Sponge ini ada yang tinggal pada perairan air tawar, laut, maupun tersebar di daerah perairan berpasir halus. Kebanyakan menyukai perairan yang relative rendah. Tinggi dari Haliclona ini bisa mencapai 30 cm dengan cabang – cabang yang agak pipih. Pada dasarnya sponge terdiri dari cabang padat yang tumbuh dari batang pendek melekat pada substratum. Oskulum selalu kecil kira – kira 1 – 3 mm. Umumnya diameter cabang menurun hingga ke ujung buta. Kerangkanya sebagian besar tidak ada, tetapi kadang – kadang beberapa spikula dermal disusun menjadi jaringan isodictyal tangensial. Kebanyakan dari mereka hanya memakan makanan yang berukuran kecil yang dapat masuk ke port – port dermal (species-identification, 2015).
KLASIFIKASI SPONGE
Kingdom
|
:
Animalia
|
Phylum
|
: Porifera
|
Subphylum
|
: Cellularia
|
Class
|
:
Demospongiae
|
Subclass
|
: Ceractinomorpha
|
Order
|
:
Haplosclerida
|
Suborder
|
: Haplosclerina
|
Family
|
:
Chalinidae
|
Genus
|
: Haliclona
|
Species
|
:
Haliclona oculata
|
Nama Lokal
|
: Sponge (zipcodezoo, 2015)
|
MORFOLOGI SPONGE
Haliclona
oculata merupakan spesies yang paling primitive dari filum porifera ini.
Sebagian spesies ini ada yang hidup di air tawar dan di laut, beberapa ada yang
tersebar di daerah berpasir halus. Struktur tubuh hewan ini lunak yang tersusun
dari spongia. Ostium tersebar di seluruh permukaan tubuh hewan ini untuk jalan
masuknya air. Haliclona berwarna kuning karena memiliki pigmen di ameobosit,
oskulum terdapat di ujung dan ada pula di tengah permukaan tubuh, terhubung ke
spongocoel.
Bentuk
dari hewan ini bercabang-tegak. Percabangannya yaitu dikotomis ( cara
percabangannya menjadi dua cabang yang sama besar) dan cabang – cabangnya
sederhana dan menyatu, berbentuk silindris di bagian lintas. Dalam kondisi yang
ekstrim perpaduan dari cabangnya hampir total, dan meninggalkan bentuk seperti
tinju pada ujungnya (habitas, 2015).
REPRODUKSI SPONGE
Beberapa
dari kelas Demospongiae adalah hemaprodite. Reproduksi aseksualnya, dimana sel
telur berkembang menjadi individu baru tanpa pembuahan. Reproduksi aseksual terjadi
dengan cara bertunas, fragmentasi, atau produksi tahan tubuh bulat disebut
gemmulae. Pada hewan ini memiliki jenis kelamin yang terpisah (dioecious )
(Barnes et al., 1993 ).
Perkembbiakan
seksual pada hewan ini baik ovum maupun spermatozoid, berkembang dalam sel –
sel amebosit khusus yang disebut arkaeosit. Ovum yang telah dibuahi akan tetap
tinggal di dalam tubuh induknya. Zigot akan mengalami pembelahan berulangkali,
hingga terbentuk larva dan akan keluar melalui oskulum.
FISIOLOGI SPONGE
Sponge
memiliki bentuk tubuh berupa pori – pori. Memiliki spikula yang merupakan
rangka penyusun tubuh yang tersusun atas kalsium karbonat. Spikula ini
ditemukan pada skleroblas. Ostium merupakan kumpulan dari ostia yang tersebar
di seluruh permukaan tubuh hewan ini. Ostia ini merupakan pori kecil tempat
masuknya air. Selain itu terdapat pori-pori besar tempat keluarnya air yang
disebut dengan oskulum.Oskulum terhubung dengan spongeocoel, yaitu rongga dalam
porifera tempat untuk menyerap sari – sari makanan (marlin,2015).
PERAN DI PERAIRAN DAN
MANFAAT SPONGE
Pada
perairan terdapat rantai makanan, begitu pula yang terjadi pada hewan ini.
Sponge dapat menjadi sumber makanan bagi jenis – jenis hewan tertentu yang
tinggal pada perairan tersebut. Selain itu sponge bias juga dijadikan sebagai
tempat untuk berkamuflase oleh beberapa hewan laut. Sponge yang sudah mati bias
juga bernilai ekonomis yait dijadikan sebagai alat penggosok atau sebagai
hiasan untuk mempercantik aquarium. Tidak hanya terumbu karang, sponge juga
mempengaruhi keadaan ekosistem di lautan, sehingga menarik wisatawan untuk
mengamatinya.
TINGKAH LAKU SPONGE
Sponge
tidak memiliki otot maupun rangka pendukung, sehingga tidak memungkinkan
terjadinya suatu pergerakan. Sponge ini menempel pada substrat. Mereka mungkin
berkontraksi menggunakan pori – pori yang lebih besar, tetapi ini sangat
membatasi dalam bergerak. Sementara untuk air yang membawa makanan masuk ke
dalam tubuh melalui pori – pori kecil (ostia), digerakan masuk melalui hentakan
flagella sel collar dalam.
Seperti
yang kita ketahui suatu organisme yang melekat pada suatu subsurat, harus
mempunyai cara untuk menyebar keturunannya ke tempat lain. Untuk tujuan itu
sponge menghasilkan larva kecil yang dapat ”berenang” dengan bebas. Larva
tersebut memisahkan diri dari induknya dan setelah menemukan tempat hidup yang
sesuai larva akan melekat disitu dan berkembang menjadi hewan dewasa.
PENULIS
Ni
Putu Tiya Cahyani
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Barnes
dalam marlin.2015.http://www.marlin.ac.uk/ diakses pada 4 November 2015 pukul
10.43 WIB
Brotowidjoyo,
M. D.1989.Zoologi Dasar.Jakarta:Erlangga
Google
image.2015.http://www.googleimage.com/ diakses pada 4 November 2015 pukul 10.10
WIB
Habitas.2015.http://www.habitas.org.uk/
diakses pada 4 November 2015 pukul 10.25 WIB
Marlin.2015.http://www.marlin.ac.uk/
diakses pada 4 November 2015 pukul 10.35 WIB
Species-identification.2015.http://www.species-identification.org/diakses pada 4 November 2015 pukul 10.55 WIB
Zipcodezoo.2015.http://www.zipcodezoo.com/
diakses pada 4 November 2015 pukul 10.15 WIB
Post a Comment for "Sponge (Haliclona Oculata); Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll"