Ikan Kuniran (Upeneus
sulphureus) adalah ikan air laut yang mempunyai ciri fisik berkepala tumpul,
bentuk badan memanjang dan pipih dengan penampang melintang bagian depan
punggung memiliki beberapa garis bengkok yang dalam, sirip dan ekor ikan
berwarna kuning. Ikan Kuniran mempunyai garis berwarna coklat kemerahan
memanjang dari moncong melewati mata sampai ke pertengahan dasar pangkal ekor.
KLASIFIKASI IKAN KUNIRAN
Kingdom
|
: Animalia
|
Filum
|
: Chordata
|
Subfilum
|
: Vertebrata
|
Kelas
|
: Actinopterygii
|
Subkelas
|
: Actinopterygii
|
Ordo
|
: Perciformes
|
Subordo
|
: Percoidei
|
Famili
|
: Mullidae
|
Genus
|
: Upeneus
|
Spesies
|
: Upeneus moluccensis
|
Nama FAO
|
: Goldband goatfish
|
Nama Lokal
|
: Ikan Kuniran (Demak)
|
MORFOLOGI
IKAN KUNIRAN
Deskripsi
morfologi ikan kuniran antara lain badannya memanjang, tinggi badan hampir sama
dengan panjang kepala, dan lengkung kepala bagian atas agak cembung. Sungut
dengan ujung tidak melewati atau mencapai bagian belakang kuping tulang penutup
insang bagian depan. Maxilla (rahang atas) mencapai atau
hampir mencapai garis tegak bagian depan mata. Panjang sirip perut (ventral)
adalah 2/3 dari panjang sirip dada (pectoral). Kepala dan badan bagian
atas merah terang sampai kekuningan, bagian bawah kuning agak terang dan agak
keputihan dengan strip memanjang mulai dari belakang mata sampai dasar ekor
bagian atas. Sungut berwarna putih. Ujung bagian atas sirip ekor mempunyai 6-7
garis melintang. Ujung tepi sirip ekor (caudal) bagian bawah berwarna
keputihan (Permana, 2010).
Ikan
kuniran (Upeneus moluccensis) merupakan jenis ikan yang memiliki bentuk
badan memanjang sedang, pipih samping dengan penampang melintang bagian depan
punggung, serta ukuran maksimum tubuhnya yang dapat mencapai 20-25 cm. Ikan ini
banyak ditemukan di perairan pantai. Jenis ini hidup di pantai berpasir sampai
kedalaman 100 meter. Kebiasaan makanan ikan kuniran adalah 59,49% jenis udang,
14,51% ikan-ikan kecil, dan 13,51% moluska (Budi dan Ardhi, 2009)
CIRI-CIRI IKAN
KUNIRAN
Ikan
kuniran termasuk dalam golongan ikan demersal dengan kandungan lemak rendah
yang memiliki ciri-ciri fisik sebagai berikut: panjang rata-rata 20-22 cm,
memiliki ekor dan sebuah garis berwarna kuning horizontal sepanjang tubuhnya,
serta memiliki sungut dibagian dagu yang digunakan untuk mencari makanan di
dalam pasir (Subagio et al., 2004).
Ikan
kuniran tersebar hampir di seluruh wilayah perairan Indonesia. Seperti yang
diketahui, kelompok ikan demersal mempunyai ciri-ciri bergerombol tidak terlalu
besar, aktifitas relatif rendah dan geraknya juga tidak terlalu jauh. Sehingga
dari ciri-ciri yang dimiliki tersebut, kelompok ikan demersal cenderung relatif
rendah daya tahannya terhadap tekanan penangkapan (Ariyani, 2012).
Selain
tersebar di seluruh wilayah Indonesia, Ikan Kuniran (Upeneus moluccensis)
juga menyebar diseluruh Lautan yang bersuhu sedang sampai hangat. Ikan Kuniran
(Upeneus moluccensis) yang berada di sekitar Laut Mediterania, awalnya
bermigrasi dari Laut Merah setelah pada tahun 1869 Terusan Suez dibuka. Ikan
Kuniran (Upeneus moluccensis) yang berada disekitar negara bagian Turki
ini mempunyai kurang lebih 11 kandungan mineral yang ditemukan di daging dan
siripnya (Abdullah dan Senol, 2011).
REPRODUKSI IKAN
KUNIRAN
Fekunditas
merupakan ukuran penilaian terhadap potensi reproduksi ikan, yaitu jumlah telur
yang terdapat di dalam ovari ikan betina. Fekunditas ikan Kuniran dianalisis
dengan data panjang total dan berat tubuh pada TKG III dan TKG IV. Fekunditas
ikan Kuniran berkisar antara 19.850-92.713 butir dengan kisaran panjang ikan
antara 114 mm –172 mm dan kisaran berat antara 22,01 gram –75,27 gram
. Tingkat kematangan gonad ikan Kuniran jantan pada setiap zona didominasi
oleh TKG I dan II dan TKG ikan Kuniran betina setiap zona didominasi oleh TKG
III dan IV. Hubungan antara TKG dengan IKG jantan dan betina menunjukkan bahwa
nilai IKG akan meningkat seiring dengan kenaikan TKG dengan nilai IKG lebih
kecil dari 20% merupakan kelompok ikan yang dapat memijah lebih dari satu kali
setiap tahunnya, serta ikan Kuniran termasuk berfekunditas besar karena jumlah
telurnya lebih dari 10.000 butir yaitu berkisar 19850-92713
butir (Iswara et al., 2014). Beberapa penelitian yang
telah dilakukan oleh Saputra et al.,(2009) fekunditas yang
dihasilkan oleh ikan Kuniran di Perairan Demak berkisar 44.320-2.455.286 butir
dengan panjang 110 mm –215 mm danberar 20 gram –135 gram. Ukuran pertama kali
matang gonad ikan Kuniran adalah 124,65 mm. Penelitian yang telah dilakukan
oleh Sjafei dan Susilawati (2001) memperoleh ukuran pertama kali matang gonad
ikan Kuniran di Teluk Labuhan Banten sebesar 120 mm untuk ikan jantan dan 125
mm untuk betina; di Perairan Demak ukuran pertama kali matang gonad sebesar 157
mm.
HABITAT
IKAN KUNIRAN
Ikan
kuniran (Upeneus moluccensis) termasuk ke dalam jenis ikan demersal.
Sebagai ikan konsumsi, ikan ini bernilai kurang ekonomis dibandingkan beberapa
jenis ikan demersal lainnya. Ikan ini banyak digunakan sebagai bahan baku pakan
dalam budidaya udang dan ikan . Harga dari ikan kuniran relatif murah sehingga
banyak masyarakat yang lebih memilih untuk membeli ikan ini. Ikan kuniran
hampir tersebar diseluruh perairan Indonesia, salah satunya adalah sepanjang
Laut Utara Jawa (Ariyani, 2012).
Menurut
Iswara et al (2014), Ikan Kuniran termasuk golongan ikan
demersal yang umumnya ditemukan di laut tropis dan subtropis dan biasanya di
daerah sekitar terumbu karang. Ada sekitar 50 - 60 spesies ikan Kuniran yang
diketahui di dunia. Ikan ini umumnya berwarna merah, kuning, dan silver.
Ikan
kuniran hidup di perairan dengan dasar berlumpur, panjang ikan dapat mencapai
ukuran 20 cm, serta tersebar luas di Indo-Pasifik Barat. Umumnya ikan-ikan
demersal jarang sekali mengadakan migrasi ke daerah yang jauh. Hal ini terjadi
karena ikan demersal mencari makan di dasar perairan sehingga kebanyakan dari
mereka hidup pada perairan yang dangkal. Ikan Kuniran jarang sekali mengadakan
ruaya melewati laut dalam dan cenderung untuk menyusuri tepi pantai. Kedalaman
optimum ikan famili Mullidae ialah antara 40 – 60 m. Tipe substrat juga
mempengaruhi kondisi kehidupan ikan famili Mullidae untuk dapat berkembang
dengan baik. Ikan kuniran hidup di perairan dengan substrat berlumpur atau
lumpur bercampur dengan pasir, namun ada juga ikan kuniran yang mencari makanan
hingga ke daerah karang (Safitri, 2012).
MANFAAT
IKAN KUNIRAN
Salah
satu ikan yang dapat digunakan dalam pembuatan kamaboko adalah ikan
Kuniran.Ikan Kuniran mudah diperoleh di pasaran sepanjang tahun.Ikan Kuniran
merupakan salah satu jenis ikan ekonomis penting dan telah menjadi salah satu
ikan yang digemari di dunia. Ikan Kuniran memiliki kandungan lemak rendah, rasa
dagingnya khas, enak, lezat dan gurih sehingga digemari oleh masyarakat
(Subagio et., al. (2004).
Komposisi
daging ikan secara umum nilai gizinya terdiri dari air sebesar 60-80%, protein
18-30%, lemak 0.1-2.2%, karbohidrat 0,0-1,0% dan sisanya adalah vitamin dan
mineral. Menurut Lab Balai Pengujian Mutu Hasil Perikanan Cirebon, komposisi
nilai gizi utuk fillet ikan kuniran kering terdiri dari
protein 60,8%, lemak 2,9%, abu 4,3% dan kadar air 1,4% (Boris, 2008).
TINGKAH
LAKU IKAN KUNIRAN
Makanan
adalah organisme, bahan, maupun zat yang dimanfaatkan ikan untuk menunjang
kehidupan organ tubuhnya. Kebiasaan makan (feeding habit) adalah
tingkah laku ikan saat mengambil dan mencari makanan. Tipe-tipe makanan ikan
yang umum ditemukan adalah plankton, nekton, bentos dan detritus. Berdasarkan
jenis kelompok makanannya ikan dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu
herbivora, karnivora, dan omnivora (Safitri, 2012).
Ikan
kuniran merupakan ikan karnivora yang memiliki panjang usus lebih pendek
daripada ukuran tubuhnya. Ikan kuniran memiliki sungut di rahang bagian bawah
(Prabha dan Manjulatha 2008). Ikan karnivora umumnya mempunyai gigi untuk
menyergap, menahan, dan merobek mangsa dan jari–jari tapis insangnya
menyesuaikan untuk penahan, memegang, memarut dan menggilas mangsa. Selain itu
ikan karnivora juga mempunyai lambung, dan usus pendek, tebal dan elastis
(Effendie 2002).
PERAN
IKAN KUNIRAN DI PERAIRAN
Ikan
kuniran (Upeneus moluccensis) termasuk ke dalam jenis ikan demersal.
Sebagai ikan konsumsi, ikan ini bernilai kurang ekonomis dibandingkan beberapa
jenis ikan demersal lainnya. Ikan ini banyak digunakan sebagai bahan baku pakan
dalam budidaya udang dan ikan . Harga dari ikan kuniran relatif murah sehingga
banyak masyarakat yang lebih memilih untuk membeli ikan ini. Ikan kuniran
hampir tersebar diseluruh perairan Indonesia, salah satunya adalah sepanjang
Laut Utara Jawa(Aryani, 2012).
Ikan Ekor
Kuning dikenal pada hampir seluruh wilayah Indonesia, terutama di bagian timur
dengan kondisi Terumbu Karang masih baik. Alat tangkap yang sering digunakan
adalah perangkap (Bagan), Muro Ami, terkadang Gill Net. Paling
sering ikan ini ditangkap dengan menggunakan alat terlarang dan tidak ramah
lingkungan, seperti peledak (bom). Tergantung jenisnya, ikan ini bisa mencapai
panjang 40 – 60 cm, yang sering tertangkap pada ukuran 25 – 30 cm. Jumlah yang
tercatat ditemukan di Indonesia mencapai 16 jenis (Wiadnya dan Setyohadi, 2012)
PENULIS
Ayu
Raeshya Aulea
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2012
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Affandi
R & Tang UM. 2004 . Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru:Unri Press
Awong
H, Ibrahim S, Somo K, & Ambak MA. 2011. Observation on Weight-Length
Relationship of Priacanthus tayenus (Richardson, 1846) Spesies in Darvel Bay,
sabah, Malaysia. World Journal of Fish and Marine Science 3 (3): 239-242.
Budi
K, Eko dan F.E Ardi Wiharto. 2009. Ensiklopedia Populer Ikan Air Laut,
Yogyakarta: Lily Publisher.
Departemen
Kelautan dan Perikanan. 2006. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia Tahun 2004.
Biro Pusat Statistik, Jakarta.
Effendie
MI. 2002. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 163 hal.
FAO.
1999. The Living Marine Resources od Western Central Pasific. FAO Species
Identification Guide for Fishery Purpose. Department of Biological Sciences Old
Dominion University Norfolk, Virginia, USA.
Golani
D, Sonin O, Edelist D. 2011. Second records of the Lessepsian fish migrants
Priacanthus sagittarius and Platax teira and distribution extension of Tylerius
spinosissimus in the Mediterranean. Aquatic Invasions Journal Compilation. 6
(1) : 1-11.
https://www.dictio.id/t/apa-yang-anda-ketahui-tentang-ikankuniran/45605
Ibrahim
S, Muhammad M, Ambak MA, Zakaria MZ, Mamat AS, & Isa MM, & Hajısamae S.
2003. Stomach Contents of Six Commercially Important Demersal Fishes in the
South China Sea. Turk. J. Fish. Aquat. Sci. 3: 11-16.
Okada,
M. 1992. History of Surimi Technology in Japan. Dalam: Surimi Technology.
Lanier TC, Lee CM, editors. New York : Marcel Dekker
Premalatha
P. 1997. On the fishery and biology of Priacanthus hamrur Forsskal along the
South West Coast of India. India Journal Fish. 44(3) : 265-270.
Sivakami
S, Raje SG, Feroz MK, Shobha JK, Vivekananda E, Kumar R. 2001. Fishery and
biology of Priacanthus hamrur (Forsskal) along the Indian coast. Indian journal
of fisheries. 48(3) : 277-289.
Starnes
WC. 1984. Priacanthidae. In FAO species identification sheets formfishery
purposes. Western Indian Ocean (Fishing Area 51), edited by W. Fischer and G.
Bianchi. Vol. 3. Rome, FAO (unpaginated).
Wiadnya,
DGR., dan Setyohadi, D. 2012. Modul Pengantar Ilmu Kelautan dan Perikanan.
Universitas Brawijaya
www.google.com/googleimage.2015.Diakses
tanggal 23 Oktober 2015
Terimakasih atas informasinya.
ReplyDeleteUntuk tahu rasa ikan kuniran yang sudah diolah menjadi kerupuk, silakan berkunjung ke web: kerupukikan.com
Terima Kasih sudah berkunjung
DeleteMohon izin bertanya kak, itu dibagian morfologi ikan kuniran, (Permana, 2010) tidak ada daftar pustaka nya ya?
ReplyDeleteiya
Delete