ASPEK EKOLOGI DALAM MANAJEMEN KOLAM IKAN
Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang
lainnya. Berasal dari kata Yunani
oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup
maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi
pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914).[1] Dalam
ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Ekosistem
Pembahasan
ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai
komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara
lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, faktor
biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan
mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi
makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi
dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Manajemen
•
Ricky
W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran secara efektif dan efesien.
•
Efektif
berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien
berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan
sesuai dengan jadwal.[2]
•
Manajemen
belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal.[3]
Aspek-aspek Ekologi dalam Manajemen Kolam Ikan
SUHU AIR
Suhu air di daerah tropis dalam kisaran yang baik
untuk mendukung pertumbuhan ikan
SUPLAI MAKANAN YANG CUKUP
Suplai makanan terutama makanan alami tergantung pada
kesuburan kolam yaitu ketersediaan nutrien (komposisi kimia air kolam) untuk
fitoplankton. Peningkatan dan perbaikan dengan MKA, misal : pengapuran dan
pemupukan.
SUPLAI OKSIGEN
Suplai Oksigen secara teknis mudah diatasi dengan
pemberian aerasi (paddle wheel).
MEMBUANG METABOLIT (PRODUK-PRODUK EKSKRESI)
Secara teknis dapat diatasi dengan melakukan
pergantian air.
Pengapuran (Liming)
Efek Pengapuran pada Kolam :
Meningkatkan pH air kolam, pada kisaran yang disukai oleh ikan.
Meningkatkan alkalinitas air kolam sehingga fluktuasi pH tidak besar,
dan meningkatkan ketersediaan karbon serta kalsium.
Memperbaiki kualitas tanah dasar kolam
-
Menaikkan pH tanah dasar
-
Meningkatkan aktivitas biologis
-
Mempercepat dekomposisi dan mempercepat proses presipitasi
bahan
organik (yang berlebih) yang tersuspensi
Meningkatkan reaksi (proses) nitrifikasi senyawa amonia (menjadi
nitrat), karena proses nitrifikasi memerlukan karbon.
Membasmi parasit dan penyakit.
Kapan “Liming” dilakukan?
Jika pH air terlalu rendah
Jika alkalinitas terlalu rendah
Jika tanah dasar kolam terlalu berlumpur
Jika kandungan bahan organik terlalu tinggi
Jika ada ancaman parasit dan penyakit ikan
Jenis Bahan Pengapuran
Sejumlah zat yang berbeda digunakan sebagai bahan pengapuran, bahan kimia yang
digunakan untuk pengapuran tanah dan air adalah :
1.
oksida,
2.
hidroksida
dan
3.
kalsium
silikat atau magnesium, karena ini yang mampu mengurangi keasaman. Unsur dari
jenis kapur meliputi:
Kalsium (CaCO3) dan Dolomit (Kalsium-Magnesium Karbonat) [CaMg (CO3) 2]
Pengapuran/ liming
Pengapuran
dasar kolam sebaiknya dilakukan setelah pengolahan tanah
§ Menciptakan kondisi pH air kolam dalam kisaran yg optimal (pH: 7-8.5)
§ Hal ini erat kaitannya dg:
-
alkalinitas
-
kesadahan (hardness)
-
buffer system
/ larutan penyangga
Alkalinitas
Alkalinitas : Kemampuan buffer perairan budidaya yg diekspresikan
sebagai ppm calcium carbonate (Buttner, 1993)
Suatu ukuran kemampuan perairan untk menetralkan dengan menggunakan
carbonate, bicarbonate dan hydroxide utk melindungi organisme dari fluktuasi pH
Kesadahan (Hardness)
Mencakup ion calsium dan magnesium
Kekurangan kesadahan menyebabkan
pertumbuhan ikan yg kurang baik.
Total kesadahan diekspresikan
sbagai “ppm calcium carbonate”
Reaksi materi kapur
CaCO3 + H2O + CO2 à Ca++ + 2HCO3-
Ca(OH)2 + CO2 à CaCO3 +H2O
CaO + CO3
à CaCO3
Contoh:
Dosis kapur Tohor (CaO) menurut jenis tanah
dan macam kolam dengan luas 100 m2
§ Materi kapur (CaCO3, Ca(OH)2 dan CaO) melepaskan ion-ion yg dpt:
a) >
alkalinitas&kesadahan
b)
menetralisir keasaman
c)
menghasilkan sistem penyangga yg baik
d) >
ketersediaan karbon u/ fotosintesa àshg pengapuran jg > respon
pemupukan
§ Setelah pengapuran akan tjd kompetisi CO2 dg fitoplankton sampai tjd
kesembangan baru à ketersediaan CO2 > krn CaCO3 dpt menjebak/menangkap CO2
§ Dosis kapur yang akan
ditebarkan harus tepat ukurannya, karena:
- jika > menyebabkan kolam
tidak subur,
- jika
<
menyebabkan tanah dasar kolam menjadi masam.
Identifikasi Kolam yg Memerlukan “Liming”
•
Penghitungan
kesadahan air kolam :
Jika Luas
kolam 1 ha; kesadahan total 5 mg/L
Berapa
jumlah CaCO3 yg diperlukan untuk menaikkan kesadahan menjadi 20 mg/L ?
Jawaban:
20-5 = 15 mg per liter air; atau
15 gr CaCO3 per 1 m3 air
1 ha = 10.000 m3, maka diperlukan
150 kg CaCO3
PRODUKSI PRIMER
Produksi primer : jumlah total senyawa bahan organik baru yang terbentuk
oleh aktivitas fotosintesa
Produktivitas primer : laju pembentukan senyawa bahan organik baru, jika
Q=produksi primer, dan T = waktu
Produktivitas Primer = Q/T
Dalam mengukur produksi primer ada beberapa parameter yang dapat
digunakan untuk mengekspresikan “laju sintesa”, yaitu :
v Karbon organik
v Bahan organik (berat kering)
v Biomassa plankton (fito) dan
v Evolusi (perubahan) oksigen
Evolusi oksigen karena aktifitas fotosintesis adalah parameter yang
paling praktis dan dapat diandalkan keabsahannya serta dapat dilaksanakan
dengan cepat, yaitu dengan “Light and dark bottle method”. Adalah
mengukur jumlah oksigen yang diproduksi selama fotosintesa dan jumlah oksigen
yang dikonsumsi dalam respirasi.
Gross Photosynthesis (mg/L) = LB-DB
Respiration (mg/L) = IB-DB
Net Photosynthesis (mg/L) = LB-IB
L = Light, D = Dark, I = Initial awal
Reaksi fotosintesis : 6CO2 + H2O à C6H12O6 + 6O2
Molekul oksigen yang dihasilkan adalah ekuivalen dengan 1 atom karbon
yang diproduksi.
3. Pemupukan
Anorganik
Tujuannya : menstimulir pertumbuhan fitoplankton (primary production),
atau disebut membangun “autotrophic feeding pathway”.
Dengan menstimulir produksi primer, menstimulir produksi dari semua tingkatan
trofik lainnya, mempengaruhi
produksi ikan.
Mineral dan cahaya diperlukan untuk proses fotosintesa. Jika mineral ada
dalam jumlah yang mencukupi, kepadatan
fitoplankton meningkat penetrasi cahaya ke dalam kolam akan
menurun, membatasi produksi primer oleh fitoplankton pada kedalaman yang lebih
dalam.
Pada dosis “pemupukan standard” (standard fertilization : 50 kg
single super phosphate/ ha dan 50 kg ammonium sulfat/ ha).
Untuk mempertahankan laju maks fotosintesis, maka kebutuhan nutrien
minimum hariannya adalah :
- 4 mg C/L/hari à (40 kg C/ha/hari)
- 0,8 mg N/L/hari) à (8 kg N/ha/hari)
- 0,08 mg P/L/hari à(0,8 kg P/ha/hari)
Dengan asumsi bahwa :
- Kedalaman air kolam 1 m
- Efisiensi transfer nutrien adalah 100%
- Tidak ada “recycling” nutrien dalam sistem tersebut
3. Faktor utama pengaruhi jumlah
pemupukan
Kebutuhan akan “makanan alami” bagi ikan
Kubutuhan nutrien pada fitoplankton
Ketersediaan nutrien dalam air kolam
Perlu diingat :
Konsentrasi N dan P serta sifat kelarutannya dalam air untuk tiap jenis
pupuk berbeda, perlu dilakukan “koreksi” dalam aplikasi pemupukan.
Akan selalu terjadi “recycling” nutrien dalam ekosistem (kolam)
Dekomposisi bahan organik oleh bakteri memerlukan oksigen disebut BOD (Biochemical
oxygen demand)
BOD pada permukaan sedimen ± 3-4 gram O2/m3/hari
Respirasi à CH2O + O2 CO2 + H2O
DINAMIKA OKSIGEN TERLARUT PADA KOLAM
Oksigen terlarut (DO) digunakan secara terus menerus oleh biota kolam
dalam respirasi baik siang maupun malam. Oksigen diproduksi hanya pada saat
siang hari, pada saat malam hari sumber oksigen hanya berasal dari difusi.
DO untuk respirasi ikan :
Rumus
umum yang dipakai untuk menduga laju respirasi ikan dalam kisaran suhu 20-30oC
Y=0,001W0,82
Dimana :Y = gram O2 yang dikonsumsi/berat
ikan/jam
W
= rata-rata berat ikan (gram)
DO mud :
DO mud respiration : total DO yang dikonsumsi oleh bentos
termasuk oksidasi bahan organik dalam tanah.
Nilai bervariasi antara 6-125 mg
O2/m2/jam
BOD:
BOD respirasi oleh plankton à DO plankton
BOD respirasi oleh bakteri à DO bahan organik
Sehingga besarnya BOD tergantung pada :
Kepadatan Plankton
Konsentrasi bahan organik
Suhu air
MANURING
Jika aplikasi pupuk kandang (manure) dilakukan dengan dosis yang
tepat, hubungan linier antara “stocking density” dan “maximum fish
yield” akan tercapai.
Pada kondisi tersebut ekosistem dan produktivitas kolam sangat mendukung
pertumbuhan ikan.
Dosis pupuk kandang yang optimal: jumlah bahan organik tertinggi yang
mampu diproses dalam ekosistem kolam tanpa menyebabkan perubahan yang buruk
terhadap lingkungan dan pertumbuhan ikan.
Publisher
Gery
Purnomo Aji Sutrisno, S.Pi
Post a Comment for "Aspek Ekologi Dalam Manajemen Kolam Ikan (Dasar Akuakultur Atau Aquaculture)"