Ikan bandeng memiliki nama lain yaitu Milkfish dan nama
lokal yaitu Bolu, muloh dan ikan agam. Ikan ini memiliki tubuh langsing dengan
sirip ekornya bercabang sehingga mampu berenang dengan cepat. Warna tubuhnya
putih keperak – perakan. mulut tidak bergerigi sehingga menyukai makanan
ganggang biru yang tumbuh di dasar perairan (herbivora).
Ikan
bandeng (Chanos chanos forsskal) merupakan salah satu komoditas unggulan
Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini didukung oleh rasa daging yang enak dan
nilai gizi yang tinggi sehingga memiliki tingkat konsumsi yang tinggi. Selain
sebagai ikan konsumsi ikan bandeng juga dipakai sebagai ikan umpan hidup pada
usaha penangkapan ikan tuna (Syamsuddin, 2010).
Pada
tahun 2013, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan mentargetkan
peningkatan produksi ikan bandeng sekitar 71.147 ton dari produksi saat ini
rata-rata 55.000 ton per tahun (Anonim, 2010). Setiap tahun permintaan ikan
bandeng selalu mengalami peningkatan, baik untuk konsumsi lokal, ikan umpan
bagi industri perikanan tuna, maupun untuk pasar ekspor. Kebutuhan bandeng
untuk ekspor yang cenderung meningkat merupakan peluang usaha yang positif.
Namun, peluang tersebut belum dapat terpenuhi karena terbatasnya produksi dan
diikuti tingginya konsumsi lokal.
Ikan
bandeng sebagai komoditas ekspor harus mempunyai standar tertentu, yaitu ukuran
sekitar 400 g/ekor, sisik bersih dan mengkilat (penampilan fisik), tidak berbau
lumpur (rasa), dan dengan kandungan asam lemak omega-3 relatif tinggi.
Kriteria-kriteria yang dipersyaratkan tersebut terutama penampilan fisik, tidak
berbau lumpur, dan kandungan asam lemak omega-3 yang tinggi dapat dipenuhi dari
hasil budidaya bandeng secara intensif dalam keramba jaring apung di laut
(Anonim, 2010).
KLASIFIKASI IKAN
BANDENG
Kingdom
|
:
Animalia
|
Phylum
|
: Chordata
|
Subphylum
|
: Vertebrata
|
Class
|
:
Osteichthyes
|
Ordo
|
: Gonorynchiformes
|
Family
|
: Chanidae
|
Genus
|
: Chanos
|
Spesies
|
: Chanos
chanos
|
Nama dagang
|
: Ikan Bandeng atau Milkfish
|
Nama lokal
|
: Bandeng,
Bolu, muloh, ikan agam
|
MORFOLOGI DAN
CIRI-CIRI IKAN BANDENG
Ikan
bandeng ini mempunyai ciri-ciri morfologi bentuk tubuh langsing mirip terpedo,
dengan moncong agak runcing, ekor bercabang dan sisiknya halus. Warnanya putih
gemerlapan seperti perak pada tubuh bagian bawah dan agak gelap pada
punggungnya (Mudjiman, 1998).
Tubuh
ikan bandeng memanjang agak gepeng, mata tertutup lapisan lemak (adipase
eyelid), pangkal sirip punggung dan dubur tertutup sisik, tipe sisik cycloid
lunak, warna hitam kehijauan dan keperakan bagian sisi, terdapat sisik tambahan
yang besar pada sirip dada dan sirip perut. Bandeng jantan memiliki ciri-ciri
warna sisik tubuh cerah dan mengkilap keperakan serta memiliki dua lubang kecil
di bagian anus yang tampak jelas pada jantan dewasa (Hadie, 2000).
Ikan
bandeng memiliki tubuh yang panjang, ramping, padat, pipih, dan oval.
menyerupai torpedo. Perbandingan tinggi dengan panjang total sekitar 1 :
(4,0-5,2). Sementara itu, perbandingan panjang kepala dengan panjang total
adalah 1 : (5,2-5,5) (Sudrajat, 2008). Ukuran kepala seimbang dengan ukuran tubuhnya,
berbentuk lonjong dan tidak bersisik. Bagian depan kepala (mendekati mulut)
semakin runcing (Purnomowati, dkk., 2007).
Sirip
dada ikan bandeng terbentuk dari lapisan semacam lilin, berbentuk segitiga,
terletak di belakang insang di samping perut. Sirip punggung pada ikan bandeng
terbentuk dari kulit yang berlapis dan licin, terletak jauh di belakang tutup
insang dan, berbentuk segiempat. Sirip punggung tersusun dari tulang sebanyak
14 batang. Sirip ini terletak persis pada puncak punggung dan berfungsi untuk
mengendalikan diri ketika berenang. Sirip perut terletak pada bagian bawah
tubuh dan sirip anus terletak di bagian depan anus. Di bagian paling belakang
tubuh ikan bandeng terdapat sirip ekor berukuran paling besar dibandingkan
sirip-sirip lain. Pada bagian ujungnya berbentuk runcing, semakin ke pangkal
ekor semakin lebar dan membentuk sebuah gunting terbuka. Sirip ekor ini
berfungsi sebagai kemudi laju tubuhnya ketika bergerak (Purnomowati, dkk.,
2007).
HABITAT IKAN BANDENG
Bandeng
banyak dikenal orang sebagai ikan air tawar. Habitat asli ikan bandeng
sebenarnya di laut, tetapi ikan ini dapat hidup di air tawar maupun air payau. Ikan
bandeng hidup di Samudra Hindia dan menyeberanginya sampai Samudra Pasifik,
mereka cenderung bergerombol di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan koral.
Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut untuk 2 - 3 minggu, lalu
berpindah ke rawa-rawa bakau, daerah payau, dan kadangkala danau-danau. Bandeng
baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa berkembang biak (Anonim,
2009).
Ikan
bandeng termasuk jenis ikan eurihalin, sehingga ikan bandeng dapat dijumpai di
daerah air tawar, air payau, dan air laut. Selama masa perkembangannya, ikan
bandeng menyukai hidup di air payau atau daerah muara sungai. Ketika mencapai
usia dewasa, ikan bandeng akan kembali ke laut untuk berkembang biak
(Purnomowati, dkk., 2007). Pertumbuhan ikan bandeng relatif cepat, yaitu
1,1-1,7 % bobot badan/hari (Sudrajat, 2008), dan bisa mencapai berat rata-rata
0,60 kg pada usia 5-6 bulan jika dipelihara dalam tambak (Murtidjo, 2002).
Daerah
penyebaran ikan Bandeng yaitu di laut tropik Indo Pasifik dan dominan didaerah
Asia. Di Asia Tenggara ikan bandeng berada didaerah perairan pantai Burma,
Thailand, Vietnam, Philipina, Malalysia dan Indonesia. Secara umum penyebaran
ikan bandeng tercatat berada di sebagian besar laut Hindia dan laut Pasifik
kira-kira dari 40 BT-100 BB dan antara 40 LU - 40 LS. Penyebarannya sangat
dipengaruhi oleh factor lingkungan seperti phase bulan ,pasang surut,arus air
dan kelimpahan plankton.
TINGKAH LAKU IKAN
BANDENG
Ikan
bandeng mempunyai kebiasaan makan pada siang hari. Di habitat aslinya ikan
bandeng mempunyai kebiasaan mengambil makanan dari lapisan atas dasar laut,
berupa tumbuhan mikroskopis seperti: plankton, udang renik, jasad renik, dan
tanaman multiseluler lainnya. Makanan ikan bandeng disesuaikan dengan ukuran
mulutnya, (Purnomowati, dkk., 2007). Pada waktu larva, ikan bandeng tergolong
karnivora, kemudian pada ukuran fry menjadi omnivore. Pada ukuran juvenil
termasuk ke dalam golongan herbivore, dimana pada fase ini juga ikan bandeng
sudah bisa makan pakan buatan berupa pellet. Setelah dewasa, ikan bandeng
kembali berubah menjadi omnivora lagi karena mengkonsumsi, algae, zooplankton,
bentos lunak, dan pakan buatan berbentuk pellet (Aslamyah, 2008).
Bandeng
termasuk herbivora (pemakan tumbuh-tumbuhan). Ikan ini memakan klekap, yang
tumbuh di pelataran kolam. Bila sudah terlepas dari permukaan tanah, klekap ini
sering disebut sebagai tahi air. Pakan bandeng terutama terdiri dari plankton
(Chlorophyceae dan Diatomae), lumut dasar (Cyanophyceae), dan pucuk tanaman
ganggang (Nanas dan Ruppia). Tumbuh-tumbuhan yang berbentuk benang dan yang
lebih kasar lagi akan lebih mudah dimakan oleh ikan bandeng bila mulai membusuk
(Liviawaty, 1991).
Ikan
bandeng mempunyai kebiasaan makan pada siang hari. Di habitat aslinya ikan
bandeng mempunyai kebiasaan mengambil makanan dari lapisan atas dasar laut,
berupa tumbuhan mikroskopis seperti: plankton, udang renik, jasad renik, dan
tanaman multiseluler lainnya. Makanan ikan bandeng disesuaikan dengan ukuran
mulutnya (Purnomowati, dkk., 2007).
REPRODUKSI IKAN
BANDENG
Setelah
induk ikan bandeng telah matang gonad. Tahap selanjutnya yaitu pemijahan induk
ikan bandeng. Pemijahan ikan bandeng secara alami terjadi didaerah pantai yang
jernih dengan kedalaman 40-50 meter, dan ombak yang sedikit beriak karena sifat
telurnya yang melayang (Ahmad, 1998).
Pemijahan
bandeng berlangsung parsial, yaitu telur matang dikeluarkan sedangkan yang
belum matang terus berkembang didalam tubuh untuk pemijahan berikutnya. Dalam
setahun, 1 ekor induk bandeng dapat memijah lebih dari satu kali. Jumlah telur
yang dihasilkan dalam satu kali pemijahan berkisar antara 300.000 -1.000.000
butir telur (Murtidjo, 1989).
Menurut
Mudjiman (1983), pemijahan alami berlangsung dalam kelompok-kelompok kecil yang
tersebar disekitar gosong karang atau perairan yang jernih dan dangkal
disekitar pulau pada bulan maret, mei, dan September sampai januari. Bandeng
memijah pada tengah malam sampai menjelang pagi. Sedangkan pemijahan buatan
dapat dilakukan melalui rangsangan hormonal. Hormon yang diberikan dapat
berbentuk cair atau padat. Hormon bentuk padat diberikan setiap bulan, sedangkan
hormone bentuk cair diberikan pada saat induk jantan dan betina sudah matang
gonad. Induk bandeng akan memijah setelah 2 - 15 kali implantasi tergantung
pada tingkat kematangan gonad. Pemijahan induk betina yang mengandung telur
berdiameter lebih dari 750 mikron atau induk jantan yang mengandung sperma
tingkat 3 dapat dipercepat dengan menyuntikkan hormoneLHR H -a pada dosis 30 -
50 mikro gram/kg berat tubuh atau dengan hormoneHC G pada dosis 5000 - 10.000
IU/kg berat tubuh (Murtidjo, 1989).
Indikator
bandeng memijah adalah bandeng jantan dan bandeng betina berenang beriringan
dengan posisi jantan dibelakang betina. Pemijahan lebih sering terjadi pada
pasang rendah dan fase bulan seperempat. Menurut Ahmad (1998), dalam siklus
hidupnya, bandeng berpindah dari satu ekosistem ke ekosistem lainnya mulai dari
laut sampai ke sungai dan bahkan danau. Hal ini disebabkan karena bandeng
memiliki kisaran adaptasi yang tinggi terhadap salinitas
MANFAAT IKAN BANDENG
Ikan
bandeng memiliki kandungan protein yang tinggi mencapai 20,38% sehingga baik
sebagai sumber pemenuhan kebutuhan protein tubuh.
Berikut
manfaat yang didapat apabila mengkonsumsi ikan bandeng:
|
Mencegah penyakit jantung koroner
|
Menurunkan kadar kolesterol darah
|
Meningkatkan daya tahan tubuh
|
Membantu pertumbuhan sistem saraf dan otak
|
Mencegah penyakit karena kekurangan gizi mikro
|
Mengurangi resiko hipertensi
|
Selain
memiliki nutrisi yang tinggi, ikan bandeng merupakan komuditas andalan
pengembangan budidaya laut yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan spesies lainnya, antara lain adalah teknik pembenihannya telah dikuasai,
teknik budidayanya relatif mudah dan dapat diadopsi oleh petani, tahan terhadap
perubahan lingkungan yang cukup ekstrim (salinitas), tanggap terhadap pakan
buatan yang telah tersedia secara komersial, dapat dipelihara dengan kepadatan
tinggi dan tidak bersifat kanibalisme. selain itu ikan bandeng juga memiliki
rasa yang lezat dan harga yang terjangkau, sehingga ikan bandeng sangat
digemari oleh masyarakat terutama di Jawa dan Sulawesi Selatan. ikan bandeng
juga dapat dijadikan umpan bagi kebutuhan industri perikanan tuna dan cakalang
(Rachmansyah, 2004).
Keunggulan
budidaya ikan bandeng di keramba jaring apung (KJA) dibandingkan budidaya
bandeng di tambak salah satunya adalah bandeng KJA tidak berbau lumpur sehingga
tidak memenuhi kriteria bandeng kualitas ekspor. Bau lumpur atau off flavor
disebabkan oleh adanya senyawa geosmin (C12H22O) yang dihasilkan oleh beberapa
plankton Cyanobacteria, terutama dari genus Oscillatoria, Symloca, dan Lyngbia.
Apabila ikan tinggal di tempat yang kaya geosmin atau memakan plankton ini,
dagingnya akan memiliki cita rasa tanah. selain itu kandungan Omega-3 bandeng
laut dan lebih tinggi dibandingkan bandeng tambak yaitu masing-masing 1.44 EPA
dan 0.44 DHA (Rachmansyah dkk, 2002).
PERAN IKAN BANDENG
DI PERAIRAN
Selain
memiliki manfaat bagi manusia, ikan bandeng juga memiliki manfaat bagi hewan
disekitarnya. Salah satu manfaat ikan bandeng bagi hewan disekitarnya yaitu
sebagai komponen rantai makanan.
PENULIS
Siti
Arlisa
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
Post a Comment for "Ikan Bandeng (Chanos Chanos Forsskal); Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll"