1. PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
•
Pengambilan keputusan bukanlah hal yang mudah, hal ini harus dilakukan di
tengah faktor – faktor yang selalu berubah – ubah, informasi yang tidak jelas,
dan cara pandang yang berlawanan.
•
Manajer sering disebut sebagai pengambil keputusan, walaupun banyak keputusan
yang mereka ambil strategis sifatnya, manajer juga mengambil keputusan tentang
setiap aspek lain dari organisasi, termasuk diantaranya struktur, system
control, respon terhadap lingkungan, dan sumber daya manusia.
•
Manajer mengeksplorasi permasalahan, membuat keputusan untuk menyelesaikannya
dan mengawasi konsekuensi yang timbul untuk melihat apakah keputusan tambahan
diperlukan
•
Pengambilan keputusan yang baik merupakan bagian penting dari manajemen yang
baik karena keputusan menentukan bagaimana organisasi menyelesaikan masalah
mereka, mengalokasikan sumber daya dan mencapai tujuannya.
•
Sebuah keputusan merupakan pilihan yang dilihat dari sejumlah alternatif yang
ada.
•
Pembuatan keputusan adalah bagian kunci kegiatan manajer. Kegiatan ini
memerankan bagian penting, terutama bila manajer melaksanakan fungsi
perencanaan.
•
Perencanaan menyangkut keputusan – keputusan yang sangat penting dan jangka
panjang yang dibuat manajer.
•
Dalam proses perencanaan manajer memutuskan tujuan – tujuan organisasi yang
akan dicapai, sumber daya – sumber daya yang akan digunakan dan siapa yang akan
melaksanakan setiap tugas yang dibutuhkan.
1.2 Tujuan
Penguasaan
materi dalam modul ini, yang dirancang sebagai landasan pembuatan keputusan
memiliki tujuan sebagai berikut :
•
Menjelaskan pengertian dari pengambilan keputusan
•
Menjelaskan mengapa pengambilan keputusan merupakan komponen penting dalam
manajemen yang baik
•
Mendeskripsikan model klasik, administratif dan politis dari pengambilan
keputusan dan aplikasinya
•
Mengidentifikasi enam langkah yang digunakan dalam pengambilan keputusan
tingkat manajerial
•
Menjelaskan empat gaya keputusan personal yang digunakan manajer
•
Mendiskusikan kelebihan dan kekurangan dalam pengambilan keputusan partisipatif
•
Mengidentifikasi teknik – teknik untuk meningkatkan pengambilan keputusan di
lingkungan yang bergerak cepat dan tidak pasti saat ini
2. JENIS KEPUTUSAN
•
Keputusan merupakan pilihan yang dibuat dari sejumlah alternative yang ada.
Contohnya : pilihan manajer akunting di antara Bill, Tasha, dan Jenifer untuk
posisi junior auditor adalah sebuah keputusan. Banyak orang mengasumsikan bahwa
pemilihan alternative adalah bagian utama dari pengambilan keputusan, namun
sebenarnya itu hanyalah satu bagian saja.
•
Pengambilan keputusan merupakan proses identifikasi permasalahan dan peluang.
Pembuatan keputusan juga dapat didefinisikan sebagai penentuan serangkaian
kegiatan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
•
Manajer akan membuat tipe – tipe keputusan yang berbeda sesuai perbedaan
kondisidan situasi yang ada. Keputusan dapat dibedakan antara keputusan yang
dibuat dibawah kondisi kepastian, resiko, dan ketidakpastian.
•
Keputusan juga dapat dibedakan menjadi keputusan Terprogram dan Keputusan Tidak
Terprogram.
1.
Keputusan Terprogram. Keputusan terprogram meliputi situasi yang timbul cukup
sering untuk membuat aturan pengambilan keputusan dikembangkan dan
diaplikasikan ke masa depan. Keputusan terprogram dibuat sebagai respon
terhadap permasalahan yang timbul di organisasi. Selain itu keputusan
terprogram juga adalah keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau
prosedur. Keputusan – keputusan ini rutin dan berulang – ulang. Contohnya
adalah penetapan gaji karyawanyang baru oleh manajer karena perusahaan biasanya
mempunyai skala gaji untuk semua posisi.
2.
Keputusan yang tidak Terprogram. Adalah keptusan yang berkenaan dengan masalah
– masalah khusus, khas atau tidak biasa. Bila suatu masalahyang timbul tidak
cukup diliputi oleh kebijaksanaan atau sangat penting sehingga perlu penanganan
khusus, harus diselesaikan dengan suatu keputusan yang tidak terprogram.
Keputusan tidak terprogram juga diambil sebagai respon dari situasi yang unik,
tidak terjelaskan dengan baik dan sebagian besar tidak terstruktur, dan memilki
konsekuensipenting bagi organisasi. Banyak keputusan tidak terprogram
melibatkan perencanaan strategis, karena ketidakpastiannya tinggi dan keputusan
bersifat kompleks. Keputusan untuk membangun pabrik baru, mengembangkan produk
atau layanan baru, memasuki pasar geografis baru atau merelokasi kantor pusat
ke kota lain semuanya merupakan keputusan tidak terprogram.
•
Kepastian berarti seluruh informasi yang dibutuhkan pengambil keputusan
tersedia. Manajer memilki informasi dalam kondisi operasi, biaya atau batasan
sumber daya, jika sebuah perusahaan mempertimbangkan investasi $10.000
diperalatan baru yang diketahuinya dengan jelas akan menghasilkan penghematan
sebesar $4.000 setiap tahun selama lima tahun berikutnya, manajer menghitung
tingkat pengembalian sebelum pajak sebesar 40%.
•
Risiko. Berarti bahwa memiliki tujuan yang jelas dan informasi yang tersedia
dengan baik. Namun hasil di masa depan yang dihubungkan dengan setiap
alternatif ditentukan oleh peluang masing – masing.
•
Ketidakpastian berarti bahwa manajer tahu tujuan mana yang hendak mereka capai,
namun informasi tentang alternatif dan peristiwa di masa depan tidak lengkap.
•
Ambiguitas sejauh ini merupakan keputusan yang paling sulit. Ambiguitas berarti
bahwa tujuan yang harus dicapai atau permasalahan yang harus diselesaikan tidak
jelas sifatnya, dan alternatif sulit didefinisikan, dan informasi tentang hasil
tidak tersedia.
3. MODEL PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
•
Model Klasik. Model Klasik (classical model) dari pengambilan keputusan
didasarkan pada asumsi ekonomi. Asumsi yang mendasari model klasik adalah
sebagai berikut :
1.
Pengambil keputusan bertindak untuk mencapai tujuan yang diketahui dan disepakati.
Permasalahan secara rinci diformulasikandan didefinisikan.
2.
Pengambil keputusan mengusahakan kondisi kepastian, dengan mengumpulkan seluruh
informasi. Semua alternatif dan hasil yang potensial dari setiap informasi
dihitung.
3.
Kriteria untuk mengevaluasi alternative diketahui. Pengambil keputusan memilih
alternatif yang akan memaksimalkan pengembalian secara ekonomi kepada
organisasi.
4.
Pengambil keputusan adalah orang yang rasional dan menggunakan logika dalam
menentukan nilai, kesukaan (preferences), dan menggunakan keputusan yang akan
memaksimalkan pencapaian tujuan organisasi.
•
Model klasik dari pengambilan keputusan dipertimbangkan sebagai hal normatif
(normative), yang berarti model ini mendefinisikan bagaimana pengambil
keputusan sebaiknya membuat keputusan. Model ini tidak menjelaskan bagaimana
manajer sebenarnya mengambil keputusan, atau memberi petunjuk tentang bagaimana
mencapai hasil ideal untuk organisasi. Contohnya banyak senior manajer
bergantung hanya kepada intuisi dan kesukaan pribadi dalam pengambilan
keputusan.
•
Model Administratif. Dari pengambilan keputusan menggambarkan bagaimana manajer
sesungguhnya membuat keputusan di situasi yang sulit, seperti yang
dikarakteristikkan oleh keputusan tidak terprogram, ketidakpastian, dan
ambiguitas. Banyak keputusan manajemen tidak cukup terprogram untuk membantu
mereka dalam kuantifikasi dalam bentuk apa pun. Manajer tidak mampu membuat
keputusan ekonomi yang rasional bahkan jika mereka menginginkannya.
•
Rasional terbatas. Berarti bahwa setiap orang mempunyai keterbatasan, tentang
seberapa mampu mereka menjadi rasional. Organisasi bersifat luar biasa
kompleks, dan manajermempunyai waktu dan kemampuan untuk memproses hanya
sejumlah informasi yang terbatas yang digunakan untuk membuat keputusan.
•
Pemenuhan (satisficing) berarti pengambil keputusan memilih alternatif solusi
pertama yang memenuhi criteria keputusan minimal. Dengan tidak berusaha untuk
mengejar seluruh alternatifuntuk mengidentifikasi solusi tunggal untuk
memaksimalisasi pengembalian ekonomi, manajer akan memilih solusi pertama yang
muncul untuk memecahkan masalah, bahkan jika solusi yang yang lebih baik
diperkirakan akan ada kemudian. Pengambil keputusan tidak dapat
menjustifikasiwaktu dan pengorabanan untuk mendapatkan kelengkapan informasi.
•
Model administratif dianggap sebagai deskriptif (descriptive), berarti bahwa
model ini menjelaskan bagaimana manajer sesungguhnya mengambil keputusan pada
situasi yang kompleks dibandingkan dengan mendikte bagaimana mereka seharusnya mengambil
keputusan menurut kondisi ideal yang teoritis.
•
Intuisi. Model aspek lain dari pengambilan keputusan administratif adalah
intuisi. Melambangkan penggambaran singkat dari situasi sebuah keputusan
berdasarkan pengalaman masa lalu namun tanpa pikiran yang sadar. Pengambilan
keputusan intuitif bukannya berubah – ubah atau tidak masuk akal, karena
didasarkan pada praktik bertahun – tahun dan pengalaman langsung yang membuat
manajer dapat dengan cepat mengidentifikasi solusi tanpa harus memalui perhitungan
yang melelahkan.
•
Model Politis. Model dari pengambilan keputusan ini berguna dalam pembuatan
keputusan tidak terprogram ketika kondisi tidak pasti, informasi terbatas, dan
terdapat ketidaksepakatan antara manajer tentang tujuan mana yang harus dicapai
atau arah tindakan apa yang harus diambil. Banyak keputusan organisasi
melibatkan banyak manajer yang mengejar tujuan berbeda, dan mereka harus
berbicara satu sama lain untuk berbagi informasi dan mencapai kesepakatan.
•
Koalisi. Merupakan pembentukan aliansi informal di antara manajer yang
mendukung tujuan tertentu. Pembentukan koalisi adalah proses pembentukan
aliansi antara manajer. Dengan kata lain manajer yang mendukung alternative
tertentu, seperti meningkatkan pertumbuhan perusahaan dengan mengakuisisi
perusahaan yang lain, berbincang secara informal dengan eksekutif lainnya dan
berusaha membujuk mereka untuk mendukung keputusan itu.
•
Ada empat asumsi dasar dari model politis :
1.
Organisasi dibentuk oleh kelompok yang berbeda kepentingan, tujuan dan nilai.
Manajer tidak sepakat mengenai prioritas permasalahan, dan mungkin tidak
memahami atau membagi tujuan dan kepentingan dari manajer lain
2.
Informasi bermakna ganda dan tidak lengkap. Usaha untuk menjadi rasional
dibatasi oelh kompleksitas dari banyak masalah dan juga batasan pribadi dan
organisasi
3.
Manajer tidak memiliki kapasitas waktu, sumberdaya atau mental untuk
mengidentifikasi seluruh dimensi masalah dan memproses seluruh informasi yang
relevan. Manajer berbicara satu sama lain bertukar pandangan untuk mengumpulkan
informasi dan mengurangi ambiguitas
4.
Manajer terlibat dalam debat “saling dorong dan tarik” untuk memutuskan tujuan
dan mendiskusikan alternatif. Keputusan adalah hasil dari tawar – menwar dan
diskusi diantara anggota koalisi.
4. PROSES PEMBUATAN
KEPUTUSAN
•
Tahap 1. Pemahaman dan Perumusan Masalah. Para manajer menghadapi kenyataan
bahwa masalah yang sebenarnya sulit diketemukan, atau bahkan sering hanya
mengidentifikasikan gejala masalah bukan penyebab yang mendasar. Para manajer
dapat mempermudah identifikasi dengan beberapa cara yaitu : pertama manajer
secara sistematik menguji hubungan – hubungan sebab – akibat, kedua manajer
mencari penyimpangan – penyimpangan atau perubahan – perubahan dari “normal”.
Dan barangkali paling penting, manajer berkonsultasi dengan pihak – pihak lain
yang mampu memberikan pandangan dan wawasan yang berbeda tentang masalah atau
kesempatan
•
Tahap 2. Pengumpulan dan Analisa data yang relevan. Setelah manajer menentukan
dan merumuskan masalah, mereka harus mulai memutuskan dan merumuskan masalah,
mereka harus mulai memutuskan langkah – langkah selanjutnya. Manajer pertama
kali harus menentukan data – data apa yang akan dibutuhkan untuk membuat
keputusan yang tepat, dan kemudian mendapatkan informasi tersebut. Para manajer
akan jarang memperoleh seluruh data yang dibutuhkan, padahal mereka harus
mempunyai informasi cukup untuk dapat merumuskan berbagai penyelesaian.
•
Tahap 3. Pengembangan alternatif – alternatif. Kecenderungan untuk menerima
alternative keputusan pertama yang “feasible” sering menghindarkan manajer dari
pencapaian penyelesaian yang terbaik untuk masalah – masalah mereka.
Pengembangan sejumlah alternatif memungkinkan manajer untuk menolak
kecenderungan untuk membuat keputusan terlalu cepat dan membuat lebih mungkin pencapaian
keputusan yang efektif.
•
Tahap 4. Evaluasi Alternatif – Alternatif. Setelah manajer mengembangkan
sekumpulan alternatif, mereka harus mengevaluasinya untuk menilai efektivitas
setiap alternatif. Efektivitas dapat diukur dengan dua kriteria : apakah
alternatif realistik bila dihubungkan dengan tujuan dan sumberdaya organisasi,
dan seberapa baik alternatif akan membantu pemecahan masalah.
•
Tahap 5. Pemilihan Alternatif terbaik. Tahap kelima pembuatan keputusan
merupakan hasil evaluasi berbagai alternatif. Alternatif terpilih akan
didasarkan pada jumlah informasi yang tersedia bagi manajer dan
ketidaksempurnaan kebijakan manajer.
•
Tahap 6. Implementasi Keputusan. Implementasi keputusan menyangkut lebih dari
sekedar pemberian perintah. Manajer harus menetapkan anggaran atau skedul
kegiatan, mengadakan dan mengalokasikan sumber daya – sumber daya yang
diperlukan, serta menugaskan tanggung jawab dan wewenang pelaksanaan tugas –
tugas tertentu.
•
Tahap 7. Evaluasi Hasil – Hasil Keputusan. Implementasi keputusan harus
dimonitor terus – menerus. Manajer harus mengevaluasi apakah implementasi
dilakukan dengan lancer dan keputusan memberikan hasil – hasil yang diinginkan.
Pembuatan keputusan adalah suatu proses yang bersifat kontinyu bagi manajer –
dan merupakan tantangan yang harus selalu dihadapinya
•
berikut ini merupakan diagram langkah pengambilan keputusan dalam sebuah
organisasi :
Gambar 1 . Langkah
Pengambilan Keputusan
5. KERANGKA KERJA
KEPUTUSAN PERSONAL
•
Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para manajer dalam suatu
organisasi atau perusahaan tidak akan sama antara manajer yang satu dengan yang
lainnya. Pengambilan keputusan ini biasa disebut gaya keputusan (dicision
style). Gaya keputusan ini merupakan perbedaan diantara sejumlah orang yang
berkaitan dengan bagaimana mereka memandang masalah dan mengambil keputusan
•
Berikut merupakan kerangka kerja keputusan personal
Gambar 2. Kerangka
Kerja Keputusan Personal
•
Gaya perintah digunakan oleh seorang yang lebih menyukai solusi yang sederhana
dan langsung ke sasaran. Manajer yang menggunakan gaya ini sering mengambil
keputusan dengan cepat karena mereka tidak suka menghadapi banyak informasi dan
mungkin mempertimbangkan hanya satu atau dua alternatif.
•
Manajer dengan gaya analitis suka mempertimbangkan solusi kompleksberdasarkan
sebanyak – banyaknya data yang dapat mereka kumpulkan. Individu ini dengan hati
– hati mempertimbangkan alternative fan sering mendasarkan keputusan mereka
pada tujuan, data rasional dari system control manajemen dan sumber lain.
Mereka mencari keputusan terbaik berdasarkan informasi yang tersedia
•
Orang yang cenderung memakai gaya konseptual juga sering mempertimbangkanbanyak
informasi. Namun, mereka juga lebih berorientasi sosial daripada orang yang
menggunakan gaya analitis dan suka berkomunikasi dengan orang lain tentang
masalah dan kemungkinan alternatif pemecahannya. Manajer yang menggunakan gaya
ini mempertimbangkan banyak alternatif, mengandalkan informasi dari orang dan
sistem, dan cenderung memecahkan masalah secara kreatif.
•
Gaya tingkah laku adalah gaya yang digunakan manajer yang memiliki perhatian
besar pada orang lain sebagai individu. Manajer yang menggunakan gaya ini suka
berkomunikasi satu – satu dan memahami perasaan mereka tentang masalah dan
dampak dari keputusan yang ada terhadap mereka. Orang yang memilki gaya ini
umumnya memerhatikan pengembangan pribadi orang lain dan dapat mengambil
keputusan yang membantu orang lain mencapai tujuan mereka.
•
Manajer yang paling efektif adalah yang mampu bergerak dari satu gaya ke gaya
lainnya seperti yang dibutuhkan untuk memenuhi situasi yang dihadapi. Menyadari
gaya keputusan seseorang yang dominan dapat menghindarkan manajer untuk membuat
kesalahan yang fatal saat gaya dominannya tidak sesuai dengan permasalahan yang
sedang dihadapi.
6. MENINGKATKAN
PARTISIPASI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
•
Manajer membuat sejumlah keputusan sebagai individu, namun pengambil keputusan lebih
sering menjadi bagian dari sebuah kelompok.
•
Keputusan yang utama dalam dunia usaha jarang dibuat hanya oleh seorang
individu saja, pengambilan keputusan yang efektif sering kali tergantung dari
apakah manajer melibatkan orang yang tepat dengan cara yang benar untuk
membantu mereka memecahkan masalah
•
Model Vroom – Jago membantu manajer mengukur jumlah partisipasi yang sesuai
dari bawahannya dalam pengambilan keputusan yang spesifik. Model ini memiliki
tiga komponen utama yaitu : gaya kepemimipinan partisipasi, sejumlah pertanyaan
diagnostik yang digunakan untuk menganilisis situasi sebuah keputusan dan
serangkaian aturan keputusan.
•
Gaya Partisipasi Kepemimpinan. Model ini menggunakan lima tingkatan partisipasi
bawahan dalam pengambilan keputusan yang dimulai dari sangat otokratis
(pemimpin memutuskan sendiri) hingga sangat demokratis (pemimpin mendelegasikan
ke kelompok)
•
Lima tingkatan pengambilan keputusan inidiawali dengan pemimpin mengambil
keputusan sendiri (Memutuskan); mempresentasikan permasalahan secara individu
kepada bawahan (Berkonsultasi secara individual); mempresentasikan masalah ke
bawahan secara kelompok, emngumpulkan ide dan saran secara kolektif, kemudian
mengambil keputusan (Kelompok Kosultasi); berbagi permasalahan dengan bawahan
sebagai kelompok dan bertindak sebagai fasilitator untuk membantu kelompok
mengambil keputusan (menfasilitasi); atau mendelegasikan permasalahan dan
mengijinkan kelompok untuk membuat keputusan dalam batasan yang telah
ditentukan (mendelegasi).
•
Pertanyaan diagnostik. Bagaimana seorang manajer memutuskan mana dari kelima
gaya keputusan yang akan digunakan? Tingkatan yang sesuai dari partisipasi
keputusan tergantung dari jumlah faktor situasional, seperti tingkat yang
dibutuhkan dalam kualitas keputusan, tingkat keahlian pemimpin atau bawahan,
dan pentingnya memiliki bawahan yang berkomitmen pada keputusan yang diambil.
Para pemimpin dapat menganalisis tingkat pertisipasi yang sesuai dengan
menjawab tujuan pertanyaan diagnostik.
1.
Signifikansi Keputusan: seberapa signifikan keputusan ini untuk proyek atau
organisasi? Jika kualitas keputusan sangat penting untuk keberhasilan proyek
atau organisasi, pemimpin harus terlibat secara aktif.
2.
Pentingnya Komitmen: seberapa penting komitmen bawahan untuk menjalankan
keputusan? Jika implementasi membutuhkan komitmen membutuhkan komitmen yang
tinggi terhadap keputusan, pemimpin harus melibatkan bawahan dip roses
keputusan.
3.
Keahlian Pimpinan: apakah tingkatan keahlian pemimpin dalam kaitannya dengan
permasalahan? Jika seorang pemimpin tidak memiliki banyak informasi,
pengetahuan, atau keahlian, maka pimpinan harus melibatkan bawahan untuk
memperolehnya.
4.
Komitmen yang seragam: jika pimpinan harus membuat keputusan sendiri, apakah
bawahan memiliki komitmen yang tinggi atau rendah terhadap keputusan? Jika
bawahan umumnya mengikuti keputusan pimpinannya maka keterlibatan mereka dalam
proses pengambilan keputusan akan berkurang.
5.
Kelompok Pendukung untuk Tujuan: Apakah tingkatan dari dukungan bawahan untuk
tujuan kelompok atau organisasi yang dipertaruhkan melalui keputusan ini? Jika
bawahan memiliki dukungan yang rendah untuk pencapaian tujuan organisasi,
pimpinan tidak seharusnya membiarkan kelompok mengambil keputusan sendiri.
6.
Keahlian Kelompok: Apakah tingkatan pengetahuan dan keahlian anggota kelompok
dalam kaitannya dengan permasalahan? Jika bawahan memiliki pengetahuan yang
tinggi dalam permasalahan, maka tanggung jawab yang lebih besar untuk keputusan
dapat didelegasikan kepada mereka.
7. Kompetensi kelompok: seberapa terlatih dan
berkomimenkahanggota kelompok bekerja bersama untuk memecahkan masalah? Ketika
bawahan memiliki keahlian dan keinginan yang tinggi untuk bekerjasama dalam
menyelesaikan masalah, tanggung jawab yang lebih besar dalam pengambilan
keputusandapat didelegasikan kepada mereka.
PENULIS
Dr.
Ir. Pudji Purwanti, MP
Mochammad
Fattah, S.Pi, M.Si
Dosen
Fpik Universitas Brawijaya
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
Fpik
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
REFERENSI
Draft,
Richard L. 2008. Management. Salemba Empat. Jakarta
Handoko,
T Hani. 2003. Manajemen. BPFE. Yogyakarta
PROPAGASI
A.
Latihan dan Diskusi (Propagasi vertical dan Horizontal)
B.
Pertanyaan (Evaluasi mandiri)
1.
Apa itu keputusan?
2.
Sebut dan jelaskan jenis – jenis keputusan?
3.
Bagamanakah tahap pembuatan keputusan?
4.
Sebutkan model pembuatan keputusan?
5.
Apa saja yang termasuk ke dalam
pertanyaan diagnostic?
C.
QUIZ -mutiple choice (Evaluasi)
D. PROYEK (Eksplorasi entrepreneurship, penerapan topic bahasan pada dunia nyata)
Post a Comment for "Dasar Manajemen Pembuatan Keputusan"