Bubu
lipat merupakan alat tangkap yang saat ini popular digunakan oleh nelayan untuk
menangkap rajungan. Alat tangkap ini mulai digunakan oleh nelayan untuk
menangkap rajungan pada awal tahun 2000. Sebelum penggunaan bubu popular
dikalangan nelayan, nelayan di Rembang menangkap rajungan dengan menggunakan
Jaring klitik, Trammel-net, Gill-net lainnya, aneka pukat: Cantrang, Dogol, Trawl).
Cara ini disamping kurang ramah lingkungan (kurang selektif) juga kualitas
hasil tangkapanya relatif rendah (umumnya mati dan rusak). (Butar butar, 2005).
Seiring itu telah pula berkembang dikalangan nelayan jenis alat tangkap bubu
lipat (Traps). Bubu lipat sering disebut Wuwu pada daerah Rembang. Alat tangkap
ini bersifat pasif, dipasang pada perairan pantai yang dioprasikan secara
berangkai. Menyesuaikan perilaku Rajungan yang cenderung lebih aktif pada malam
hari maka pengoprasian bubu lipat kotak dan kubah pun dilakukan pada malam/pagi
hari. Menurut Martasuganda (2003), bubu lipat merupakan alat tangkap pasif
tradisional yang berupa penangkap ikan yang terbuat dari rotan, kawat, besi,
jaring, kayu dan plastik yang dijalin sedemikian rupa sehingga ikan yang masuk
tidak dapat keluar. Pemilihan alat tangkap bubu lipat karena alat tangkap ini
merupakan alat tangkap yang bersifat pasif, biaya pembuatan relatif murah dan
mudah dalam pengoperasiannya sehingga sangat membantu masyarakat yang bermodal
kecil, dan ramah lingkungan. Nelayan di Perairan Rembang saat ini telah banyak
yang menggunakan bubu lipat untuk menangkap
rajungan. Bubu lipat yang digunakan nelayan di periaran rembang yaitu bubu lipat kotak dan bubu lipat kubah. Bubu lipat kotak mempunyai bentuk segi empat yang dipasang secara pasif terbuat dari rangka besi dan ditutup dengan menggunakan jaring Polyethylene (PE). Bubu lipat kotak mempunyai panjang 49 cm, lebar 35 cm dan tinggi 18 cm. Bubu lipat kotak tanpa modifikasi memiliki dua bukaan pintu tanpa celah pelolosan, untuk bubu lipat kotak modifikasi memiliki dua bukaan pintu dan satu celah pelolosan berbentuk persegi panjang, terletak dibawah pintu masuk. Bubu lipat kubah memiliki ukuran diameter sepanjang 50 cm, dengan tinggi 20 cm. Bubu lipat kubah tanpa modifikasi memiliki dua buah bukaan pintu, sedangkan untuk bubu lipat kubah modifikasi memiliki dua buah bukaan pintu dan satu celah pelolosan berbentuk persegi panjang. Badan bubu terbuat dari jaring Polyethylene (PE) multifilament berwarna hijau dengan ukuran mesh size 20 mm. Dalam (Ferdiansyah, et al. 2017)
Metode Pengoperasian
Bubu
Proses pengoperasian bubu lipat dilakukan sebanyak 30 kali. Proses setting dilakukan pada pagi hari pukul 05.00 sampai dengan pukul 08.00 dan dilanjutkan dengan kegiatan hauling alat tangkap bubu lipat yang di pasang pada hari sebelumnya yang dilakukan pada saat itu juga pada pukul 09.00 s/d 13.00 pada hari yang sama dengan langsung dilanjutkan dengan proses setting untuk direndam dan diambil besoknya. Proses perendaman dilakukan selama ±24 jam. Pengoperasian bubu lipat dilakukan dengan sistem berantai dengan jarak 10-12 meter pada kedalaman 0,5-2 meter. Bubu lipat yang dioperasikan berjumlah 8 buah dengan rincian bubu lipat kotak yang berjumlah 2 buah, bubu lipat kotak modifikasi berjumlah 2 buah, bubu lipat kubah berjumlah 2 buah dan bubu lipat kubah modifikasi berjumlah 2 buah. Masing-masing bubu diberi pelampung tanda untuk mempermudah dalam proses pengangkatan bubu setelah direndam. Umpan yang digunakan adalah ikan rucah basah yang dibeli dari TPI atau pasar ikan setempat. Pola pemasangan bubu lipat dilakukan secara berselang-seling. Dalam (Ferdiansyah, et al. 2017)
Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1.
Penggunaan alat tangkap yang berbeda memberikan pengaruh terhadap hasil
tangkapan sebab alat tangkap tersebut mempunyai kualifikasi atau kelebihan
masing-masing. Alat tangkap yang digunakan peneliti untuk penelitian adalah
bubu lipat kotak, bubu lipat kotak modifikasi, bubu lipat kubah, bubu lipat
kubah modifikasi. Keempat alat tangkap tersebut mempunyai fungsi yang sama
sebagai alat tangkap rajungan.
2.
Penggunaan alat tangkap yang paling unggul adalah bubu lipat kubah modifikasi,
yang menghasilkan tangkapan rajungan sebanyak 60 ekor, sedangkan bubu lipat
kubah 27 ekor, bubu lipat kotak tanpa 37 ekor, dan bubu lipat kotak modifikasi
sejumlah 16 ekor.
3.
Terdapat interaksi terhadap penggunaan alat tangkap bubu lipat kotak dan bubu
lipat kubah dengan umpan yang berupa ikan rucah pada penelitian ini. Penggunaan
umpan ikan rucah terbukti menghasilkan
tangkapan
yang lebih banyak saat dipasang di bubu lipat kubah modifikasi. Interaksi yang
terdapat pada penelitian ini adalah penggunaan bubu lipat kubah modifikasi yang
menarik perhatian rajungan untuk masuk ke dalamnya.
4. Berdasarkan rasio efektifitas dilihat dari jumlah tangkapan, alat tangkap yang memiliki efektifitas penangkapan tertinggi untuk menangkap rajungan adalah bubu lipat kubah modifikasi. Nilai efektifitas sebesar 42,85%.
Adapun saran yang
dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
1.
Penggunaan alat tangkap bubu lipat kubah modifikasi dapat menjadi alternatif
bagi nelayan untuk menangkap rajungan di perairan Rembang. Bubu lipat kubah
modifikasi tersebut tentunya disertai dengan
penyesuaian
ukuran, bukaan kawat, dan badan bubu agar mampu meloloskan rajungan yang belum
cukup umur atau belum matang secara seksual sebagi upaya praktek penangkapan
berkelanjutan.
2.
Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan stok, keadaan daerah
penangkapan rajungan, dan tingkah laku rajungan agar pemanfaatan sumber daya
hayati ini dapat memberi manfaat sebaik-baiknya serta berkesinambungan bagi
kepentingan serta kemajuan masyarakat, khususnya bagi penduduk di sekitar perairan
Rembang.
3.
Diperlukan rekayasa dan uji coba umpan untuk menangkap rajungan dalam upaya
mendapatkan tangkapan rajungan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik.
Publisher
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
Fpik
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
Daftar Pustaka
Ferdiansyah,
M. R., Arsiyanto, A. Rosyid. 2017. Perbandingan Hasil Tangkapan Bubu Lipat
Kotak Dengan Bubu Lipat Kubah Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan (Portunus Pelagicus)
Di Perairan Rembang, Jawa Tengah. Jurnal Perikanan Tangkap (Juperta)
Post a Comment for "Alat Tangkap Bubu Atau Trap (Metode Penangkapan Ikan (MPI)) "