Karang Bercabang merupakan terumbu karang hanya dapat hidup di perairan laut dengan salinitas air yang tetap di atas 30 ‰ tetapi di bawah 35 ‰ Umumnya terumbu karang tidak berkembang di perairan laut yang mendapat limpasan air tawar teratur dari sungai besar, karena hal itu berarti penurunan salinitas. Contohnya di delta sungai Brantas (Jawa Timur). Di sisi lain, terumbu karang dapat berkembang di wilayah bersalinitas tinggi seperti Teluk Persia yang salinitasnya 42 %. Salinitas secara umum dapat disebut sebagai jumlah kandungan garam dari suatu perairan, yang dinyatakan dalam permil (‰). Kisaran salinitas air laut berada antara 0 – 40 g/kg air laut. Secara umum, salinitas permukaan perairan Indonesia rata-rata berkisar antara 32 – 34 ‰ (Dahuri dkk, 2004). Nybaken, (1988) menyatakan bahwa karang hermatipik adalah organism lautan yang tidak dapat bertahan pada salinitas yang menyimpang dan salinitas yang normal yaitu 32 – 35 ‰ (Nybaken, 1988).
KLASIFIKASI KARANG BERCABANG
Phylum : Cnidaria
Sub phylum : Anthozoa
Klas : Anthozoa
Sub klas : Zoantharia
Ordo : Scleractinia
Sub ordo :
Astrocoeniina
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora
humilis
MORFOLOGI KARANG BERCABANG
Marga Acropora mempunyai bentuk percabangan sangat bervariasi dari karimboba,aborsen, kapitosa dan lain-lain. Ciri khas dari marga ini adalah mempunyai axial koralitdan radial koralit. Bentuk koralit juga bervariasi dari bentuk tubular, harifon dan tenggelam. Acropora mempunyai bentuk percabangan aborsen dengan percabangan rampai sampai gemuk.radial koralit membentuk tabung dengan bukan membulat atu oval tersusun merata dan rapat. Warna koloni kecoklatan dengan unjung cenderung memutih.
Karang acropora berbeda dari yang lainnya
dalam hal dua tipe polip yang di milikinya. Polip bagian tengah atau bagian
aksial melintasi bagian tengah dari sebuah cabang dan membuka pada unjungnya.
Pada saat unjung cabang tersebut tumbuh maka akan membentuk pucuk dengan
sejumla polip jenis lainnya disebut polip radial. Percabangan selanjutnya
terjadi pada saat sebuah koralit radial berubah menjadi sebuah koralit aksial
dan mulai memanjang dan membentuk pucuk. Tipe perubahan ini
memungkinkan terbentuknya sejumlah besar bentukan sehinga karang Acropora dapat
terlihat menyerupai pohon, semak, tabel, pelat dan berbagai bentuk lainnya. Hal
ini juga memungkinkan karang genus ini untuk tumbuh cepat dan mengisi tempat
pada terumbu, baik di atas maupun di bawah karang lainnya.
HABITAT KARANG BERCABANG DALAM PERAIRAN
Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu karang ini pada umumnya hidup lebih dari 300 jenis karang, yang terdiri dari sekitar 200 jenis ikan dan berpuluh‐puluh jenis moluska, crustacean, sponge, alga, lamun dan biota lainnya (Dahuri, 2004). Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, itulah sebabnya mengapa karang dalam hal ini acropora menjadi organisme bernilai ekonomis.
REPRODUKSI KARANG BERCABANG
Pertunasan terdiri dari
Intratentakular yaitu satu polip membelah menjadi 2 polip; jadi polip baru
tumbuh dari polip lama sedangkan Ekstratentakular yaitu polip baru tumbuh
di antara polip-polip lain, Jika polip dan jaringan baru tetap melekat pada
koloni induk, ini disebut pertambahan ukuran koloni.
Jika polip atau tunas lepas dari
koloni induk dan membentuk koloni baru, ini baru disebut reproduksi aseksual.
Sedangkan untuk reproduksi seksual dilakukan dengan mekanisme reproduksi
seksual yang beragam yang didasari oleh penghasil gamet dan fertilisasi,
yakni berdasarkan individu penghasil gamet, karang dapat dikategorikan bersifat
Gonokoris, dimana dalam satu jenis (spesies), telur dan sperma dihasilkan oleh
individu yang berbeda. Jadi ada karang jantan dan karang betina. Contoh:
dijumpai pada genus Porites dan Galaxea. Sedangkan
Hermafrodit bila telur dan sperma dihasilkan dalam satu polip yang sama.
PERTUMBUHAN KARANG BERCABANG
Pertumbuhan karang dan penyebaran terumbu
karang seperti jenis acropora tergantung pada kondisi lingkungannya.
Kondisi ini pada kenyatannya tidak selalu tetap tetapi seringkali berubah
karena adanya gangguan baik yang berasal dari alam atau aktifitas manusia.
Faktor kimia dan fisik yang diketahui dapat mempengaruhi pertumbuhan karang
antara lain cahaya matahari. Suhu, salinitas dan sedimen, sedangkan faktor
biologis biasanya berupa predator atau pemangsa. Faktor- Faktor Lingkungan yang
Mempengaruhi Perkembangan Ekosistem Terumbu Karang yaitu suhu, salinitas,
cahaya dan kedalaman, kecerahan, gelombang, arus, dan sedimen.
FISIOLOGI KARANG BERCABANG
Polip karang merupakan hewan sederhana berbentuk tabung dengan bagian-bagian tubuh sebagai berikut: (1) Mulut terletak di bagian atas, dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa dari perairan (Suharsono 1996; Timotius 2003) dan sebagai alat pertahanan diri (Timotius, 2003). (2) Tenggorokan pendek, rongga tubuh (coelenteron) merupakan saluran pencernaan. (3) Tubuh terdiri atas dua lapisan, ektoderm dan endoderm (gastrodermis), diantara keduanya dibatasi oleh lapisan mesoglea (Timotius, 2003). Lapisan ektoderm mengandung nematokista (nematocyst) dan sel mukus, sedangkan lapisan endodermisnya mengandung simbion zooxanthellae (Suharsono, 1996). (4) Sistem saraf, otot, dan reproduksi masih sederhana namun telah berkembang dan berfungsi dengan baik (Suharsono, 2004).
PENULIS
Fahmi Trihartono
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery Purnomo Aji Sutrisno
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
Post a Comment for "Karang Bercabang (Acropora Humilis); Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll"