Kerang hijau (Perna
viridis) termasuk dalam kelas bivalvia ataupelecypoda. BARNES (1974) mengatakan
bahwa bentuk kaki pelecypoda merupaka pelebaran dari bagian tubuh yang berbentuk
pipih lateral seperti kapak kecil, disebut pelecypoda. Memiliki dua cangkang
yang tipis dan simetris yang dapat dibuka tutup; dengan umbo yang melengkung ke
depan. Memiliki persendian yang halus dengan beberapa gigi yang sangat kecil.
Otot aduktor pada bagian anterior berukuran kecil, bahkan hampir tidak ada (ABBOT,
1974). Menurut BARNES (1974), cangkang Perna viridis berbentuk segitiga lonjong
dengan garis-garis pertumbuhan pada cangkang bagian luar yang jelas, dimana
pada Perna viridis dewasa memiliki bysus yang kuat untuk menempel. Di Indonesia
kerang hijau (P. viridis) memiliki banyak nama daerah (local common name), yaitu
di daerah Riau dikenal dengan nama "kemudi kapal; di Banten dengan nama kedaung.
Di Malaysia dikenal dengan nama "siput sudu"; di Filipina (tahong);
di Thailand (hoimong poo) dan di Singapura dikenal dengan nama "tam cay"
atau "chay luan" (KASTORO, 1982). Kerang
hijau dapat mencapai panjang maksimum 16,5 cm, tetapi umumnya ditemukan berukuran
8 cm (GOSLING; 2004). Pada bagian tepi
luar cangkang berwarna hijau, bagian tengahnya berwarna coklat, dan bagian
dalam berwarna putih keperakan seperti mutiara
KLASIFIKASI KERANG
HIJAU
Klasifikasi
Perna viridis Linnaeus 1758 adalah sebagai berikut, Kerang hijau termasuk
kerajaan (Kingdom) Animalia, Filum (Phylum) Moluska, Kelas (Class) Bivalvia,
Sub klas (Sub Class), Lamellibranchiata, Bangsa (Ordo) Anisomyria, Induk suku
(Superfamily) Mytilacea, Suku (Family) Mytilidae, Anak suku (Sub family)
Mytilinae, Marga (Genus) Perna, Jenis (species) Perna viridis (Linnaeus, 1758).
Filum
|
:
Mollusca
|
Kelas
|
: Bivalvia
|
Subkelas
|
: Lamelibranchiata
|
Superordo
|
:
Filibrachiata
|
Ordo
|
: Anisomaria
|
Famili
|
:
Mitylidae
|
Genus
|
: Perna
|
Spesies
|
: Perna
viridis L
|
MORFOLOGI KERANG
HIJAU
Secara
morfologi kerang hijau (Perna viridis L.) memiliki bentuk cangkang lonjong.
Bagian depannya cekung dan bagian belakangnya cembung bagian umbo atau bagian
atasnya lancip. Tinggi cangkang dua kali lebarnya Cangkang bagian luar berwarna
coklat dan hijau menyala pada bagian pinggiran ventralnya. Semakin tua warna
hijaunya semakin terdesak ketepian. Terdapat garis-garis lengkung yang disebut
garis pertumbuhan atau garis umur.Cangkang kerang bagian dalam halus dan
berwarna putih kepelangian. Pada permukaan bagian dalam cangkang kerang
terdapat beberapa otot, yaitu otot adduktor posterior yang berfungsi sebagai penutup kedua cangkang
secara bersamaan, otot retractor anterior dan posterior berfungsi untuk menarik
kaki ke dalam cangkang dan otot protactor dan anterior yang berfungsi untuk
membantu menjulurkan kaki. Diperkuat menurut Siddal (1980) menyatakan bahwa bentuk
cangkang kerang hijau agak meruncing pada bagian belakang, berbentuk pipih pada
bagian tepi serta dilapisi periostrakum pada bagian tengah cangkang. Pada fase juvenil,
cangkang berwarna hijau cerah dan pada fase dewasa warna mulai memudar dan
menjadi coklat dengan tepi cangkang berwarna hijau. Sedangkan pada bagian dalam
cangkang berwarna hijau kebiruan. Memiliki garis ventral cangkang yang agak
cekung dan keras serta memiliki ligamen yang menghubungkan kedua cangkang kanan
dan kiri (Gambar lb). Bagian mulut dilengkapai dengan gigi yang berpautan, yaitu
satu pada cangkang sebelah kanan dan 2 pada sebelah kiri. SUWIGNYO et al.
(1984) menyatakan bahwa kerang hijau memiliki tiga otot yang berfungsi untuk
menempelkan mantel pada cangkang. Pada bagian posterior yang tidak teratur
bentuknya, terdapat garis pallial dan otot adduktor yang berbentuk seperti
ginjal yang memberi bentuk pada jenis kerang hijau tersebut.
CIRI-CIRI KERANG
HIJAU
Kerang
hijau (Perna viridis) termasuk binatang lunak (Moluska) yang hidup di laut terutama
pada daerah litoral, memiliki sepasang cangkang (bivalvia), berwama hijau egak kebiruan.
Insangnya berlapis-lapis (Lamelii branchia) dan berkaki kapak (Pelecypoda)
serta memiliki benang byssus. Kerang hijau adalah "suspension
feeder", dapat berpindah-pindah tempat dengan menggunakan kaki dan benang "byssus",
hidup dengan baik pada perairan dengan kisaran kedalaman 1 m sampai 7 m, memiliki
toleransi terhadap perubahan salinitas antara 27-35 per mil (POWER et al., 2004)
HABITAT KERANG HIJAU
Kerang
hijau hidup pada perairan estuari, teluk dan daerah mangrove dengan substrat
pasir lumpuran serta salinitas yang tidak terlalu tinggi. Umumnya hidup
menempel dan bergerombol pada dasar substrat yang keras, yaitu batu karang,
kayu, bambu atau lumpur keras dengan bantuan bysus.
Kerang
hijau (Perna viridis) atau dikenal sebagai "green mussels" adalah
jenis yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Tersebar luas di perairan Indonesia
dan ditemukan melimpah pada perairan pesisir, daerah mangrove dan muara sungai.
Di Indonesia jenis ini ditemukan melimpah pada bulan Maret hingga Juli pada areal
pasang surut dan subtidal, hidup bergerombol dan menempel kuat dengan menggunakan
benang byssusnya pada bendabenda keras seperti kayu, bambu, batu ataupun substrat
yang keras.
Kerang
hijau memiliki sebaran yang luas yaitu mulai dari laut India bagian barat
hingga Pasifik Barat, dari Teluk Persia hingga Filipina, bagian utara dan timur
Laut China, Taiwan hingga Indonesia (CARPENTER et al., 1998).
ROMIMOHTARTO
& JUWANA (1999) menyatakan bahwa bivalvia mempunyai 3 cara hidup, yaitu; (1)
membuat lubang pada substrat seperti cacing kapal "Teredo navalis"
(Ship worm); (2) melekat pada substrat dengan segmen seperti tiram (Cassostrea
sp); (3) melekat pada substrat dengan benang bysus (bissal threads) seperti
kerang kijau (Perna viridis). Kerang hijau hidup pada perairan estuari, teluk
dan daerah mangrove dengan substrat pasir lumpuran serta salinitas yang tidak
terlalu tinggi. Umumnya hidup menempel dan bergerombol pada dasar substrat yang
keras, yaitu batu karang, kayu, bambu atau lumpur keras dengan bantuan bysus.
Kerang hijau tergolong dalam organisme/hewan sesil yang hidup bergantung pada
ketersediaan zooplankton, fitoplankton dan material yang Gambar lb.
Bagian-bagian cangkang kerang hijau (GOSLING, 2004).
kaya
akan kandungan organik. Benih kerang hijau akan menempel pada kedalam
1,50-11,70 meter di bawah permukaan air pada saat pasang tertinggi. YANG (dalam
TAN, 1975) menyatakan bahwa kedalaman ideal untuk penempelan kerang hijau
adalah 2,45-3,96 meter.
Pencemaran
lingkungan merupakan faktor utama yang dapat menghambat kelangsungan hidup
kerang hijau. RAJAGOPAL et al. (1994) menyatakan suhu yang tinggi / daerah tropis
dapat menjadi kontrol bagi kelangsungan hidup jenis tersebut. Hasil penelitian
kerang hijau di daerah tropis menunjukkan bahwa jems ini akan mati oleh suhu 43
°C hanya dalam waktu 30 menit, dan pertumbuhan juvenil yang sangat singkat.
Ratarata perkembangan bysus akan menurun seiring dengan kenaikan suhu dan
byssus berhenti berkembang pada suhu 35-37°C (KASTORO 1982).
REPRODUKSI KERANG
HIJAU
Kerang
berkembang biak secara kawin. Umumnya berumah dua dan pembuahannya internal.
Telur yang dibuahi sperma akan berkembang manjadi larva glosidium yang
terlintang oleh dua buah katup. Ada beberapa jenis yang dari katupnya keluar
larva panjang dan hidupsebagai parasit pada hewan lain, misalnya pada ikan.
Setelah beberapa lama larva akan keluar dan hidup sebagaimana nenek moyangnya.
Dalam reproduksinya, Hewan ini memiliki alat kelamin yang terpisah atau
diocious, bersifat ovipora yaitu memiliki telur dan sperma yang berjumlah
banyak dan mikroskopik
Kerang
hijau merupakan salah biota laut yang mampu bertahan hidup dan berkembang biak
pada tekanan ekologis yang tinggi tanpa mengalami gangguan yang berarti. Dengan
sifat dan kemampuan adaptasi tersebut, maka kerang hijau telah banyak digunakan
dalam usaha budidaya. perikanan. Dengan hanya menggunakan atau menancapkan
bambu atau kayu ke dalam perairan yang terdapat banyak bibit kerang hijau, maka
kerang tersebut dengan mudah menepel dan berkembang tanpa harus memberi makan.
TINGKAH LAKU KERANG
HIJAU
Dilihat
dari cara makan maka kerang hijau termasuk dalam kelompok suspension feeder, artinya
untuk mendapatkan makanan, yaitu fitoplankton, detritus, diatom dan bahan
organik lainnya yang tersuspensi dalam air adalah dengan cara menyaring air
tersebut. TAN (dalam
SUWIGNYO et al., 1984)menyatakan bahwa diatom dan detritus adalah merupakan makanan
utama kerang hijau, sedangkan larva bivalvia dan gastropoda yang bukan merupakan
makanannya dikeluarkan dalam bentuk pseudofaces yang terbungkus dengan lendir.
FOX dalam TAN (1975) juga mengatakan bahwa kerang hijau lebih menyukai diatom dibandingkan
dengan dinoflagellata sebagai makananya, dimana secara kwalitatif jenis ini dapat
memilih (selektif) makananya. TAN {dalam SUWIGNYO et al., 1984) juga mengatakan
bahwa kerang hijau selalu aktif 24 jam menyaring makanannya secara terus menerus.
JORGENSEN (dalam GIERSE & PEARSE, 1979) menyatakan bahwa makanan yang
tersuspensi dalam perairan dimanfaatkan oleh kerang dengan jalan menyaring air teresebut.
Bahkan jenis lain, yaitu Mytilus edulis juga mampu melakukan seleksi antara fitoplankton
sebagai makanannya dengan partikel lumpur yang bukan makanannya. JORGENSEN
(dalam TAN, 1975) menyatakan bahwa hewan suspension feeder dalam memilih dan
atau mengambil makanannya didasarkan pada bentuk, ukuran dan kelimpahan, bukan berdasarkan
kualitas atau nilai gizinya.
PERTUMBUHAN KERANG HIJAU
Induk
kerang hijau yang telah matang kelamin mengeluarkan sperma dan sel telur
kedalam air sehingga bercampur dan kemudian terjadi pembuahan, telur yang telah
dibuahi tersebut setelah 24 jam kemudian menetas dan tumbuh berkembang menjadi
larva kemudian menjadi spat yang masih bersifat planktonik hingga berumur 15-20
hari kemudian benih/ spat tersebut menempel pada substrat dan akan menjadi
kerang hijau dewasa (Induk) setelah 5 – 6 bulan kemudian.
MANFAAT KERANG HIJAU
Manfaat
kerang hijau tidak hanya sebagai bahan pangan manusia, tapi juga dapat menjadi
bahan baku pakan ternak dan perikanan, seperti untuk induk ikan dan lobster.
Kerang dapat pula sebagai biofilter atau organisme penyaring yang mampu meningkatkan
kualitas lingkungan. Hal ini tergambarkan dalam konsep IMTA (Integrated
Multi-Trophic Aquaculture), yaitu metode budidaya yang memafaatkan kerang
sebagai organisme perbaikan lingkungan.
PERAN KERANG HIJAU DI
PERAIRAN
Kerang
hijau telah banyak digunakan ilmuwan untuk memantau pencemaran perairan.
Program “Mussel Watch” yang dicanangkan oleh dunia internasional juga
menggunakan jaringan lunak dari kerang bivalvia untuk memantau polusi perairan.
Alasan lainnya adalah karena jenis ini merupakan biota yang dalam
perkembangannya menetap pada suatu tempat, berumur panjang, mudah didapatkan
dan diidentifikasi, jumlahnya berlimpah dan mudah diperoleh setiap tahunnya
serta tahan terhadap fluktuasi kondisi alami lingkungannya dan polusi. Dengan
kata lain, bahwa kerang hijau ini memungkinkan untuk dipakai sebagai indikator
pencemaran suatu lokasi perairan.
PENULIS
Nurul
Fadillah
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Cappenberg, H. A. W.
2008. Beberapa Aspek Biologi Kerang Hijau. Jurnal Oseana. 33(1): 33-40.
Jailani. 2012.“KERANGHIJAUSEBAGAIBIOINDIKATORPENCEMARAN
PERAIRAN”.Online.(http://abdulkadirjailani.blog.com/2012/11/20/kerang-hijausebagai-bioindikator-dalam-pencemaran-perairan/).
Diakses pada tanggal 4 November 2015.
Padjali,
irman ode dan Nofdi usman. 2013. “BUDIDAYA KERANG HIJAU”.Online.(https://serdaducemara.wordpress.com/2013/02/11/budidaya-kerang-hijau/).
Diakses pada tanggal 4 November 2015.
Tim
Perikanan WWF-Indonesia dan Silfester Basi Dhoe. 2015. Budidaya Kerang Hijau
(Perna viridis). Seri Panduan Perikanan Skala Kecil. Hal 1-24.
Zipdecodezoo.
2015. http://zipcodezoo.com. Diakses pada tanggal 4 November 2015.
Post a Comment for "Kerang Hijau; Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll"