).
Ikan-ikan
itu tertarik oleh cahaya lampu kiranya tidak terlalu dipermasalahkan sebab
adalah sudah menjadi anggapan bahwa hampir semua organisme hidup termasuk ikan
yang media hidupnya itu air terangsang (tertarik) oleh sinar / cahaya
(phototaxis positif) dan karena itu mereka selalu berusaha mendekati asal /
sumber cahaya dan berkumpul disekitarnya.
• Rumpon
Rumpon
merupakan suatu bangunan (benda) menyerupai pepohonan yang dipasang (ditanam)
di suatu tempat ditengah laut. Pada prinsipnya rumpon terdiri dari empat
komponen utama, yaitu : pelampung (float), tali panjang (rope) dan atraktor
(pemikat) dan pemberat (sinkers / anchor).
Rumpon
umumnya dipasang (ditanam) pada kedalaman 30-75 m. Setelah dipasang kedudukan
rumpon ada yang diangkat-angkat, tetapi ada juga yang bersifat tetap tergantung
pemberat yang digunakan.
Dalam
praktek penggunaan rumpon yang mudah diangkat-angkat itu diatur sedemikian rupa
setelah purse seine dilingkarkan, maka pada waktu menjelang akhir penangkapan,
rumpon secara keseluruhan diangkat dari permukaan air dengan bantuan perahu
penggerak (skoci, jukung, canoes)
Untuk
rumpon tetap atau rumpon dengan ukuran besar, tidak perlu diangkat sehingga
untuk memudahkan penangkapan dibuat rumpon mini yang disebut “pranggoan”
(jatim) atau “leret” (Sumut, Sumtim). Pada waktu penangkapan mulai diatur
begitu rupa, diusahakan agar ikan-ikan berkumpul disekitar rumpon dipindahkan
atau distimulasikan ke rumpon mini. Caranya ada beberapa macam misalnya dengan
menggiring dengan menggerak-gerakkan rumpon induk dari atas perahu melalui
pelampung-pelampungnya. Cara lain yang ditempuh yaitu seakan-akan meniadakan
rumpon induk untuk sementara waktu dengan cara menenggelamkan rumpon induk atau
mengangkat separo dari rumpo yang diberi daun nyiur ke atas permukaan air.
Terjadilah sekarang ikan-ikan yang semula berkumpul di sekitar rumpon pindah
beralih ke rumpon mini dan disini dilakukan penangkapan.
Sementara
itu bisa juga digunakan tanpa sama sekali mengubah kedudukan rumpon yaitu
dengan cara mengikatkan tali slambar yang terdapat di salah satu kaki jaring
pada pelampung rumpon, sedang ujung tali slambar lainnya ditarik melingkar di
depan rumpon. Menjelang akhir penangkapan satu dua orang nelayan terjun kedalam
air untuk mengusir ikan-ikan di sekitar rumpon masuk ke kantong jaring. Cara
yang hampir serupa juga dapat dilakukan yaitu setelah jaring dilingkarkan di
depan rumpon maka menjelang akhir penangkapan ikan-ikan di dekat rumpon di
halau dengan menggunakan galah dari satu sisi perahu.
Teknik Penangkapan
(Setting dan hauling)
Pada
umumnya jaring dipasang dari bagian belakang kapal (buritan) sungguhpun ada
juga yang menggunakan samping kapal. Urutan operasi dapat digambarkan sebagai
berikut :
a) Pertama-tama haruslah diketemukan
gerombolan ikan terlebih dahulu. Ini dapat dilakukan berdasarkan
pengalaman-pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air laut karena
gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan air, ikan-ikan yang melompat di
permukaan terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat
permukaan. Buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan
ikan, burung-burung yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut dan
sebagainya. Hal-hal tersebut diatas biasanya terjadi pada dini hari sebelum
matahari keluar atau senja hari setelah matahari terbenam disaat-saat mana
gerombolan ikan-ikan teraktif untuk naik ke permukaan laut. Tetapi dewasa ini
dengan adanya berbagai alat bantu (fish finder, dll) waktu operasinyapun tidak
lagi terbatas pada dini hari atau senja hari, siang haripun jika gerombolan
ikan diketemukan segera jaring dipasang.
b) Pada operasi malam hari, mengumpulkan /
menaikkan ikan ke permukaan laut dilakukan dengan menggunakan cahaya. Biasanya
dengan fish finder bisa diketahui depth dari gerombolan ikan, juga besar dan
densitasnya. Setelah posisi ini tertentu barulah lampu dinyalakan (ligth
intesity) yang digunakan berbeda-beda tergantung pada besarnya kapal, kapasitas
sumber cahaya. Juga pada sifat phototxisnya ikan yang menjadi tujuan
penangkapan.
c) Setelah fishing shoal diketemukan perlu
diketahui pula swimming direction, swimming speed, density; hal-hal ini perlu
dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula arah, kekuatan, kecepatan angin, dan
arus, sesudah hal-hal diatas diperhitungkan barulah jaring dipasang. Penentuan
keputusan ini harus dengan cepat, mengingat bahwa ikan yang menjadi tujuan
terus dalam keadaan bergerak, baik oleh kehendaknya sendiri maupun akibat dari
bunyi-bunyi kapal, jaring yang dijatuhkan dan lain sebagainya. Tidak boleh luput
pula dari perhitungan ialah keadaan dasar perairan, dengan dugaan bahwa
ikan-ikan yang terkepung berusaha melarikan diri mencari tempat aman (pada
umumnya tempat dengan depth yang lebih besar) yang dengan demikian arah
perentangan jaring harus pula menghadang ikan-ikan yang terkepung dalam keadaan
kemungkinan ikan-ikan tersebut melarikan diri ke depth lebih dalam. Dalam waktu
melingkari gerombolan ikan kapal dijalankan cepat dengan tujuan supaya
gerombolan ikan segera terkepung. Setelah selesai mulailah purse seine ditarik
yang dengan demikian bagian bawah jaring akan tertutup. Melingkari gerombolan
ikan dengan jaring adalah dengan tujuan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan
diri dalam arah horisontal. Sedang dengan menarik purse line adalah untuk mencegah ikan-ikan supaya ikan-ikan jangan
dapat melarikan diri ke bawah. Antara
dua tepi jaring sering tidak dapat tertutup rapat, sehingga memungkinkan
menjadi tempat ikan untuk melarikan diri. Untuk mencegah hal ini, dipakailah
galah, memukul-mukul permukaan air dan lain sebagainya. Setelah purse line
selesai ditarik, barulah float line serta tubuh jaring (wing) dan ikan-ikan
yang terkumpul diserok / disedot ke atas kapal.
Hal-hal yang
Mempengaruhi Keberhasilan Penangkapan
Kecerahan Perairan
Transparasi
air penting diketahui untuk menentukan kekuatan atau banyak sedikit lampu. Jika
kecerahan kecil berarti banyak zat-zat atau partikel-partikel yang menyebar di
dalam air, maka sebagian besar pembiasan cahaya akan habis tertahan (diserap)
oleh zat-zat tersebut, dan akhirnya tidak akan menarik perhatian atau memberi
efek pada ikan yang ada yang letaknya agak berjauhan.
Adanya gelombang
Angin
dan arus angin. Arus kuat dan gelombang besar jelas akan mempengaruhi kedudukan
lampu. Justru adanya faktor-faktor tersebut yang akan merubah sinar-sinar yang
semula lurus menjadi bengkok, sinar yang terang menjadi berubah-ubah dan
akhirnya menimbulkan sinar yang menakutkan ikan (flickering light). Makin besar
gelombang makin besar pula flickering lightnyadan makin besar hilangnya
efisiensi sebagai daya penarik perhatian ikan-ikanmaupun biota lainnya menjadi
lebih besar karena ketakutan. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan penggunaan
lampu yang kontruksinya disempurnakan sedemikian rupa, misalnya dengan memberi
reflektor dan kap (tudung) yang baik atau dengan menempatkan under water lamp.
Sinar Bulan
Pada
waktu purnama sukar sekali untuk diadakan penangkapan dengan menggunakan lampu
(ligth fishing) karena cahaya terbagi rata, sedang untuk penangkapan dengan
lampu diperlukan keadaan gelap agar cahaya ;ampu terbias sempurna ke dalam air.
Musim
Untuk
daerah tertentu bentuk teluk dapatmemberikan dampak positif untuk penangkapan
yang menggunakan lampu, misalnya terhadap pengaruh gelombang besar, angin dan
arus kuat. Penangkapan dengan lampu dapat dilakukan di daerah mana saja maupun
setiap musim asalkan angin dan gelombang tidak begitu kuat.
Ikan dan Binatang
Buas
Walaupun
semua ikan pada prinsipnya tertarik oleh cahay lampu, namun umumnya lebih
didominasi oleh ikan-ikan kecil. Jenis-jenis ikan besar (pemangsa) umumnya
berada di lapisan yang lebih dalam sedang binatang-binatang lain seperti ular
laut, lumba-lumba berada di tempat-tempat gelap mengelilingi kawanan-kawanan
ikan-ikan kecil tersebut. Binatang-binatang tersebut sebentar-sebentar menyerbu
(menyerang) ikan-ikan yang bekerumun di bawah lampu dan akhirnya mencerai
beraikan kawanan ikan yang akan ditangkap.
Panjang dan Kedalaman
Jaring
Untuk
purse seine yang beroperasi dengan satu kapal digunakan jaring yang tidak
terlalu panjang tetapi agak dalam karena gerombolan ikan di bawah lampu tidak
bergerak terlalu menyebar . jaring harus cukup dalam untuk menangkap gerombolan
ikan mulai permukaan sampai area yang cukup dalam di bawah lampu.
Kecepatan
kapal pada waktu melingkari gerombolan ikan
Jika
kapal dijalankan cepat maka gerombolan ikan dapat segera terkepung.
Kecepatan Menarik
Purse Line
Purse
line harus ditarik cepat untuk mencegah agar ikan jangan sampai melarikan diri
ke bawah.
2. Purse seine Two
Boats
Definisi Purse seine Two
Boats
Prinsip
umum menangkap ikan dengan purse seine adalah dengan melingkari sesuatu
gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring bagian bawah dikerucutkan,
dengan demikan ikan-ikan akan terkumpul di bagian kantong. Dengan perkataan
lain dengan memperkecil ruang lingkup gerak ikan, ikan-ikan tidak dapat
melarikan diri dan ahirnya tertangkap (Subani dan Barus,1986)
Purse
seine merupakan alat tangkap ikan yang terbuat dari gabungan beberapa helai
(piece) jaring yang dirangkai menjadi satu. tepi bagian atas diapungkan
dipermukaan perairan dengan sejumlah pelampung, sedangkan tepi bagian bawah
diberi pemberat serta terdapat sejmlah tali yang dipasang melalui lubang-lubang
cincin dimana dimana cincin ini telah terikat dengan tetap pada jaring bagian bawah.
Purse
seine disebut juga sebagai pukat cincin karena alat tangkap ini dilengkapi
dengan cincin atau tali kerut yang dilakukan didalamnya. Fungsi cincin dan tali
kerut atau tali kolor ini penting terutama pada waktu pengoperasian jaring.
Sebab dengan adanya tali kerut tesebut jaring tersebut jaring yang semula tidak
berkantong akan terbentuk kantong pada akhir penangkapan.
Jadi
purse seine Two Boats merupakan alat tangkap purse seine yang pada waktu
melakukan operasi penangkapan dilakukan dengan bantuan dua kapal, yang prinsip
kerjanya yaitu dengan cara melingkari suatu gerombolan ikan oleh salah satu
kapal dan kapal yang lain sebagai penarik. Kapal-kapal ini sering disebut
dengan kapal jaring dan kapal selerek.
Sejarah Perse seine
two boats
Menurut
Maryuto (1982), sebagian para ahli perikanan menganggap bahawa alat tangkap
Purse seine berasal dari Amerika dan pertama kali digunakan pada tahun 1826,
kemudian menyusul Swedia pada tahun 1880, yang selanjutnya barulah Jepang
memperkenalkan purse seine yang digunakan untuk menangkap ikan sardine
Purse
seine yang sering disebut dengan Pukat cincin sejak lama telah dikenal oleh
masarakat nelayan di indonesia walaupun
dengan nama dan konstruksi yang berbeda di tiap daerah, seperti pukat lnggar,
pukat sengin, gae dan giop. Pukat cincin/ purse seine pertama kali dikenal di
Indonesia yang diperkenalkan pertama kali di daerah pantai utara jawa oleh BPPL
pada tahun 1970 dalam rangka kerjasama dengan para pengusaha perikanan di
Batang (pak jadjuri) dan berhasil dengan
baik. Kemudian diaplikasikan di Muncar
(1973/1974) dan selanjutnya mengalami perkembangan pesat.
Purse
seine dua kapal merupakan hasil perkembangan dari pengoperasian dengan satu
kapal, nelayan mengembangkan purse seine dua kapal banyak terdapat daerah
Pantai Utara Jawa/Jakarta, Cirebon, Batang, Pemalang, Tegal, Pekalongan,
Muncar. Nelayan mengembangkan purse seine yang semula dengan satu kapal menjadi
dua kapal dalam pengoperasian dengan tujuan akan mendapatkan hasil tangkap yang
lebih banyak dan pengoperasiannya lebih efisien dan melakukan Modifikasi
terhadap alat tangkapnya tetapi prinsip kerjanya sama
Prospektif Purse
seine Two boats
Prinsip
utama pengoperasian perse seine dua kapal adalah dengan cara melingkari
gerombolan ikan, gerombolan ikan biasanya memiliki kepadatan antar 0,5 – 5 Kg
/m3. suatu jumlah yang jutaan kali lebih padat dari pada kepadatan ikan yang
terdapat diseluruh lautan dunia. (Fridman, 1988) pengoperasian purse seine
menjadi lebih tidak menguntungkan apabila kepadatan gerombolan ikan didalam air
dibawah 1 kg/m3, namun tergantung juga dari harga ikan dan kondisi techno
economic yang lain.
Banyaknya
hasil tangkapan sekali setting (tebar) dari purse seine tergantung dari pada
ukuran alat dan kapal. Hasil tangkapan berkisar mulai dari 0,25 sampai 0,5 ton
persetting (tebar) untuk alat ukuran kecil sampai mencapai ratusan ton ikan
Hering Untuk purse seine ukuran besar dinegara Eropa Utara, Amerika dan Jepang
hal ini telah menunjukkan bahwa begitu efektifnya hasil tangkapan ikan dengan
menggunakan purse seine dengan dua kapal. Untuk daerah-daerah di Indonesia alat
tangkap Purse seine juga sama efektifnya dan tidak terlalu jauh dengan
daerah-daerah di Eropa atau Jepang yang membedakan hanyalah penambahan
teknologi atau alat bantu dalam pengoperasian sehingga menjadikan proses
penangkapan lebih efisien.
Konstruksi Purse
seine
Konstruksi umum
Purse
seine merupakan alat tangkap yang ikan yang terbuat dari gabungan beberapa
helai jaring yang dijahit menjadi satu. tapi bagian atas diapungkan dipermukaan
perairan dengan sejumlah pelampung, sedangkan tepi bagian bawah diberi pemberat
serta terdapat sejumlah tali yang dipasang melalui lubang-lubang cincin dimana
dimana cincin ini telah terikat dengan tetap pada jaring bagian bawah.
Purse
seine mempunyai bentuk kontruksi yang berbeda ditiap-tiap daerah, konstruksi
umum berdasarkan fridman (1988) bahwa
Purse seine secara umum terdiri atas beberapa komponen penting antara lain:
bagian jaring, srampatan (selvedge), tali temali, pelampung, pemberat dan
cicin.
Banyak
hal yang membedakan suatu bentuk dari tiap-tiap masing-masing komponen terutama
ada jaring, pada bagian jaring bisa terdapat kantong (pocket), lama kelamaan
berubah dan tenyata bahwa jaring tanpa kantong lebih praktis. Pada garis
besarnya jaring terdiri dari bag, cork line (floating line), win led line
(sinker line), purse line, purse ring, bridle. Dengan menarik purse line,
jaring pada bagian bawah akan menutup.
Bentuk
purse seine pada umumnya adalah segi empat Kadangkala bentuk jaringnya lebih
dalam pada bagian tengah kemudian mengecil setelah dekat pada bagian sayap dan
kantong. Tali pemberat yang lebih panjang dari pada tali pelampung, lebih cepat
tenggelam, tetapi tali pemberat yang lebih pendek dari tali pelampung akan dapat
lebih cepat lebih dikerutkan dan dapat meningkatkan pengaruh menyerok dari
purse seine. Jaring yang diangkat dengan menggunakan power block memerlukan
panjang yang harus relatif sama antara tali pemberat dan tali pelampung.
Pada
tiap-tiap konstuksi dari purse seine banyak mengalami perubahan tehadap bentuk
konstruksi awal, hal ini disebabkan karena terjadi modifikasi terhadap
konstruksi secara umum terhadap purse seine. Bentuk-bentuk tersebut disesuaikan
dengan kondisi dan lokasi penangkapan ikan, jika penangkapan dilakukan pada
daerah dengan kedalaman yang semakin dalam maka kostruksinya akan mengalami
modifikasi yang lebih baik terutama masalah kekutan jaring, kecepatan
tenggelam, daya apung dan kekuatan tali penarik. Sehingga dibutuhkan kekuatan
pada masing-masing komponen utamanya.
Detail Konstuksi
Pada
komponen utama pada purse seine adalah jaring, srampatan (selvedge), tali
temali, pelampung, pemberat dan cincin. Sehingga dapat dijelaskan secara detail
pada tiap komponen konstuksi utama, antara lain adalah:
Bagian jaring
Pada
bagian jaring, dalam pembentukan nama-nama dari komponenya belum jelas karena
pada setiap daerah memiliki nama yang berbeda, pada jaring komponennya dibagi
menjadi tiga bagian antara lain adalah: jaring utama (nillon 210 D/9,#
1inci 1”), Jaring sayap (Nillon 210
D/6,# 1 inci 1” ), jaring kantong (# ¾ inci ¾).
Serampatan
Serampatan
/selvedge dipasang pada bagian pingggiran jaring yang fungsinya untuk
memperkuat jaring pada waktu dioperasikan terutama pada waktu penarikan jaring.
bagian ini langsung dihubungkan dengan tali temali. Serampatan dipasang pada
bagian atas, bawah dan samping dengan bahan dan ukuran mata yang sama yakni PE
380 (12,#1 Inci , 1”) sebanyak 20,25 dan 20 mata.
Tali temali
Komponen
pembentuknya adalah: Tali pelampung (PE,Ǿ10 mm,) dengan panjang 420 m, Tali ris
atas (PE,Ǿ 6 mm dan 8 mm) dengan panjang 420 m, Tali ris bawah (PE,Ǿ 6mm dan 8 mm), Tali pemberat (PE,ø 10 mm)
dengan panjang 450 m, Tali kolor (kuralon PE,ø 26 mm) dengan panjang 500 m,
tali slmbar (PE,ø27mm ) Dengan panjang bagian kanan 38 m dan kiri 15 m.
Pelampung
Ada
dua pelampung dengan bahan yang sama yakni sintetic rubber (SR) pelampung Y-50
di pasng di pinggir kiri dan kanan 600
buah dan pelampung Y- 80 dipasang ditengah 400 buah. Pelampung yang di pasang
dibagian tengah lebih rapat dibandingkan dengan bagian yang pinggirnya.
Pemberat
Pemberat
pada purse seine terbuat dari besi dengan diameter lubang 11,5 cm, digantungkan
pada tali pemberat dengan seutas tali yang yang panjangnya satu meter dengan
dengan jarak tiga meter setiap cincin. Kedalam cincin ini dilakukan tali kolor
(purse line).
Karakteristik
Jaring
Purse seine mempunyai karakteristik tersendiri karena setiap daerah bentuk
purse seine mempunyai perbedaan dengan daerah lainnya. Pada umumnya di
indonesia menggunakan tipe muncar karena awalnya purseine berkembang didaerah
muncar dengan pesat.
Sedangkan
untuk secara umumnya bentuk yang dan dimuncar mengikuti bentuk konstruksi purse
seine tipe Amerika, Tetapi dalam tiap waktu bentuk purse tidak akan tetap
tetapi selalu mengalami perubahan akibat hasil dari modifikasi yang dilakukan
oleh nelayan setempat. Perbedaan antar bentuk dari tipe jepang dengan tipe
Amerika adalah dilihat dari tali kolor bawahnya kalu tipe Amerika mempunyai
bentuk tali kolor yang lurus sedangkan pada tipe Jepang membentuk
gelombang.
Adapun teknis dari konstruksi purse seine adalah :
Keterangan
:
a. Bodi j.
Tali kang
b. Sayap k.
Tali Pelampung
c. Kantong bagian atas l. Tali penguat ris atas
d. Kantong bagian bawah m. Tali ris atas
e. Selvegde bagian bawah n. Tali ris bawah
f. Selvegde bagian atas o. Tali Penguat ris
bawah
g. Pelampung p.
Tali Pemberat.
h. Pemberat q. Tali kolor
i. Cincin
Bahan dan Spesifikasi
Bahan yang digunakan
dalam pembuatan purse seine dua kapal adalah:
a) Tali temali
- Tali Pelampung
Tali
pelampung ini terbuat dari Polyetheline, berdiameter 8mm, dengan bentuk pintalan
S dan panjangnya 350 m. Tali pelampung ini dipasang terpisah dari tli ris atas
dan berfungsi untuk menempatkan pelampung sehingga tersususun teratur sesuai
dengan jarak yang kita inginkan.
- Tali ris atas
Tali
ris atas terbuat dari bahan polyetelene, berdiameter 8 mm, warna biru dengan
panjang 350 m, serta mempunyai arah pintalan ke kiri (Z). Yang berfungsi untuk
untuk menempatkan tali penggantung jaring agar jaring berada pada posisi yang
tepat.
- Tali Ris bawah
Tali
ris bawah ini terbuat dari bahan nilon, berdiameter 8 mm, berwarna biru, dengan
arah pintalan kekiri (Z). Tali ris bawah termasuk tali samping pada purse seine
bersama-sama dengan tali pemberat menempatkan pemberat pada kedudukan yang
tetap.
- Tali penguat ris atas
Tali
ris atas ini berbahan dari nilon yang ber diameter 6 mm. Dengan rah pintalan
kekanan (S). yang berfungsi untuk memperkuat tali ris atas.
- Tali Pemberat
Tali
ini berbahan dari poly eteline, yang berdiameter 10 mm, berwarna biru yang masing
masing panjangnya 80 cm, mempunyai bentuk kaki tunggal dan berfungsi untuk
menggantung cincin pada tali ris bawah dan pemberat.
- Tali Kolor
Yaitu
tali yang masuk kedalam lubang tiap cincin. Tali ini berfungsi untuk
mengumpulkan ring atau jaring bagian bawah pada waktu operasi setelah jaring
selesai dilingkarkan. Bahan dari tali ini adalah polyetelene dengan panjang 370
m.
- Tali selambar
Terbuat
dari bahan polyetelene berdiameter 10 mm, berwarna biru dengan arah pintalan
kekanan dan mempunyai panjang 370 m.
b) kaki Penguat
Kaki
penguat ini mengelilingi jaring utama yang bertujuan agar jaring utama tiada
cepat rusak atau cepat robek pada saat dioperasikan. Bahan selvedge lebih kaku
dari bahan jaring utama seperti Polyetelene (PE).
d) Pemberat
Bahan
Pemberat yang digunakan terbuat dari timah hitam, dengan panjang 5,5
cm.berdiameter 3 cm, dan memiliki berat 250 gram. Jarak antara pemberat tali
ris adalah 25 cm.
e) Pelampung
Bahan
yang digunakan adalah KS 100. Bentuk umumnya adalah oval , panjangnya 12
cm,diameter 9 cm dengan berat sekitar 150 gram.
f) Cincin
Cincin
yang digunakan adalah dari bahan besi yang dilapisi denagan kuningan, berbentuk
lingkaran dengan diameter 9,8 cm, dipasang dengan tali cincin sepanjang tali
ris bawah.
HASIL TANGKAPAN
Dalam
melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan Purse seine dua kapal hal yang
penting untuk diperhitungkan adalah bagaimana menentukan tempat gerombolan
ikan, yang selanjutnya dilakukan pelingkaran jaring dan siap untuk melakukan
penangkapan.
Hasil
Tangkapan ikan yang utama didapat dengan menggunakan purse seine berdasarkan
Subani dan Barus (1986) bahwa untuk didaerah Pulau Jawa dan sekitarnya purse
seine digunakan untuk menangkap jenis ikan: Layang (Decapterus spp), Bentong
(Caranx sp), kembung (Lasteriger sp), Lemuru (Sardinella lemuru), tembang
((Sardinella fimbriata) dan ikan pelagis lainnya.
DAERAH PENANGKAPAN
Tujuan
utama dalam melakukan penangkapan adalah mendapatkan hasil tangkapan yang
maksimal, penagkapan dengan menggunakan alat purse seine dengan dua kapal
dilakukan dengan cara mengintari/ mengelilingi gerombolan ikan, Infomasi
tentang gerombolan ikan sebelumnya harus mengetahui sifat /karakteristik dari
ikan tersebut. Data yang berhubungan erat antara lain adalah bentuk gerombolan
ikan, kecepatan migrasi ikan, serta mengetahui waktu pemijahannya.
Informasi
tentang daerah tangkapan digunakan untuk menentukan bentuk dan ukuran jaring
serta kekuatanya. Data kedalaman, keadaan dasar perairan, Temokilin, perubahan
salinitas, arus dan kondisi cuaca perlu dipakai. Kedalaman dan keadaan dasar
merupakan faktor yang penting dalam menentukan kedalaman dan rancangan jaring
untuk setiap areal penangkapan, bila tali pemberat jaring bisa meyentuh dasar
perairan. Termoklin dan perubahan salinitas dapat merupakan faktor kendala bagi
beberapa species ikan dan kedalaman juga merupakan faktor dalam menentukan
kedalaman dan kecepatan tenggelam (sinking speed) jaring. Dan yang penting
bahwa ikan muncul dalam jumlah yang banyak ketika musim yang cocok pada ikan
tiba, misalkan pada suatu daerah ikan lemuru akan muncul lebih dalam jumlah
yang banyak pada waktu musim penghujan akan dimulai sehingga dalam melakukan
penangkapan perlu memperhitungkan waktu/musim ikan bermigrasi ataupun memijah
dan dapat memperhitungkan tempat yang cocok atau dalam melakukan oprasi
penangkapan.
ALAT BANTU
PENANGKAPAN
Dalam
penangkapan ikan dengan menggunakan purse seine agar lebih efisien dalam
melakukan penangkapan maka diperlukan alat bantu dalam melakukan pengoperasian.
Purse seine dua kapal membutuhkan jenis kapal yang cukup besar karena operasi
yang dilakukan purse seine dengan dua kapal berada pada daerah yang relatif
lebih dalam.
Adapun
spesifikasi kapal yang digunakan dalam purse seine dua kapal adalah untuk tipe
Madura (golekan): Kapal Jaring berukuran P x L x D = 11 x 2,7 x 1,5 m yang
dilengkapi dengan motor luar (out board motor). Perahu ini digunakan untuk
menjaring dan memuat hasil tangkapan, Kapal Slerek ukuran P x L x D = 13 x 2,8
x 1,5 m yang dilengkapi dengan dua buah motor luar (out board two motor),
perahu pelak atau tempat lampu yang berukuran P x L x D = 4 x 0,5 x 0,6 m yang
biasanya dipergunakan untuk lampu petromaks atau lampu lainya yang mempunyai
daya terang lebih baik agar ikan
terkumpul disekitar lampu tersebut yang selanjutnya siap untuk melakukan penangkapan.
Jumlah anak buah kapal yang dibutuhkan untuk kapal slerek dibutuhkan 13 -15
orang sedangkan untuk perahui jaring
dibutuhkan sekitar 8 – 11 orang.
Alat
bantu yang digunakan dalam penangkapan dengan Purse seine adalah:
a)
Roller : yaitu alat tempat lewatnya tali kolor/ purse line saat ditarik oleh
kapal, bertujuan agar tali kolor tersebut tidak seberapa besar menerima gesekan
dengan perahu.
b)
Sampan/Perahu kecil : berfungsi untuk tempat lampu dalam pengumpulan ikan
c)
Serok : berfungsi untuk mengambil atau menyerok ikan-ikan hasil tangkapan dari
bagian jaring keatas perahu
TEKNIK OPERASI
Purse
seine yang pada umumnya merupkan jaring lingkar atau yang sering disebut dengan
jaring cincin sehingga pada proses penangkapannya pun dilakukan dengan
melingkari gerombolan ikan.
Pada
mulanya jaring dipasang dari bagian belakang kapal (buritan) dan ada juga
jaring diletakkan pada samping kapal. Adapun urutan dalam teknik operasi
penangkapan ikan dengan menggunakan jaring cincin atau purse seine dua kapal
adalah :
1.
Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan ikan terlebih dahulu, hal ini
dapat dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman seperti adanya perubahan
warna permukaan air laut karena gerombolan ikan berenang dekat pada permukaan
air, ikan-ikan yang melompat-lompat dipermukaan, terlihat riak-riak kecil
karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan, buih-buih dipermukaan
laut akibat udara-udara yang dikeluarkan ikan. Hal–hal tersebut dilakukan
biasanya terjadi pada dini hari sebelum matahari terbenam, disaat–saat geromolan ikan-ikan
teraktif untuk naik kepermukaan laut. Tetapi dewasa ini dengan adanya alat
bantu seper GPS yang dapat mengetahui posisi ikan atau tempat gerombolan ikan
sehingga lokasi penangkapannyapun mudah ditentukan. Sehingga waktu
pemberangkatan kapal dapat dilakukan sewaktu waktu tidak terbatas pada siang
hari atau malam hari tetapi sewaktu waktu.
2. Hal biasa yang dilakukan oleh nelayan
daerah adalah pengoperasian pada waktu malam hari, mengumpulkan ikan atau menaikkan ikan kepermukaan laut
dilakukan dengan menggunakan cahaya. Biasanya dengan Fish finder bisa diketahui
depth dari gerombolan ikan, juga besar densitasnya. Setelah posisi ini tertentu
barulah lampu dinyalakan. Kuat cahaya (light intensity) yang digunakan
berbeda–beda, tergantung pada besarnya kapal, kapasitas sumber cahaya, juga
pada sifat phototaxisnya ikan yang menjadi tujuan penangkapan.
3. Setelah schooling fish ditemukan perlu
diketahui pula swimming direction, swimming speed, density, hal ini
dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula pola arah, kekuatan, kecepatan angin
dan arus sesudah hal-hal tersebut diperhitungkan barulah jaring dipasang jaring
dipasang harus lebih cepat agar ikan tidak cepat lari atau lepas. Dalam waktu
melingkari gerombolan ikan, kapal dijalankan dengan cepat dengan tujuan agar
gerombolan ikan segera dapat terkepung, setelah selesai mulailah purse line
ditarik dengan demikian bagian bawah jaring akan tertutup untuk mencegah agar
ikan tidak melarikan diri ke bawah, dapat dilakukan dengan pemberat ataupun
dengan menggerak-gerakkan galah, memukul-mukul permukaan air, setelah purse
line selesai ditarik, barulah float line serta tubuh jaring (wing) dirapatkan
ke kapal, dan ikan ikan diserok kekapal.
HAL-HAL YANG
MEMPENGARUHI TANGKAPAN
Pengoperasian penangkapan ikan pasti akan
mengalami suatu kendala baik yang bersifat teknis ataupun non teknis yang dapat
mengurangi hasil tangkapan ikan. Hal- hal yang bersifat teknis antara lain
adalah kurang baiknya nelayan dalam melakukan operasi sedangkan untuk hal non
teknis antara lain adalah lepas ikan dan kecepatan kapal untuk melingkari gerombolan ikan.
Fridman mengatakan bahwa ikan dapat
lolos dari jaring disebabkan karena:
a. keluar melalui celah-celah diantara dua
ujung jaring
b. Kebawah melalui tali pemberat ketika
jaring sedang di tebar
c. kebawah melalui tali pemberat ketika tali
kerut sedang ditarik.
Jaring yang lebih panjang akan
memerlukan waktu lebih banyak waktu, yaitu mulai dari menurunkan jaring sampai
dengan menarik tali kerut sehingga memberi kesempatan lebih besar pada ikan
untuk meloloskan diri melalui celah, tetapi bisa juga karena ikan merasa
berdesak-desakan, mereka diam secara secara pasif didalamnya sampai jaring
selesai dikerutkan. Meloloskan diri melalui tali pemberat tidak banyak
dipengaruhi panjang tetapi dapat menunjukkan bahwa kedalaman jaring tadi
terlalu rendah atau kecepatan tenggelam dari jaring kurang baik. Penangkapan
dikatakan berhasil dapat diketahui
dicari hasil ikan yang didapat setelah menangkap gerombolan ikan.
Tatap Muka 13
4. PAYANG
Payang
adalah “Pukat Kantong Lingkar” yang secara garis besar terdiri atas bagian
kantong (bag/belly), badan/perut (body), dan kaki/sayap (leg/wing). Pada bagian
bawah kaki/sayap dan mulut jaring diberi pemberat, sedang pada bagian atas pada
jarak tertentu diberi pelampung. Besar mata mulai bagian ujung kantong sampai
ujung kaki berbeda-beda, bervariasi mulai dari 1 cm sampai ± 40 cm. Berbeda
dengan jaring trawl dimana bagian bawah mulut jaring lebih menonjol ke
belakang, maka payang justru bagian atas mulut jaring yang menonjol ke
belakang. Hal ini disebabkan karena payang tersebut umumnya digunakan untuk
menangkap jenis-jenis ikan pelagis yang biasanya hidup di bagian lapisan atas
air atau di kolom air dan mempunyai sifat cenderung lari ke lapisan bawah bila
telah terkurung jaring.
Prinsip
operasi penangkapan ikan dengan payang adalah dengan melingkari suatu
gerombolan ikan dengan jaring. Mempunyai sayap yang panjang yang fungsinya
untuk menakut-nakuti (frightening) gerombolan ikan agar lari ke bagian tengah
jaring. Bagian badan jaring hanya berfungsi sebagai penghalang pergerakan ikan.
Payang merupakan alat tangkap jaring tradisional di Indonesia. penggunaan alat
tangkap ini oleh nelayan skala kecil sudah dilakukan jauh sebelum Indonesia
merdeka. Tak heran bahwa alat tangkap ini ada di hampir seluruh daerah pantai
yang dihuni oleh nelayan tradisional. Sasaran akhir yang dituju dalam studi
payang adalah pengungkapan dan pemahaman pengoperasian salah satu alat tangkap
yang terbuat dari jaring. Ini adalah
landasan dasar dari upaya optimalisasi penguasaan materi tentang metode
penangkapan ikan.
Payang
adalah alat tangkap yang terbuat dari beberapa helai jaring yang digabung
menjadi satu. Terdiri dari sayap (wing), badan (body), dan kantong (bag).
Mempunyai lebar mata jaring yang sangat bervariasi. Bagian sayap yang berfungsi
untuk menakut-nakuti ikan mempunyai mesh size yang paling besar, yaitu sekitar
20 cm. Sedangkan bagian badan mempunyai
mesh size yang bervariasi mulai dari mesh size besar di ujung dekat bagian
sayap sampai mesh size kecil di dekat bagian kantong. Adapun bagian kantong
mempunyai mesh size yang paling kecil yaitu 2 cm dan 1 cm. Payang adalah
termasuk alat penangkap ikan yang sudah lama dikenal nelayan Indonesia.
Munculnya Payang mungkin bersamaan atau jauh sebelumnya dengan berdirinya
organisasi-organisasi “Perkumpulan Penangkapan Ikan Laut“ di pantai utara Jawa,
seperti: Misoyo Mino (1912) di Tegal, Soyo Sari (1916) di Brebes, Upoyo Mino
(1916) di Batang, Mino Soyo (1918) di Pekalongan, Soyo Sumitro (1918) di
Indramayu, dan masih banyak lagi perkumpulan-perkumpulan perikanan lain yang
tumbuh sekitar tahun 1920-1930an. Selama kurun waktu tahun 1920 hingga
sekarang, alat tangkap Payang telah mengalami perkembangan hingga menjadi
Payang yang kita kenal sekarang ini. Di Sendang Biru, Payang mulai dikenal
sekitar tahun 1974. Alat tangkap ini diperkenalkan oleh nelayan-nelayan andon
dari Puger. Mereka beroperasi disekitar perairan Sendang Biru, dan kemudian
menjual ikan hasil tangkapannya di daerah tersebut. Karena hasil tangkap Payang
ini rata-rata lebih banyak, nelayan Sendang Biru tertarik untuk menggunakannya.
Payang
adalah termasuk alat penangkap ikan yang sudah lama dikenal nelayan Indonesia.
Munculnya Payang mungkin bersamaan atau jauh sebelumnya dengan berdirinya
organisasi-organisasi “Perkumpulan Penangkapan Ikan Laut“ di pantai utara Jawa,
seperti: Misoyo Mino (1912) di Tegal, Soyo Sari (1916) di Brebes, Upoyo Mino
(1916) di Batang, Mino Soyo (1918) di Pekalongan, Soyo Sumitro (1918) di
Indramayu, dan masih banyak lagi perkumpulan-perkumpulan perikanan lain yang
tumbuh sekitar tahun 1920-1930an. Selama kurun waktu tahun 1920 hingga
sekarang, alat tangkap Payang telah mengalami perkembangan hingga menjadi
Payang yang kita kenal sekarang ini. Di Sendang Biru, Payang mulai dikenal
sekitar tahun 1974. Alat tangkap ini diperkenalkan oleh nelayan-nelayan andon
dari Puger. Mereka beroperasi disekitar perairan Sendang Biru, dan kemudian
menjual ikan hasil tangkapannya di daerah tersebut. Karena hasil tangkap Payang
ini rata-rata lebih banyak, nelayan Sendang Biru tertarik untuk menggunakannya.
entingnya pukat cincin dalam rangka usaha penangkapan sudah tidak perlu
diragukan untuk pukat cincin besar daerah penangkapannya sudah menjangkau tempat-tempat
yang jauh yang kadang melakukan penangkapan mulai laut Jawa sampai selat Malaka
dalam 1 trip penangkapan lamanya 30-40 hari diperlukan berkisar antara 23-40
orang. Untuk operasi penangkapannya biasanya menggunakan “rumpon”. Sasaran
penangkapan terutama jenis-jenis ikan pelagik kecil (kembung, layang, selat,
bentong, dan lain-lain).
Prospektif Alat
Tangkap
Payang
termasuk alat tangkap yang produktifitasnya tinggi dan dikenal hampir di
seluruh daerah perikanan laut di Indonesia. Meskipun termasuk alat tangkap
tradisional, keberadaannya untuk perikanan laut di Indonesia sampai saat ini
tetap dianggap penting baik dilihat dari produktifitasnya maupun penyerapan
tenaga kerja. Hal ini terlihat dalam statistik perikanan (1986) dimana payang
tercatat 14.617 unit, sedangkan Pukat Cincin yang dianggap produktif jumlahnya
hanya 5.762 unit. Jumlah seluruh alat penangkap ikan laut Indonesia tercatat
425.845 unit (1986).
Konstruksi Alat
Tangkap
1. Konstruksi Umum
Konstruksi Alat
Tangkap Payang
Keterangan:
- 1 :
Kantong
- 2 : Kantong
- 3 : Badan
- 4 : Badan
- 5 : Badan
- 6 : Badan
- 7 : Badan
- 8 :
Sayap ada 3 bagian dari ujung badan
- 9,10 : Selambar
- 11,12,13,14,15 :
Pelampung bola
- 16 : Tali ris atas
- 17 : Tali ris bawah
- 18 :
Pemberat
2. Detail Konstruksi
Keterangan
:
A. Kantong
B. Perut
C. Kaki / Sayap
i. Kantong, bahan dari karuna
ii. Ranggamanis, # 1 cm, 700 mata
iii. Rang tetik, # 1,5 cm, 700 mata
iv. Rang petak, # 2 cm, 700 mata
v. Rang bagat, # 7,5 cm, 700 mata
vi. Rang halam, # 4,5 cm, 700 mata
vii. Rang alet, # 6,5 cm, 600 mata
viii. Empat nyare, # 7,5 cm, 500 mata
ix. Klobang, # 8,5 cm, 500 mata
x. Sulam, # 10 cm, 400 mata
xi. Dasar:
- dasar, # 13 cm, 300 mata
- dasar, # 18 cm, 300 mata
3. Karakteristik
Alat
tangkap payang berupa “Pukat kantong lingkar” yang secara garis besar terdiri
dari bagian kantong ( bag ), badan / perut ( body or belly ) dan kaki /
sayap (leg/wing). Namun ada juga
pendapat yang hanya membagi bagian Payang menjadi dua bagian, yaitu bagian
kantong dan kaki. Bagian kantong umumnya terdiri dari bagian-bagian kecil yang
tiap bagian mempunyai nama sendiri-sendiri, sesuai dengan kebiasaan di
daerahnya masing-masing. Besar mata jaring dari ujung kantong sampai ujung kaki
berbeda-beda, bervariasi mulai dari 1 cm sampai kurang lebih 40 cm.
Sesuai
dengan fungsinya, yaitu untuk menangkap ikan pelagis yang bergerombol yang
nampak diatas perairan, baik yang tidak menggunakan alat Bantu pengumpul ikan
maupun yang menggunakan alat Bantu pengumpul ikan berupa lampu ataupun rumpon,
maka bagian bawah mulut jaring lebih menonjol ke depan, sehingga dapat
menghadang ikan yang melarikan diri ke bawah. Agar gerombolan ikan dapat masuk
ke dalam kantong, maka mulut jaring harus dapat membuka dengan baik mulai dari
permukaan perairan sampai kedalaman tertentu, sehingga ikan-ikan yang berada
dalam area lingkaran tidak dapat meloloskan diri melebihi kedalaman mulut
jaring bagian bawah. Membukanya mulut jaring disebabkan oleh adanya dua buah
gaya yang berlawanan, yaitu gaya apung dari pelampung yang terdapat pada tali
ris dan gaya berat ( tenggelam ) dari pemberat yang terdapat pada tali ris
bawah. Untuk menghadang gerombolan ikan yang terdapat pada area lingkaran agar
masuk ke dalam kantong maka digunakan dua buah sayap.
4. Gambar Teknis
5. Bahan dan Spesifikasinya
Alat
tangkap Payang terbuat dari berbagai bahan, jaring berbahan PVC (
Polyvinileclorine ), pelampungnya adalah plastik berbentuk bola dan pemberatnya
adalah batu.
A. Bagian Kantong
- Panjang : 5-6 meter
- Mesh size : 0,3-0,6 cm
- Bahan : PVC ( Polyvinileclorine )
- Warna : Hijau
B. Bagian Badan
- Panjang : 25 meter
- Mesh size : 1,6-8 cm
- Bahan : PE (Polyethilene)
- Warna : Coklat
C. Bagian Sayap
- Panjang : 90 meter
- Mesh size : 10-30 cm
- Bahan : PE (Polyethilene)
- Nomor benang : 400 D/15
D. Pelampung
- Berat : 2 ons
- Diameter : 15 cm
- Bahan : Plastik berbentuk bola
- Jumlah : 12 buah per sayap
- Jarak antar pelampung : 1,5 meter
E. Pemberat
- Bahan : Batu
- Berat : 2 kg
- Jumlah : 10 buah per sayap
- Jarak antar pemberat : 8 meter
Hasil Tangkap
Hasil
tangkap dari jaring Payang adalah ikan-ikan permukaan. Terutama ikan-ikan
pelagis kecil, yaitu ikan Layang, Selar, Kembung, Lemuru, Tembang, Japuh, dan
lain-lain. Hasil tangkapan Payang untuk tahun 1986 berjumlah 152.782 ton,
sedang produksi perikanan laut secara nasional sebanyak 1.922.781 ton (1986).
Daerah Penangkapan
Daerah
penangkapan ikan di Indonesia hampir seluruhnya merupakan daerah operasi jaring
Payang. Namun yang paling banyak dipakai di pantai utara Jawa, termasuk Madura,
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.
Payang
dikenal di seluruh daerah perikanan laut Indonesia dengan nama yang
berbeda-beda, antara lain : Payang (Jakarta, Tegal, Pekalongan, Batang, dan
daerah lain di pantai utara Jawa), Payang Uras (Selat Bali dan sekitarnya),
Payang Ronggeng (Bali utara), Payang Gerut (Bawean), Payang Puger (Puger),
Payang Jabur (Padelengan/Madura, Lampung), Pukat Nike (Gorontalo), Pukat
Banting Aceh (Sumatera Utara, Aceh), Pukat Tengah (Sumatera Barat), Jala Lompo
(Kalimantan Tomur, Sulawesi Selatan), Panja/Pajala Muna, Buton, Luwuk,
Banggan),dan lain-lain.
Alat Bantu
Penangkapan
Pengoperasian
alat tangkap Payang dapat menggunakan alat Bantu berupa lampu petromaks yang
digunakan pada malam hari dan alat Bantu rumpon untuk pengumpul ikan. Pada
malam hari penggunaan lampu petromaks dapat menarik ikan supaya menggerombol
disekitar lampu sehingga alat tangkap payang dapat digunakan secara efisien.
Begitu juga dengan rumpon yang banyak digunakan oleh nelaya-nelayan Indonesia.
Penggunaan rumpon sebagai alat Bantu penangkapan dengan payang meliputi 95
persen lebih.
Teknik Operasi
Penangkapan
dengan Payang dapat dilakukan demgan kapal layar maupun dengan kapal motor,
tapi pada masa sekarang pada umumnya menggunakan kapal bermotor. Penggunaan
tenaga berkisar antara 6 orang untuk Payang berukuran kecil, dan 16 orang untuk
Payang berukuran besar.
Prinsip
pengoperasian alat tangkap Payang adalah melingkari gerombolan ikan. Pada saat
terdapat gerombolan ikan yang terlihat, kapal mendekati gerombolan ikan
tersebut lalu menurunkan jaring pada jarak dan waktu yang tepat sehingga pada
waktu jaring melewati gerombolan ikan, jaring dapat membuka dengan maksimal
sehingga kemungkinan ikan untuk lolos kecil. Pada saat setelah jaring
diturunkan, tali selambar / tali hela ditarik sehingga jaring tertarik kearah
gerombolan ikan.
Hal-hal yang
Mempengaruhi Hasil Penangkapan
Hasil
penangkapan dengan Payang dapat dipengaruhi oleh kecepatan membukanya jaring,
timing pelepasan jaring, dan kondisi / keadaan laut pada saat pelepasan jaring.
Jaring
Payang harus dapat membuka dengan cepat agar ikan tidak mempunyai kesempatan
untuk lolos. Waktu membukanya jaring secara maksimal juga harus tepat pada saat
jaring dekat dengan gerombolan ikan, jika terlalu lambat jaring belum membuka
maksimal pada saat melewati gerombolan ikan dan jika terlalu cepat, jaring akan
butuh waktu lebih lama untuk sampai pada gerombolan ikan, hal ini akan
menyebabkan ikan dapat lebih mudah untuk lolos.
Kondisi
alam seringkali berubah-ubah, terutama di lautan yang sering berubah dalam
waktu yang relatif singkat. Pada waktu pengoperasian Payang, keadaan ombak,
arah dan kecepatan arus air laut, angin, hujan dan bulan sangat berpengaruh
terhadap keberadaan ikan, jauh-dekatnya ikan dari permukaan dan teknis
pengoperasian jaring.
Hal
lain yang mempengaruhi hasil penangkapan adalah keberuntungan/ nasib nelayan.
Pada suatu saat hasil penangkapan nelayan bisa melimpah dan mendapatkan banyak
ikan, namun pada saat yang lain para nelayan tidak mendapat hasil tangkapan.
Tatap Muka 14
5.TRAWL
“trawl“
berasal dari bahasa prancis “troler“ dari kata “trailing“ adalah dalam bahasa
inggris, mempunyai arti yang bersamaan, dapat diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia dengan kata “tarik“ ataupun
“mengelilingi seraya menarik“. Ada yang menterjemahkan “trawl” dengan “jaring tarik”, tapi karena
hampir semua jaring dalam operasinya mengalami perlakuan tarik ataupun ditarik,
maka selama belum ada ketentuan resmi mengenai peristilahan dari yang berwenang
maka digunakan kata ”trawl” saja.
Dari kata “trawl” lahir kata “trawling” yang
berarti kerja melakukan operasi penangkapan ikan dengan trawl, dan kata
“trawler” yang berarti kapal yang melakukan trawling. Jadi yang dimaksud dengan
jaring trawl (trawl net) disini adalah suatu jaring kantong yang ditarik di belakang
kapal (baca : kapal dalam keadaan berjalan) menelusuri permukaan dasar perairan
untuk menangkap ikan, udang dan jenis demersal lainnya. Jaring ini juga ada
yang menyangkut sebagai “jaring tarik dasar”.Stern trawl adalah otter trawl
yang cara operasionalnya (penurunan dan pengangkatan) jaring dilakukan dari
bagian belakang (buritan) kapal atau kurang lebih demikian. Penangkapan dengan
system stern trawl dapat menggunakan baik satu jaring atau lebih.
Sejarah Alat Tangkap
Jaring
trawl yang selanjutnya disingkat dengan “trawl” telah mengalami perkembangan
pesat di Indonesia sejak awal pelita I. Trawl sebenarnya sudah lama dikenal di
Indonesia sejak sebelum Perang Dunia II walaupun masih dalam bentuk (tingkat)
percobaan. Percobaan-percobaan tersebut sempat terhenti akibat pecah Perang
Dunia II dan baru dilanjutkan sesudah tahun 50-an (periode setelah proklamasi
kemerdekaan). Penggunaan jaring trawl dalam tingkat percobaan ini semula
dipelopori oleh Yayasan Perikanan Laut, suatu unit pelaksana kerja dibawah naungan
Jawatan Perikanan Pusat waktu itu. Percobaan ini semula dilakukan oleh YPL
Makassar (1952), kemudian dilanjutkan oleh YPL Surabaya.
Menurut
sejarahnya asal mula trawl adalah dari laut tengah dan pada abad ke 16
dimasukkan ke Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, dan negara Eropa lainnya.
Bentuk trawl waktu itu bukanlah seperti bentuk trawl yang dipakai sekarang yang
mana sesuai dengan perkembangannya telah banyak mengalami perubahan-perubahan,
tapi semacam trawl yang dalam bahasa Belanda disebut schrol net.
Prospektif Alat
Tangkap
Perkembangan
teknologi menyebabkan kemajuan-kemajuan pada main gear, auxillary gear dan
equipment lainnya. Pendeteksian letak jaring dalam air sehubungan depth
swimming layer pada ikan, horizontal opening dan vertical opening dari mulut
jaring, estimate catch yang berada pada cod end sehubungan dengan pertambahan
beban tarik pada winch, sudut tali kekang pada otter board sehubungan dengan
attack angel, perbandingan panjang dan lebar dari otter board, dan lain-lain
perlengkapan. Demikian pula fishing ability dari beberapa trawler yang
beroperasi di perbagai perairan di tanah air, double ring shrimp trawler yang
beroperasi di perairan kalimantan, irian jaya dan lain-lain sebagainya.
Perhitungan recources sehubungan dengan fishing intensity yang akan menyangkut
perhitungan-perhitungan yang rumit, konon kabarnya sudah mulai dipikirkan.
Semakin banyak segi pandangan, diharapkan perikanan trawl akan sampai pada
sesuatu bentuk yang diharapkan.
Karakteristik
Berdasarkan
letak penarikan jaring yang dilakukan di kapal kita mengenal adanya stern
trawl, dimana jaring ditarik dari buritan (dalam segi operasionalnya). Dimana
banyak kapal trawl yang menggunakan cara ini, adapun karakteristik dari stern
trawl ini antara lain:
Stern trawl tidak seberapa dipengaruhi
oleh angin dan gelombang dalam pelepasan jaring, tidak memerlukan memutar letak
kapal
Warp berada lurus pada garis haluan
buritan sehingga tenaga trawl winch dapat menghasilkan daya guna maksimal
sehingga pekerjaan melepas/ menarik dari jaring memerlukan waktu yang lebih
sedikit, yang berarti waktu untuk jaring berada dalam air (operasi) lebih
banyak
Trawl winch pada stern trawl terpelihara
dari pengaruh angin dan gelombang, dengan demikian dalam cuaca buruk sekalipun
operasi masih dapat dilakukan dengan mudah
Pada stern trawl akibat dari screw
current jaring akan segera hanyut, demikian pula otter boat segera setelah
dilepas akan terus membuka
Karena letak akan searah dengan garis
haluan-buritan, maka di daerah fishing ground yang sempit sekalipun operasi
masih mungkin dilakukan, dengan perkataan lain posisi jaring sehubungan dengan
gerakan kapal lebih mudah diduga
Pada stern trawl, pada waktu hauling
ikan-ikan yang berada pada cod end tidak menjadikan beban bagi seluruh jaring,
karena cod end tersendiri ditarik melalui slip way, dengan demikian jaring
dapat terpelihara.
Hasil Tangkapan
Yang menjadi tujuan penangkapan pada bottom trawl
adalah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun demersal fish. Termasuk juga
jenis-jenis udang (shrimp trawl, double ring shrimp trawl) dan juga jenis-jenis
kerang. Dikatakan untuk periran laut jawa, komposisi catch antara lain terdiri
dari jenis ikan patek, kuniran, pe, manyung, utik, ngangas, bawal, tigawaja,
gulamah, kerong-kerong, patik, sumbal, layur, remang, kembung, cumi,kepiting,
rajungan, cucut dan lain sebagainya.
Catch
yang dominan untuk sesuatu fish ground akan mempengaruhi skala usaha, yang
kelanjutannya akan juga menentukan besar kapal dan gear yang akan dioperasikan.
Daerah Penangkapan
Didalam
alat tangkap trawl yang memiliki syarat-syarat fishing ground, antara lain
sebagai berikut:
• Dasar fishing ground terdiri dari pasir,
lumpur ataupun campuran pasir dan Lumpur.
• Kecepatan arus pada mid water tidak
besar (dibawah 3 knot) juga kecepatan arus pasang tidak seberapa besar
• Kondisi cuaca, laut, (arus, topan,
gelombang, dan lain-lain) memungkinkan keamanan operasi
• Perubahan kondisi oceanografi terhadap
mahluk dasar laut relatif kecil dengan perkataan lain kontinyuitas recources dijamin
untuk diusahakan terus-menerus
• Perairan mempunyai daya produktifitas
yang besar serta recources yang melimpah.
Alat Bantu
Penangkapan
Pada
umumnya kapal-kapal trawl ini digerakkan oleh diesel ataupun steam. Kapal
dilengkapi dengan trawl winch, sebagai tenaga penggerak ada yang menggunakan
steam engine ( 45-75 HP ) bagi stream trawl dan ada pula yang memakai motor
dari 60-90 HP bagi diesel trawl. Winch ini dihubungkan dengan warp, dan untuk
mengontrol panjang warp dipasang brake.
Besar
jaring yang dipakai berbeda-beda, dan untuk menyatakan besar jaring dipakai
penunjuk “panjang dari head rope“ yang biasanya dengan satuan feet atau meter.
Teknik Operasional (
Shooting & Hauling )
(1)
kecepatan/lama waktu menarik jaring
Adalah
ideal jika jaring dapat ditarik dengan kecepatan yang besar, tapi hal ini sukar
untuk mencapainya, karena kita dihadapkan pada beberapa hal, antara lain
keadaan terbukanya mulut jaring, apakah jaring berada di air sesuai dengan yang
dimaksudkan (bentuk terbukanya), kekuatan kapal untuk menarik (HP), ketahanan
air terhadap tahanan air, resistance yang makin membesar sehubungan dengan
catch yang makin bertambah, dan lain sebagainya. Faktor-faktor ini berhubungan
antara satu dengan yang lainnya dan masing-masing menghendaki syarat
tersendiri.
Pada
umumnya jaring ditarik dengan kecepatan 3-4 knot. Kecepatan inipun berhubungan
pula dengan swimming speed dari ikan, keadaan dasar laut, arus, angin,
gelombang dan lain sebagainya, yang setelah mempertimbangkan faktor-faktor ini,
kecepatan tarik ditentukan.
Lama
waktu penarikan didasarkan kepada pengalaman-pengalaman dan factor yang perlu
diperhatikan adalah banyak sedikitnya ikan yang diduga akan tertangkap.,
pekerjaan di dek, jam kerja crew, dan lain sebagainya. Pada umumnya berkisar
sekitar 3-4 jam, dan kadangkala hanya memerlukan waktu 1-2 jam.
(2) panjang warp
Factor
yang perlu diperhatikan adalah depth, sifat dasar perairan (pasir, Lumpur),
kecepatan tarik. Biasanya panjang warp sekitar 3-4 kali depth. Pada fishing
ground yang depthnya sekitar 9M (depth minimum). Panjang warp sekitar 6-7 kali
depth. Jika dasar laut adalah Lumpur, dikuatirkan jaring akan mengeruk lumpu,
maka ada baiknya jika warp diperpendek, sebaliknya bagi dasar laut yang terdiri
dari pasir keras (kerikil), adalah baik jika warp diperpanjang.
Pengalaman
menunjukkan bahwa pada depth yang sama dari sesuatu Fishing ground adalah lebih
baik jika kita menggunakan warp yang agak panjang, daripada menggunakan warp
yang terlalu pendek. Hal ini dapat dipikirkan sebagai berikut; bentuk warp pada
saat penarikan tidaklah akan lurus, tetapi merupakan suatu garis caternian.
Pada setiap titik –titik pada warp akan bekerja gaya- gaya berat pada warp itu
sendiri, gaya resistance dari air, gaya tarik dari kapal/ winch, gaya ke
samping dari otter boat dan gaya-gaya lainnya. Resultan dari seluruh gaya yang
complicated ini ditularkan ke jaring (head rope and ground rope), dan dari sini
gaya-gaya ini mengenai seluruh tubuh jaring. Pada head rope bekerja gaya
resistance dari bottom yang berubah-ubah, gaya berat dari catch yang
berubah-ubah semakin membesar, dan gaya lain sebagainya.
Gaya
tarik kapal bergerak pada warp, beban kerja yang diterima kapal kadangkala
menyebabkan gerak kapal yang tidak stabil, demikian pula kapal sendiri terkena
oleh gaya-gaya luar (arus, angin, gelombang).
Kita
mengharapkan agar mulut jaring terbuka maksimal, bergerak horizontal pada dasar
ataupun pada suatu depth tertentu. Gaya tarik yang berubah-ubah, resistance
yang berubah-ubah dan lain sebagainya, menyebabkan jaring naik turun ataupun
bergerak ke kanan dan kekiri. Rentan yang diakibatkannya haruslah selalu
berimbang. Warp terlalu pendek, pada kecepatan lebih besar dari batas tertentu
akan menyebabkan jaring bergerak naik ke atas (tidak mencapai dasar), warp
terlalu panjang dengan kecepatan dibawah batas tertentu akan menyebabkan jaring
mengeruk lumpur. Daya tarik kapal (HP dari winch) diketahui terbatas, oleh
sebab itulah diperoleh suatu range dari nilai beban yang optimal. Apa yang
terjadi pada saat operasi penarikan, pada hakikatnya adalah merupakan sesuatu
keseimbangan dari gaya-gaya yang complicated jika dihitung satu demi satu.
Hal Yang Mempengaruhi Kegagalan Tangkapan
Pada
saat operasi, dapat terjadi hal-hal yang dapat menggagalkan operasi antara
lain:
Warp terlalu panjang atau speed terlalu
lambat atau juga hal lain maka jaring akan mengeruk lumpur
Jaring tersangkut pada karang / bangkai
kapal
Jaring atau tali temali tergulung pada
screw
Warp putus
Otterboat tidak bekerja dengan baik,
misalnya terbenam pada lumpur pada waktu permulaan penarikan dilakukan
Hilang keseimbangan, misalnya otterboat
yang sepihak bergerak ke arah pihak yang lainnya lalu tergulung ke jaring
Ubur-ubur, kerang-kerangan dan lain-lain
penuh masuk ke dalam jaring, hingga cod end tak mungkin diisi ikan lagi.
Dan lain sebagainnya.
Tatap Muka 15
CANTRANG
Definisi Alat Tangkap
Cantrang
George
et al, (1953) dalam Subani dan Barus (1989). Alat tangkap cantrang dalam
pengertian umum digolongkan pada kelompok Danish Seine yang terdapat di Eropa
dan beberapa di Amerika. Dilihat dari bentuknya alat tangkap tersebut
menyerupai payang tetapi ukurannya lebih kecil.
Cantrang
merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan demersal yang
dilengkapi dua tali penarik yang cukup panjang yang dikaitkan pada ujung sayap
jaring. Bagian utama dari alat tangkap ini terdiri dari kantong, badan, sayap
atau kaki, mulut jaring, tali penarik (warp), pelampung dam pemberat.
Sejarah Alat tangkap
Cantrang
Danish
seine merupakan salah satu jenis alat tangkap dengan metode penangkapannya
tanpa menggunakan otterboards, jaring dapat ditarik menyusuri dasar laut dengan
menggunakan satu kapal. Pada saat penarikan kapal dapat ditambat (Anchor
Seining) atau tanpa ditambat (Fly Dragging). Pada anchor seining, para awak
kapal akan merasa lebih nyaman pada waktu bekerja di dek dibandingkan Fly
dragging. Kelebihan fly dragging adalah alat ini akan memerlukan sedikit waktu
untuk pindah ke fishing ground lain dibandingkan Anchor seining (Dickson,
1959).
Setelah
perang dunia pertama, anchor seining dipakai nelayan Inggris yang sebelumnya
menggunakan alat tangkap Trawl. Dari tahun 1930 para nelayan Skotlandia dengan
kapal yang berkekuatan lebih besar dan lebih berpengalaman menyingkat waktu dan
masalah pada anchor seining pada setiap penarikan alat dengan mengembangkan
modifikasi operasi dengan istilah Fly Dragging atau Scotish Seining. Pada Fly
Dragging kapal tetap berjalan selagi penarikan jaring dilakukan.
Dilihat
dari bentuknya alat tangkap cantrang menterupai payang tetapi ukurannya lebih
kecil. Dilihat dari fungsi dan hasil tangkapannya cantrang menyerupai trawl,
yaitu untuk menangkap sumberdaya perikanan demersal terutama ikan dan udang.
Dibanding trawl, cantrang mempunyai bentuk yang lebih sederhana dan pada waktu
penankapannya hanya menggunakan perahu motor ukuran kecil. Ditinjau dari
keaktifan alat yang hampir sama dengan trawl maka cantrang adalah alat tangkap
yang lebih memungkinkan untuk menggantikan trawl sebagai sarana untuk
memanfaatkan sumberdaya perikanan demersal. Di Indonesia cantrang banyak
digunakan oleh nelayan pantai utara Jawa Timur dan Jawa Tengah terutama bagian
utara (Subani dan Barus, 1989)
Prospektif Alat
Tangkap Cantrang
Setelah
dikeluarkannya KEPRES tentang pelarangan penggunaan alat tangkap Trawl di
Indonesia tahun 1980, maka cantrang banyak dipilih nelayan untuk menangkap ikan
demersal, karena dilihat dari fungsi dan hasil tangkapannya cantrang ini hampir
memiliki kesamaan dengan jaring trawl.
Konstruksi Alat
Tangkap Cantrang
2. Konstruksi Umum
Dari
segi bentuk (konstruksi) cantrang ini terdiri dari bagian-bagian :
a) Kantong (Cod End)
Kantong
merupakan bagaian dari jaring yang merupakan tempat terkumpulnya hasil
tangkapan. Pada ujung kantong diikat dengan tali untuk menjaga agar hasil
tangkapan tidak mudah lolos (terlepas).
b) Badan (Body)
Merupakan
bagian terbesar dari jaring, terletak antara sayap dan kantong. Bagian ini
berfungsi untuk menghubungkan bagian sayap dan kantong untuk menampung jenis
ikan-ikan dasar dan udang sebelum masuk ke dalam kantong. Badan tediri atas
bagian-bagian kecil yang ukuran mata jaringnya berbeda-beda.
c) Sayap (Wing)
Sayap
atau kaki adalah bagian jaring yang merupakan sambungan atau perpanjangan badan
sampai tali salambar. Fungsi sayap adalah untuk menghadang dan mengarahkan ikan
supaya masuk ke dalam kantong.
d) Mulut (Mouth)
Alat
cantrang memiliki bibir atas dan bibir bawah yang berkedudukan sama. Pada mulut
jaring terdapat:
1) Pelampung (float): tujuan umum penggunan
pelampung adalah untuk memberikan daya apung pada alat tangkap cantrang yang
dipasang pada bagian tali ris atas (bibir atas jaring) sehingga mulut jaring
dapat terbuka.
2) Pemberat (Sinker): dipasang pada tali ris
bagian bawah dengan tujuan agar bagian-bagian yang dipasangi pemberat ini cepat
tenggelam dan tetap berada pada posisinya (dasar perairan) walaupun mendapat
pengaruh dari arus.
3) Tali Ris Atas (Head Rope) : berfungsi
sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring, badan jaring (bagian bibir
atas) dan pelampung.
4) Tali Ris Bawah (Ground Rope) : berfungsi sebagai tempat mengikatkan
bagian sayap jaring, bagian badan jaring (bagian bibir bawah) jaring dan pemberat.
e) Tali Penarik (Warp)
Berfungsi
untuk menarik jaring selama di operasikan.
3. Detail Konstruksi
1.
Umbal dari bambu (panjang 1,2 m, Ø 14 cm); 2. Antang dari bambu (panjang 0,8, Ø
10 cm); 4. Kolo dari bambu (panjang 0,6, Ø 8 cm); 5. Pemberat dari batu/timah
(berat 0,4 kg).
Tali-temali
dan lain-lain :
a. Penganjuran dari ijuk, panjang 150 m, Ø
1,4 cm
b. Kelatan dari ijuk, panjang 300 m (lebih
kecil dari kelatan)
c. Ris atas (headrope)
d. Ris bawah (footrope)
e. Cakak bawah
f. Cakak atas
Karakteristik
Menurut
George et al, (1953) dalam Subani dan Barus (1989). Dilihat dari bentuknya alat
tangkap cantrang menyerupai payang tetapi ukurannya lebih kecil. Dilihat dari
fungsi dan hasil tangkapan cantrang menyerupai trawl yaitu untuk menangkap
sumberdaya perikanan demersal terutama ikan dan udang, tetapi bentuknya lebih
sederhana dan pada waktu penangkapannya hanya menggunakan perahu layar atau
kapal motor kecil sampai sedang. Kemudian bagian bibir atas dan bibir bawah
pada Cantrang berukuran sama panjang atau kurang lebih demikian. Panjang jaring
mulai dari ujung belakang kantong sampai ujung kaki sekitar 8-12 m.
4. Gambar Teknis
D F
1
2 3 4 5 6 E
7
8
9
A B C
Keterangan:
Bagian Bahan Mesh
size
A.
Kantong Polyethylene 2 cm
B.
Badan
1. Pejasan
2. Sontek
3. Setonjuk
4. Sampok
5. Kelobung
6. Cangkeman
Polyethylene
Polyethylene Polyethylene Polyethylene Polyethylene Polyethylene
2,5
cm
3
cm
3
cm
4
cm
5
cm
6
cm
C.
Sayap
7
8
9
Polyethylene
Polyethylene Polyethylene
7
cm
8
cm
8
cm
D.
Bibir Bawah
E.
Bibir Atas
F.
Tali Selambar Kuralon Ø tali 1 inchi
G.
Pelampung Tanda Bola
5. Bahan Dan Spesifikasinya
a. Kantong
Bahan
terbuat dari polyethylene. Ukuran mata jaring pada bagian kantong 1 inchi.
b. Badan
Terbuat
dari polyethylene dan ukuran mata jaring minimum 1,5 inchi.
c. Sayap
Sayap
terbuat dari polyethylene dengan ukuran mata jaring sebesar 5 inchi.
d. Pemberat
Bahan
pemberat terbuat dari timah atau bahan lain.
e. Tali ris atas
Terbuat
dari tali dengan bahan polyethylene.
f. Tali ris bawah
Terbuat
dari tali dengan bahan polyethylene.
g. Tali penarik
Terbuat
dari tali dengan bahan polyethylene
dengan diameter 1 inchi.
Hasil Tangkapan
Hasil
tangkapan dengan jaring Cantrang pada dasarnya yang tertangkap adalah jenis
ikan dasar (demersal) dan udand seperti ikan petek, biji nangka, gulamah,
kerapu, sebelah, pari, cucut, gurita, bloso dan macam-macam udang (Subani dan
Barus, 1989).
Daerah Penangkapan
Langkah
awal dalam pengoperasian alat tangkap ini adalah mencari daerah penangkapan
(Fishing Ground). Menurut Damanhuri (1980), suatau perairan dikatakan sebagai
daerah penangkapan ikan yang baik apabila memenuhi persyaratan dibawah ini:
1. Di daerah tersebut terdapat ikan yang
melimpah sepanjang tahun.
2. Alat tangkap dapat dioperasikan dengan
mudah dan sempurna.
3. Lokasi tidak jauh dari pelabuhan sehingga
mudah dijangkau oleh perahu.
4. Keadaan daerahnya aman, tidak biasa
dilalui angin kencang dan bukan daerah badai yang membahayakan.
Penentuan
daerah penangkapan dengan alat tangkap Cantrang hampir sama dengan Bottom
Trawl. Menurut Ayodhyoa (1975), syarat-syarat Fishing Ground bagi bottom trawl
antara lain adalah sebagai berikut:
Karena jaring ditarik pada dasar laut,
maka perlu jika dasar laut tersebut terdiri dari pasir ataupun Lumpur, tidak
berbatu karang, tidak terdapat benda-benda yang mungkin akan menyangkut ketika
jaring ditarik, misalnya kapal yang tenggelam, bekas-bekas tiang dan
sebagainya.
Dasar perairan mendatar, tidak terdapat
perbedaan depth yang sangat menyolok.
Perairan mempunyai daya produktivitas
yang besar serta resources yang melimpah.
Alat Bantu
Penangkapan
Alat
bantu penangkapan cantrang adalah GARDEN. (Mohammad et al. 1997) dengan alat
bantu garden untuk menarik warp memungkinkan penarikan jaring lebih cepat.
Penggunaan garden tersebut dimaksudkan agar pekerjaan anak buah kapal (ABK)
lebih ringan, disamping lebih banyak ikan yang terjaring sebagai hasil
tangkapan dapat lebih ditingkatkan.
Gardanisasi
alat tangkap cantrang telah membuka peluang baru bagi perkembangan penangkapan
ikan, yaitu dengan pemakaian mesin kapal dan ukuran jaring yang lebih besar
untuk di operasikan di perairan yang lebih luas dan lebih dalam.
Teknik Operasi
(Setting Dan Hauling)
1. Persiapan
Operasi
penangkapan dilakukan pagi hari setelah keadaan terang. Setelah ditentukan
fishing ground nelayan mulai mempersiapkan operasi penangkapan dengan meneliti
bagian-bagian alat tangkap, mengikat tali selambar dengan sayap jaring.
2. Setting
Sebelum
dilakukan penebaran jaring terlebih dahulu diperhatikan terlebih dahulu arah
mata angin dan arus. Kedua faktor ini perlu diperhatikan karena arah angin akan
mempengaruhi pergerakan kapal, sedang arus akan mempengaruhi pergerakan ikan
dan alat tangkap. Ikan biasanya akan bergerak melawan arah arus sehingga mulut
jaring harus menentang pergerakan dari ikan.
Untuk
mendapatkan luas area sebesar mungkin maka dalam melakukan penebaran jaring
dengan membentuk lingkaran dan jaring ditebar dari lambung kapal, dimulai
dengan penurunan pelampung tanda yang berfungsi untuk memudahkan pengambilan
tali selambar pada saat akan dilakukan hauling. Setelah pelampung tanda
diturunkan kemudian tali salambar kanan diturunkan → sayap sebelah kanan →
badan sebelah kanan → kantong → badan sebelah kiri → sayap sebelah kiri → salah
satu ujung tali salambar kiri yang tidak terikat dengan sayap dililitkan pada
gardan sebelah kiri. Pada saat melakukan setting kapal bergerak melingkar
menuju pelampung tanda.
3. Hauling
Setelah
proses setting selesai, terlebih dahulu jaring dibiarkan selam ± 10 menit untuk
memberi kesempatan tali salambar mencapai dasar perairan. Kapal pada saat
hauling tetap berjalan dengan kecepatan lambat. Hal ini dilakukan agar pada
saat penarikan jaring, kapal tidak bergerak mundur karena berat jaring.
Penarikan alat tangkap dibantu dengan alat gardan sehingga akan lebih menghemat
tenaga, selain itu keseimbangan antara badan kapal sebelah kanan dan kiri kapal
lebih terjamin karena kecepatan penarikan tali salambar sama dan pada waktu
yang bersamaan. Dengan adanya penarikan ini maka kedua tali penarik dan sayap
akan bergerak saling mendekat dan mengejutkan ikan serta menggiringnya masuk
kedalam kantong jaring.
Setelah
diperkirakan tali salambar telah mencapai dasar perairan maka secepat mungkin
dilakukan hauling. Pertama-tama pelampung tanda dinaikkan ke atas kapal → tali
salambar sebelah kanan yang telah ditarik ujungnya dililitkan pada gardan
sebelah kanan → mesin gardan mulai dinyalakan bersamaan dengan mesin pendorong
utama hingga kapal bergerak berlahan-lahan → jaring mulai ditarik → tali
salambar digulung dengan baik saat setelah naik keatas kapal → sayap jaring
naik keatas kapal → mesin gardan dimatikan → bagian jaring sebelah kiri
dipindahkan kesebelah kanan kapal → jaring ditarik keatas kapal → badan jaring
→ kantong yang berisi hasil tangkapan dinaikkan keatas kapal. Dengan
dinaikkannya hasil tangkapan maka proses hauling selesai dilakukan dan jaring
kembali ditata seperti keadaan semula, sehingga pada saat melakukan setting
selanjutnya tidak mengalami kesulitan.
Hal-Hal Yang
Mempengaruhi Keberhasilan Penangkapan
1. Kecepatan dalam menarik jaring pada waktu
operasi penangkapan.
2. Arus
Arus
akan mempengaruhi pergerakan ikan dan alat tangkap. Ikan biasanya akan bergerak
melawan arah arus sehingga mulut jaring harus menentang pergerakan dari ikan.
3. Arah angin
Arah
angin akan mempengaruhi pergerakan kapal pada saat operasi penangkapan
dilakukan.
PUKAT PANTAI (BEACH
SEINE)
Definisi Alat
Tangkap Pukat Pantai
Pukat
pantai atau beach seine adalah salah satu jenis alat tangkap yang masih
tergolong kedalam jenis alat tangkap pukat tepi. Dalam arti sempit pukat pantai
yang dimaksudkan tidak lain adalah suatu alat tangkap yang bentuknya seperti
payang, yaitu berkantong dan bersayap atau kaki yang dalam operasi
penangkapanya yaitu setelah jaring dilingkarkan pada sasaran kemudian dengan
tali panjang (tali hela) ditarik menelusuri dasar perairan dan pada akhir
penangkapan hasilnya didaratkan ke pantai. Pukat pantai juga sering disebut
dengan krakat. Di beberapa daerah di jawa juga dikenal dengan nama “puket”,
“krikit”, dan atau “kikis”.
Sejarah Alat
Tangkap Pukat Pantai
Daerah
penyebaran alat tangkap pukat pantai terdapat hampir di seluruh daerah
perikanan laut Indonesia, walaupun di tiap daerah punya nama dan ciri
tersendiri, namun hal ini pada dasarnya hanya bertujuan untuk memudahkan
pengenalan alat tangkap ini di masing-masing daerah. Misalnya alat tangkap
pukat pantai yang beroperasi di teluk Segara Wedi yang labih dikenal dengan
krakat prigi karena terdapat di perairan prigi kabupaten Trenggalek Jawa Timur.
Krakat ini sudah digunakan untuk menangkap ikan sejak jaman belanda atau
sekitar tahun 30-an. Pada masa itu harga bahannya masih relative mahal, oleh
karena itu baru para pegawai pemerintah Hindia Belanda saja yang memiliki.
Sedangkan bahan untuk membuatnyapun masih sederhana, alat ini pada masa itu
terbuat dari benang kapas dicampur dengan getah bakau pada bagian jaringnya,
dan tali penarik terbuat dari penjalin dengan daya awet alat yang hanya dapat
mencapai kurang labih selama 2 tahun.
Daerah
penangkapan yang bertambah luas dan jauh jaraknya disebabkan dengan adanya
persaingan dengan alat tangkap pukat cincin dan payang yang beroperasi di
perairan yang sama sehingga jumlah ikan menjadi terbatas. Selain itu derasnya
erosi di wilayah pesisir karena kurangnya pelindung menyebabkan perairan pantai
terdekat menjadi dangkal.
Bagian
pelampung pada pukat pantai pada masa pemerintahan Hindia Belanda itu masih
terbuat dari kayu dan pemberatnya dari batu dan tanah liat yang dibakar, tatapi
sekarang sudah berkembang menjadi bahan sintetis karena lebih awet dan mudah
perawatanya. Jumlah pemilik pukat pantai dan nelayan buruh yang mengoperasikan
juga bertambah banyak dan terus berkembang.
Prospektif Alat
Tangkap Pukat Pantai
Dalam
perkembanganya pukat pantai terus mengalami kemajuan baik dalam hal
distribusinya maupun bentuknya. Walaupun di masing-masing daerah mungkin akan
mempunyai nama yang berbeda-beda dan mengalami perubahan sesuai dengan
keinginan penduduk setempat. Penggunaan tenaga kerja yang cukup banyak sekitar
36 orang merupakan ciri positif dari pukat pantai bila dikaitkan dengan
lapangan kerja dan perluasan kesempatan kerja. Mereka biasanya tidak dituntut untuk
memiliki ketrampilan tertentu kecuali tenaga yang cukup untuk menarik jaring.
Meskipun tergolong dalam alat tangkap tradisional namun pukat pantai termasuk
dalam alat tangkap tradisional penting yang dapat memberikan hasil tangkap yang
cukup baik. Menurut data statistik perikanan tahun 1986 jumlah pukat tapi
mencapai 9.740 unit dengan jumlah seluruh alat penangkap 452.845 unit dan
dengan jumlah produksi mencapai 75.363 ton. Daerah penyebaranya hampir terdapat
di seluruh daerah perikanan laut Indonesia. Hal tersebut dapat menunjukkan
perkembangan dari alat tangkap pukat pantai yang cukup baik.
Konstruksi Alat
Tangkap
Konstruksi
Umum Alat Tangkap Pukat Pantai
Pada
prinsipnya krakat atau pukat pantai terdiri dari bagian bagian seperti :
kantong, sayap atau kaki dan tali panjang (slambar, hauling line). Bagian
kantong berbentuk kerucut, bisa dibuat dari bahan waring, katun maupun bahan
sintetis seperti waring karuna, nilon, dan bahan dari plastik. Pada mulut di
kantong kanan-kirinya dihubungkan dengan kaki atau sayap, sedang pada bagian
ujung belakang yang disebut ekor diberi tali yang dapat dengan mudah dibuka dan
diikatkan untuk mengeluarkan hasil tangkapn. Bagian kaki atau sayap dibuat dari
bahan benang katun atau bahan sintetis lainnya. Besar mata bagian kaki
bervariasi mulai dari 6,5 cm pada ujung depan dan mengecil pada bagian
pangkalnya. Pada bagian ujung depan kaki diberi atau dihubungkan dengan kayu
cengkal (brail or preader). Pada tiap ujung kaki, yaitu pada ris atas dan bawah
diikatkan tali yang telah diikatkan pada kayu cengkal kemudian disambungkan
dengan tali hela (tali slambar, hauling line) yang panjang dan dapat dibuat
menurut kebutuhan. Pada bagian atas mulut dan kaki diikatkan pelampung. Ada
tiga macam pelampung yang sering digunakan yaitu: pelampung raja, pelampung
biasa dan pelampung. Sedangkan pada ris bawah diikatkan dua macam pemberat
yaitu dari timah dan pemberat dari rantai besi yang jarak antara satu dengan
yang lainnya saling berjauhan.
Detail Konstruksi
Alat Tangkap Pukat Pantai
Pukat
pantai terdiri dari tiga bagian penting yaitu kantong (bag), badan (shoulder)
dan sayap (wings). Masing-masing bagian masih terdiri atas beberapa sub bagian
lagi.
1.
Sayap (Wings)
Sayap
merupakan perpanjangan dari bahan jaring, berjumlah sepasang terletak pada
masing-masing sisi jaring. Masing-masing sayap terdiri atas:
a. Ajuk-ajuk, yang berada di ujung depan dan
biasanya terbuat dari polyethyline
b. Gembungan, yang terdapat di tengah dan
biasanya juga terbuat dari polyethyline
c. Clangap, yang berada di dekat badan dan
biasanya juga terbuat dari polyethyline atau bahan sintetis lainnya.
2.
Kantong (Bag)
Kantong
berfungsi sebagai tampat ikan hasil tangkapan, berbentuk kerucut pada ujungnya
diikat sebuah tali sehingga ikan-ikan tidak lolos. Biasanya masih dibantu
dengan kebo kaos untuk membantu menampung hasil tangkapan. Kantong terdiri atas
bagian-bagian yang mempunyai ukuran mata yang berbeda-beda. Kantong terdiri
dari dua bagian, pada umumnya bagian depan berukuran mata sekitar 14 mm,
berjumlah sekitar 290 dan panjang sekitar 2,20 m. Bagian belakang kira-kira
memiliki ukuran mata 13 mm, dengan jumlah sekitar 770, dan panjang sekitar 4 m.
3.
Badan (Shoulder)
Bagian
badan jaring terletak di tengah-tengah antara kantong dan kedua sayap.
Berbentuk bulat panjang berfungsi untuk melingkupi ikan yang sudah terperangkap
agar masuk ke kantong. Badan terdiri atas bagian depan yang mempunyai ukuran
mata yang lebih kecil daripada bagian belakang dan dengan panjang serta jumlah
mata yang lebih banyak daripada bagian belakang.
Kedudukan
pukat pantai di perairan sangat ditentukan oleh keberadaan pelampung dan
pemberat pukat pantai.
1.
Pemberat (Sinker)
Pemasangan
pemberat pada umumnya ditempatkan pada bagian bawah alat tangkap. Fungsinya
agar bagian-bagian yang dipasangi pemberat ini cepat tenggelam dan tetap pada
posisinya meskipun mendapat pengaruh dari arus serta membantu membuka mulut
jaring kearah bawah.
2.
Pelampung (Floats)
Sesuai
dengan namanya fungsi pelampung digunakan untuk memberi daya apung atau untuk
mengapungkan dan merentangkan sayap serta membuka mulut jaring ke atas pada
alat tangkap pukat pantai.
Selain
hal-hal yang telah disebutkan diatas pukat pantai juga menggunakan tali temali.
Tali tamali yang terdapat dalam pukat pantai ada tiga jenis, yaitu:
1.
Tali Penarik (Warps) dan Tali Goci (Bridles)
Terletak
pada dua ujung sayap, berfungsi untuk menarik jaring pukat pantai pada setiap
operasi penangkapan. Tali ini ditarik dari pantai oleh nelayan dengan
masing-masing sayap ditarik oleh sekitar 13 nelayan atau tergantung dengan
panjang dan besarnya pukat pantai.
2.
Tali Ris Atas (Lines)
Berfungsi
sebagai tempat untuk melekatnya jaring pada bagian atas dan pelampung. Tali ini
terletak pada kedua sayap
3.
Tali Ris Bawah (Ground Rope)
Tali
ini berfungsi sebagai tempat melekatnya jaring pada bagian bawah dan pemberat.
Tali ini terletak pada kedua sayap jaring.
Karakteristik Alat
Tangkap Pukat Pantai
Alat
tangkap pukat pantai termasuk jenis pukat yang berukuran besar. Banyak dikenal
di daerah pantai utara Jawa, Madura, Cilacap, Pangandaran, Labuhan, Pelabukan
Ratu, Maringge (Sumatra Selatan). Bentuknya seperti payang dan bersayap.
Prinsip pengoperasiannya adalah menelusuri dasar perairan dan pada akhir
penangkapan hasilnya didaratkan ke pantai. Dalam pengoperasiannya pukat pantai
yang berukuran besar memerlukan tenaga sampai puluhan orang lebih. Kantong pada
pukat pantai biasanya berbentuk kerucut dan terbuat dari katun maupun bahan
sintetis lain. Hasil tangkapan yang diperoleh dengan alat tangkap pukat pantai
biasanya jenis-jenis ikan pantai yang hidup di dasar dan termasuk juga jenis
udang. Dalam pengoperasiannya kapal atau perahu yang digunakan bervariasi.
Sampai sekarang penggunaan alat tangkap pukat pantai ini terus menerus
mengalami perkembangan baik dalam hal perubahan model maupun penyebaran atau
distribusinya.
Bahan dan
Spesifikasinya
Seperti
yang telah disebutkan pada konstruksi maupun detail konstruksi, pada prinsipnya
pukat pantai terdiri dari bagian-bagian kantong yang berbentuk kerucut yang
bisa dibuat dari bahan waring, katun maupun bahan sintetis lain seperti waring
karuna, nilon bahan dari plastic maupun polyethylene (PE). Bagian kaki atau
sayap dibuat dari bahan benang katun atau bahan sintetis lainnya. Pada bagian
atas mulut dan kaki diikatkan pelampung. Pelampung ini kebanyakan terbuat dari
bahan sintetis yang bersifat mudah mengapung atau tidak tenggelam dan biasanya
berbentuk silinder. Sedangkan pada ris bawah diikatkan pemberat yang bisa
terbuat dari timah atau dapat pula digunakan rantai besi. Pada masa dahulu
masih digunakan pemberat yang terbuat dari bahan liat maupun batu. Namun
sekarang sudah jarang digunakan karena daya awetnya rendah.
Hasil Tangkapan
Hasil
tangkapan yang diperoleh dengan alat tangkap pukat pantai terutama jenis-jenis
ikan dasar atau jenis ikan demersal dan udang antara lain yaitu; pari (rays),
cucut (shark),teri (Stolepharus spp), bulu ayam (Setipinna spp), beloso
(Saurida spp), manyung (Arius spp), sembilang (Plotosus spp), krepa
(Epinephelus spp), kerong-kerong (Therapon spp), gerot-gerot (Pristipoma spp),
biji nangka (Parupeneus spp), kapas-kapas (Gerres spp), petek (Leiognathus
spp), ikan lidah dan sebelah (Psettodidae), dan jenis jenis udang (shrimp).
Sedangkan
untuk pembagian hasil tangkapan, hal ini sudah diatur sesuai dengan
undang-undang no. 16 tahun 1964 tentang pembagian hasil usaha perikanan tangkap
untuk operasi penangkapan ikan di laut dengan menggunakan perahu layar, nelayan
penggarap minimal mendapat 75% dari hasil usaha bersih.
Daerah Penangkapan
Daerah
penangkapan ikan adalah suatu daerah perairan yang cocok untuk penangkapan ikan
dimana alat tangkap dapat kita operasikan secara maksimum. Syarat-syarat suatu
daerah dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan bila :
1. Terdapat ikan yang berlimpah jumlahnya
2. Alat tangkap dapat dioperasikan dengan
mudah
3. Secara ekonomis daerah sangat berharga
atau kondisi dan posisi daerah perlu diperhitungkan.
Pada
umumnya krakat atau pukat pantai banyak dikenal dan dipergunakan di daerah
pantai utara Jawa, Madura, Cilacap, Pangandaran, Labuhan, Pelabuhan Ratu,
Marigge (Sumatra Selatan), dan banyak pula digunakan di daerah Jawa. Sedangkan
distribusi pukat pantai ini meliputi daerah Labuhan, Teluk Panganten, Jakarta,
Cirebon, Brebes, Pemalang, Tegal, Pekalongan, Semarang, Jepara, Juana, Rembang,
Tuban, Bojonegoro, Pasuruan, Probolinggo, Panarukan, Banyuwangi, Muncar,
Sepanjang Pantai Madura, Lampung, Prigi,
Pangandaran, Teluk Betung, Maringge, Seputih dan lain-lainnya.
Biasanya
daerah penangkapan untuk alat pukat pantai ditentukan berdasarkan tanda-tanda
alamiah seperti terlihatnya buih-buih dipermukaan perairan atau adanya burung
yang menyambar-nyambar, namun kebanyakan nelayan menggunakan cara dengan
mencoba menurunkan jaring pada daerah yang sudah biasa dijadikan daerah
penangkapan oleh nelayan pukat pantai di masing-masing daerah.
Dulu
ketika jumlah unit pukat pantai masih terbatas, penggunaan daerah penangkapan
tidak pernah menjadi permasalahan antara pemilik pukat pantai. Namun seiring
dengan berkembangnya jumlah pemilik pukat pantai maka pada masing-masing daerah
atau wilayah penangkapan dikenal adanya sistem pembagian daerah penangkapan
pukat pantai dengan membagi daerah penangkapan menjadi beberapa bagian dan pada
tiap bagian berlaku adanya pembagian jadwal operasi.
Alat
Bantu Penangkapan
Selain
bagian-bagian dari pukat pantai sendiri, dalam pengoperasiannya pukat pantai
masih menggunakan alat bantu penangkapan diantaranya adalah :
1.
Perahu
Perahu
yang dipergunakan dalam pengoperasian pukat pantai ini bervariasi. Akan tetapi
biasanya berukuran panjang 5-6 m, lebar 0.6 m dan dalam atau tinggi 0.7 m.
Perahu ini ada yang dilengkapi dengan katir/sema (outriggers) maupun tidak. Ada
yang dilengkapi dengan motor dan ada juga yang tanpa motor (perahu dayung).
Untuk perahu dayung biasanya terbuat dari bahan kayu. Kelebihan dari material
kayu selain harganya lebih murah, tehnologinya sederhana, material mudah
didapat, pembentukannya mudah ringan dan perawatanya juga mudah.
2.
Pelampung Berbendera
Pelampung
berbendera ini berfungsi sebagai tanda posisi kantang pukat pantai di perairan
dan sebagai petunjuk bagi mandor tentang keseimbangan posisi jaring antara kiri
dan kanan. Sehingga dengan melihat bendera, mandor dapat dengan mudah
mengetahui kapan posisi penarik harus bergeser dan seberapa jauhnya jarak
pergeseran.
3.
Kayu Gardan
Kayu
garden ditancapkan dengan kokoh di pantai. Fungsi dari kayu ini adalah sebagai
penggulung tali penarik dan sebagai tempat untuk menambatkan tali penarik. Kayu
ini terbuat dari kayu pohon yang kuat misalnya kayu kopi, kayu waru dan
sebagainya.
Teknik Operasi Alat
Tangkap Pukat Pantai
Tahap
Persiapan
Kira-kira
sebanyak 6 orang nelayan naik ke perahu yang ditambat di dekat pantai untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan bagi operasional penangkapan.
Jaring dan tali disusun sedemikian rupa dengan dibantu para nelayan penarik
untuk mempermudah operasi penangkapan terutama pada waktu penawuran (setting).
Urut-urutan susunan alat dalam perahu mulai dari dasar adalah sebagai berikut :
gulungan tali penarik I, sayap I, badan, kantong, sayap II dan teratas adalah
gulungan tali penarik II. Diatur pula letak pelampung pada bagian sisi kanan
menghadap kearah laut dan pemberat di sebelah kiri menghadap kearah pantai.
Salah satu ujung tali hela (penarik) diikatkan pada patok kayu di pantai
kemudian perahu dikayuh menjauhi pantai.
Tahap
Penawuran (Setting)
Perahu
dikayuh menjauhi pantai sambil menurunkan tali hela II yang ujungnya telah
diikatkan pada patok di daratan pantai. Apabila syarat-syarat fishing ground
telah ditemukan dan jarak sudah mencapai sekitar 700 m (sepanjang tali hela)
dari pantai, perahu mulai bergerak ke kanan sambil menurunkan jaring. Penurunan
jaring diusahakan agar membentuk setengah lingkaran menghadap garis pantai.
Urutan penurunan dari perahu sebelah kiri berturut-turut sayap II, badan dan
kantong serta sayap I, kemudian tali hela diulur sambil mengayuh perahu
mendekati pantai dan pada saat mendekati pantai ujung tali penarik yang lain
dilempar ke pantai dan diterima oleh sekelompok nelayan yang lain. Setelah
kedua ujung tali penarik berada di pantai, masing-masing ujung ditarik oleh
sekelompok nelayan yang berjumlah sekitar 13 orang per kelompok. Pada saat itu perahu
kembali kelaut untuk mengambil tali kantong dan mengikuti jaring hingga ke
pantai selama penarikan jaring.
Kecapatan
perahu dalam menebarkan jaring dapat dihitung dengan mengetahui jarak yang
telah ditempuh perahu dan lamanya waktu penebaran. Sedangkan kecepatan
penawuran dapat diperoleh dengan menghitung panjang pukat pantai dibagi dengan
lama penawuran.
Tahap
Penarikan (Hauling)
Ketika
ujung tali hela I telah sampai di pantai, penarikan jaring dimulai. Jarak
antara ujung tali penarik I dan II kurang lebih 500 m, masing-masing ditarik
oleh nelayan berjumlah sekitar 13 orang. Sambil secara bertahap saling mendekat
bersamaan dengan mendekatnya jaring ke pantai. Perpindahan dilakukan kira-kira
sebanyak 4 kali dengan perpindahan ke 4 pergeseran dilakukan terus menerus
hingga akhirnya bersatu. Ketika sayap mulai terangkat di bibir pantai,
penarikan di komando oleh seorang mandor untuk mengatur posisi jaring agar ikan
tidak banyak yang lepas. Bersamaan dengan itu perahu dikayuh menuju ujung
kantong yang diberi tanda dengan bendera yang terpasang pada pelampung. Salah
satu dari crew penebar mengikatkan kebo kaos pada bagian ujung kantong. Kebo
kantong tersebut dimaksudkan sebagai tempat ikan hasil tangkapan agar jaring
tidak rusak akibat terlalu banyak muatan. Sambil memegang kebo kaos tersebut
nelayan berenang mengikuti jaring sampai ke pinggir pantai. Kecepatan penarikan
dapat dihitung dengan cara membagi panjang keseluruhan dengan lamanya
penarikan.
Tahap
Pengambilan Hasil Tangkap
Sayap
dan badan pukat pantai terus ditarik dan bila kedua bagian ini telah berada di
daratan pantai, kantong ditarik dan hasil tangkapan dikeluarkan dari kantong.
Selanjutnya ikan yang jenisnya bermacam-macam tersebut disortir dengan
memisahkan dan memasukkanya kedalam keranjang tempat yang telah disediakan.
Selain itu sebagian nelayan ada yang menaikkan tali penarik dan jating ke
daratan untuk dirawat atau mempersiapkan pengoperasian tahap berikutnya.
Hal-Hal
Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penangkapan
Hal-hal
yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu operasi penangkapan diantaranya
adalah :
1. Penentuan fishing ground yang tepat
2. Pengaturan posisi pukat pantai yang
digunakan
3. Kecepatan penebaran dan penaikkan jaring
4. perawatan, daya awet serta efektifitas
pukat pantai yang digunakan
5. Lamanya waktu pengoperasian
6. Kondisi perahu dan alat bantu lainnya.
Penulis
Dr.
Ir. Gatut Bintoro, M.Sc dan Ir. Sukandar, MP
Agrobisnis
Perikanan, FPIK Universitas Brawijaya
Editor
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
Fpik
Universitas Brawijaya Angkatam 2015
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous,1976,
Fisherman’s Manual, World Fishing,
England.
__________,1975,
FAO Catalogue of Smail Scale Fishing
Gier, FAO of UN.
Ayodyoa,
A.U., 1972, Kapal Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
___________,
1975, Fishing Methods Diktat Kuliah Ilmu Tekhnik Penangkapan Ikan, Bagian Penangkapan Fakultas Perikanan IPB, Bogor.
___________,
1983, Metode Penangkapan Ikan. Cetakan pertama. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.
Damanhuri,
1980, Diktat Fishing Ground Bagian Tehnik Penangkapan Ikan, Fakultas Perikanan
Universitas Brawijaya, Malang.
Dickson,
1959, The Use Of Danish Seine, Modern Fishing Gear Of The World, Japan
International Cooperation Agency, Tokyo.
Fridman,
!988, Perhitungan Dalam Merancang Alat Tangkap Ikan, Balai Pengembangan
Penangkapan Ikan, Semarang.
Martosubroto,
1987, Penyebaran Beberapa Sumber Perikanan Di Indonesia, Direktorat Bina
Sumberdaya Hayati, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian,
Jakarta.
Muhammad,
S. Sumartoyo, M. Mahmudi, Sukandar dan Agus Cahyono, 1997, Studi Pengembangan
Paket Teknologi Alat Tangkap Jaring Dogol (Danish Seine) Dalam Rangka
Pemanfaatan Sumberdaya Ikan-Ikan Demersal Di Perairan Lepas Pantai Utara Jawa
Timur, Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya, Malang.
Nedelec
W., 2000, Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Ikan, Balai Pengembangan
Penangkapan Ikan, Semarang.
Schmidt,
Peter G.Jr., 1989, Fish Boats 2, Mc hills, London.
Subani,
W., 1978, Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia, jilid I, LPPL, Jakarta.
Subani,
W dan H.R. Barus, 1989, Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia,
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta.
Swandaru,
2000, Pengoperasian Alat Tangkap Purse seine dua Kapal di Perairan Selat Bali.
Laporan PKl, Fakultas Perikanan Unibraw, Malang
The
Gourack Ropework, Co., ltd., 1961. Deep Sea Trawling and Wing Trawling.
Ward,
george, ed., 1964. Stern trawling
Widodo,
S., 2002, Identifikasi, Klasifikasi dan Inventarisasi Alat Penangkapan dan
Armada Perikanan di Kabupaten Jember, Fakultas Perikanan Unibraw, Malang.
Www.
Fao/Purseseine.Com
Www.
Fisheries.Com
Www.
Marine Aquarium.Com
Www.
Pursenet.Com
PROPAGASI
A. Latihan dan Diskusi
1. Mengapa purse seine di Laut Jawa dan Selat
Madura dapat menangkap jenis ikan-ikan dasar?
2. Mengapa penarikan tali kolor purse seine
harus berlangsung cepat?
B. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)
1. What is the function of ring?
2. Where was purse seine first introduced in
Indonesia?
3. What does it mean by potential energy?
4. How important is the purse line?
5. What kind of fish is ussually caught by
trawl?
C. QUIZ -mutiple choice (Evaluasi)
D. PROYEK (menghitung volume area perairan yang dilingkari purse seine)
Post a Comment for "Alat Tangkap Jaring Berkantong (Metode Penangkapan Ikan (MPI))"