Suntung dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan cumi-cumi merupakan
kelompok hewan cephalopoda (memiliki kaki di kepala) yang termasuk dalam
golongan hewan invertebrate (tidak bertulang belakang) (Nursinar et al, 2015). Suntung adalah kelompok
hewan Cephalopoda atau jenis moluska yang hidup di laut. Nama Cephalopoda dalam
bahasa Yunani berarti kaki kepala, hal ini karena kakinya yang terpisah menjadi
sejumlah tangan yang melingkari kepala. Seperti semua Cephalopoda, cumi-cumi
dipisahkan dengan memiliki kepala yang berbeda (Sarwojo,2005).
KLASIFIKASI CUMI-CUMI
Kingdom :
Animalia
Phylum : Mollusca
Kelas : Cephalopoda
Ordo : Teuthoidea
Sub-Ordo : Myopsidae
Family : Loliginidae
Genus : Loligo
Spesies : Loligo chinensis
MORFOLOGI CUMI-CUMI
Cumi-cumi
memiliki tubuh langsing, kerangkanya tipis, bening dan terdapat dalam tubuhnya.
Cumi-cumi berenang menggunakan sistem propulsi jet yakni menyemburkan air lewat
organberupa corong. Kelas Cephalopoda umumnya tidak mempunyai cangkangl uar,
pada cumi-cumi cangkang terletak di dalam rongga mantel yang berwarna putih
transparan. Tubuh cumi-cumi tertutup oleh mantel tebal yangdiselubungi oleh
selaput tipis berlendir, pada bagian bawah mantel terdapat lubang seperti
corong yang berguna untuk mengeluarkan air dari ruang mantel (Barnes, 1974).
CIRI-CIRI CUMI-CUMI
Dalam
Nursinar et al. (2015), Cumi-cumi merupakan binatang lunak dengan tubuh
berbentuk silindris. Sirip-siripnya berbentuk trianguler atau radar yang
menjadi satu pada ujungnya.Pada kepalanya di sekitar luabang mulut terdapat 10
tentakel yang dilengkapi dengan alat penghisap (sucker).Tubuh terdiri dari isi
rongga tubuh (visceral mass) dan mantel.Lapisan isi rongga tubuh berbentuk
silinder dengan dinding sebelah dalam tipis dan halus.Mantel yang dimilikinya
berukuran tebal, berotot, dan menutupi isi rongga tubuh pada seluruh isi serta
mempunyai tepi yang disebut leher (Pelu, 1989).
Dalam
Nursinar et al. (2015), Karakteristik yang dimiliki cumi-cumi adalah adanya
kantong tinta yang terletak di atas usus besar. Bila kantung ini dibuka, maka
akan mengeluarkan tinta berwarna coklat atau hitam yang diakibatkan oleh pigmen
melanin. Cumi-cumi akan mengeluarkan tintanya melalui siphon untuk menghindari
predator (Buchsbaum et.al. 1987).
Dalam
Nursinar et al. (2015), Faring merupakan bagian depan kerongkongan berfungsi
untuk mengisap makanan dari mulut dan membasahinya dengan lender, mulut sebagai
tempat masuknya makanan, mata sebagai alat penglihatan, tentakel berfungsi
sebagai alat gerak,merasa, memeriksa dan alat penagkap mangsa, anus berungsi
mengeluarkan sisa metabolism, hati berfungsi mengambil sari-sari makanan dalam
darah dan sebagai tempat penghasil empedu, esophagus sebagai saluran di
belakang rongga mulut berfungsi menghubungkan rongga mulut dan lambung, insang
sebagai organ pernapasan, lambung sebagai bagian dari organ pencernaan,
cangkang dalam sebagai pelindung organ tubuh bagian dalam, ovarium sebagai
penghasil sel telur, rektum sebagai bagian usus belakang yang membuka ke anus,
dan kantung tinta adalah kantung selaput yang terdapat pada cumi-cumi, yang
mengandung tinta dan tinta ini akan disemprotkan bila cumi-cumi merasa
terganggu akan kedatangan/bertemu pemangsa/predator.
TINGKAH LAKU CUMI-CUMI
Cumi-cumi
mengeluarkan tinta/cairan hitam ketika ada bahaya yang mengancamnya. Cumi-cumi
juga mampu mengubah-ubah warna kulitnya sesuai dengan warna lingkungannya.
Dalam
Nursinar et al. (2015), Cumi-cumi digolongkan sebagai hewan karnivora karena
memakan udang dan ikan–ikan pelagis yang ditangkap dengan tentakelnya (Barnes,
1987).Komponen makanan ditemukan dalam lambung cumi-cumi adalah ikan–ikan
kecil.Selain ikan – ikan kecil, crustacean merupakan komponen makanan yang
mempunyai frekuensi kejadian yang cukup besar (Raharjo dan Bengen, 1984).
HABITAT CUMI-CUMI
Cumi
– cumi digolongkan sebagai hewan karnivora karena memakan udang dan ikan – ikan
pelagis yang ditangkap dengan tentakelnya. Komponen makanan ditemukan dalam
lambung cumi – cumi adalah ikan – ikan kecil. Selain ikan – ikan kecil,
crustacean merupakan komponen makanan yang mempunyai frekuensi kejadian yang
cukup besar, menyatakan cumi – cumi menghuni perairan dengan suhu antara 8
sampai 32 derajat celcius dan salinitas 8,5 sampai 30 per mil. Terjadinya
kelimpahan cumi – cumi ditunjang oleh adanya zat hara yang terbawa arus (run
off) dari daratan. Zat hara tersebut dimanfaatkan oleh fitoplankton yang
selanjutnya dimanfaatkan oleh zooplankton, juvenile ikan ataupun ikan – ikan
kecil merupakan makanan cumi – cumi. Daerah penyebaran cumi-cumi adalah di
perairan Pasifik Barat, Australia Utara, Pulau Filipina, bagian utara Laut Cina
Selatan sampai Jepang. Penyebaran cumi-cumi (Loligo sp.) di seluruh perairan
Indonesia hampir merata, yaitu dari Barat Sumatera sampai ke selatan Irian
Jaya, dari Selat Malaka ke timur sampai ke perairan Timur Sumatera, Laut Jawa,
Laut Banda, dan perairan Maluku/Arafura. Penyebaran cumi-cumi hampir di seluruh
laut di dunia ini , mulai dari pantai sampai laut lepas dan mulai perm ukaan
sampai kedalaman beberapa ribu meter.
Dalam
Nursinar et al. (2015), Menurut Voss (1963) dan Roper (1984), daerah penyebaran
cumi-cumi adalah di perairan Pasifik Barat, Australia Utara, Pulau Filipina,
bagian utara Laut Cina Selatan sampai Jepang. Penyebaran cumi-cumi (Loligo sp.)
di seluruh perairan Indonesia hampir merata, yaitu dari Barat Sumatera sampai
ke selatan Irian Jaya, dari Selat Malaka ke timur sampai ke perairan Timur
Sumatera, Laut Jawa, Laut Banda, dan perairan Maluku/ Arafura.
Dalam
Nursinar et al. (2015), Cumi-cumi (Loligo sp.) merupakan penghuni demersal atau
semi pelagik pada daerah pantai dan paparan benua sampai kedalaman 400
m.Beberapa spesies hidup sampai di perairan payau.Cumi-cumi melakukan
pergerakan diurnal, yaitu pada siang hari akan berkelompok dekat dasar perairan
dan akan menyebar pada kolom perairan pada malam hari.Cumi-cumi tertarik pada
cahaya (fototaksis positif), oleh karena itu sering ditangkap dengan
menggunakan bantuan cahaya (Roper et.al. 1984).
Dalam
Nursinar et al. (2015), Menurut Soewito dan Syarif (1990), menyatakan cumi –
cumi menghuni perairan dengan suhu antara 8 sampai 32 derajat celcius dan
salinitas 8,5 sampai 30 per mil. Terjadinya kelimpahan cumi – cumi ditunjang
oleh adanya zat hara yang terbawa arus (run off) dari daratan.Zat hara tersebut
dimanfaatkan oleh fitoplankton yang selanjutnya dimanfaatkan oleh zooplankton,
juvenile ikan ataupun ikan – ikan kecil merupakan makanan cumi –
cumi.Penyebaran cumi-cumi hampir di seluruh laut di dunia ini, mulai dari
pantai sampai laut lepas dan mulai permukaan sampai kedalaman beberapa ribu
meter (Hamabe, M et al. 1982).
REPRODUKSI CUMI-CUMI
Suatu
organisme dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak serta menjaga kelangsungan
hidupnya hanya dalam batas-batas kisaran toleransi, dengan kondisi
faktor-faktor abiotik dan ketersediaan sumberdaya tertentu saja. Beberapa
cumi-cumi melakukan reproduksi dengan sexsual. Reproduksi pada cumi-cumi secara
seksual. Sistem reproduksi seksual pada cumi-cumi terdiri atas sistem
reproduksi betina meliputi ovum, saluran ovum, kelenjar kuning telur. Sedangkan
reproduksi jantan terdiri atas testis, pori genital dan penis. Cumi-cumi
(Loligo sp.) mempunyai sistem reproduksi yang terpisah (dioecious), dimana
gonadnya terletak pada bagian posterior tubuhnya. Spermatophora (sel kelamin
jantan) yang sudah matang gonad akan disimpan pada nedhem sac. Reproduksi cumi
– cumi diawali dengan jantan merayu betina menggunakan warna kulit mereka dan
jika diterima oleh betina , kemudian menggunakan lengan yang disebut
hectocotylus untuk mentransfer paket sperma disebut spermatophore, ke betina.
Betina memproduksi sekitar 200 telur dan menempelkan pada dasar laut dalam
kelompok yang besar bergabung dengan telur betina lainnya. Kadang-kadang
"sneaker" jantan mengintai di sekitar sarang telur, hectocotylus
mereka melesat masuk ke dalam tubuh betina untuk menambahkan sperma merek ke
telur betina yang berada di dalam tubuh (MBL, 2000).
PERAN CUMI-CUMI DI
PERAIRAN
Peran
Cumi-Cumi di Perairan, Cumi-Cumi menjadi makanan ikan kecil, Crustacea dan
cumi-cumi yang lain dan dalam perlengkapan lingkaran makanan ikan lain yang
besar di lingkungan tempat tinggalnya.
MANFAAT CUMI CUMI
Cumi-cumi
adalah kebutuhan ekonomi, karena mereka digunakan sebagai makanan, dan sebagai
umpan pada jaring ikan. Indonesia merupakan negara pengekspor cumi-cumi dengan
nilai tertinggi kedua untuk komoditas non ikan setelah udang. Harga cumi-cumi
(Loligo sp) di pasaran cukup tinggi dan stabil. Saat musim cumi-cumi (Loligo
sp) melimpah, komoditas ini dapat diolah menjadi produk olahan seperti cumi
kering, cumi asin, kerupuk cumi dan makanan olahan lainnya dengan harga jual
yang lebih tinggi dan masa konsumsi yang lebih lama. Saat ini cumi-cumi (Loligo
sp) belum dibudidayakan sehingga produksinya masih sangat bergantung pada hasil
tangkapan di alam. Cumi Bangka (Loligo chinensis. Gray, 1849) merupakan jenis
cumi yang bernilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas ekspor. Jenis
cumi-cumi ini sudah semakin sulit didapat di perairan Indonesia secara umum,
hal ini menggambarkan bahwa semakin berkurangnya stok cumi-cumi (Loligo sp) di
alam, dalam (Baskoro, et al. 2015).
Dalam
Nursinar et al. (2015), Menurut data FAO dalam Rodhouse (2005) bahwa jumlah
moluska yang ditangkap untuk kepentingan komoditas komersial, pada tahun 2002
adalah 3.173.272 ton dan 75,8% dari jumlah tersebut adalah cumi-cumi yang
dimakan. Meningkatnya komoditas komersial cumi-cumi disebabkan kandungan gizi
yang terdapat didalamnya sangat baik untuk manusia, yaitu mengandung protein
yang cukup tinggi.Di samping itu cumi-cumi mengandung beberapa mineral penting
seperti natrium, kalium,fosfor, kalsium, magnesium, dan selenium. Fosfor dan
kalsium berguna untuk pertumbuhan kerangka tulang, sehingga penting untuk
pertumbuhan anak-anak dan mencegah osteoporosis di masa tua. Selain kaya akan
protein, suntung juga merupakan sumber vitamin yang baik, seperti vitamin B1
(tiamin), B2 (ribofavin), B12, niasin, asam folat, serta vitamin larut lemak
(A, D, E, K). Hasil penelitian ilmuwan Jepang menunjukkan bahwa tinta suntung
ini dapat dijadikan sebagai obat kanker (KKP, 2013).
PENULIS
Nabilla
Permata Sari
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Baskoro,
M. S., M. F. A. Sondita., dan R. Yusfiandayani. 2015. Efektivitas Bentuk
Atraktor Cumi-Cumi Sebagai Media Penempelan Telur Cumi-Cumi (Loligo sp). Jurnal
Kelautan Nasional, Vol 10, No. 3. Hal 177-184.
http://media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090021_2_9510.pdf
Nursinar,
S., F. M. Sahami., dan S. N. Hamzah. 2015. Analisis Dinamika Populasi Suntung
(Loligo sp.) di Perairan Teluk Tomini Desa Olimoo’o Kecamatan Batudaa Pantai. Laporan
Penilitian Kolaboratif Dosen dan Mahasiswa dana PNBP Tahun Anggaran 2015. 60
Halaman.
Post a Comment for "Cumi-Cumi Atau Suntung (Loligo Chinensis); Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll"