Ikan swanggi (Priacanthus tayenus) merupakan
salah satu jenis ikan demersal yang umumnya mendiami suatu perairan dasar atau
daerah berbatu. Ikan swanggi termasuk ke dalam salah satu dari enam ikan
demersal ekonomis penting di Laut Cina Selatan (Ibrahim et al. 2003). Secara
umum ikan ini mencari makan secara nokturnal tetapi dapat juga mencari makan
secara diurnal dengan sama baiknya. Makanan utamanya adalah dari jenis
crustacea (dominan udang), cephalopoda kecil, polychaeta, dan ikan kecil
(Starnes 1984).
Ikan
Swanggi merupakan salah satu jenis ikan yang cukup banyak dikonsumsi karena
harganya yang tidak terlalu mahal. Jumlah hasil tangkapan ikan Swanggi di PPP
Morodemak tergolong banyak, namun data hasil tangkapannya tidak tercatat.
Penangkapan ikan Swanggi dengan menggunakan alat tangkap Cantrang yang memiliki
mesh size kecil jika dilakukan terus menerus memungkinkan perkembangan stok
dari ikan ini menjadi terhambat dan mengancam potensi dari ikan Swanggi ini
(Anindhita et al., 2014).
KLASIFIKASI IKAN
SWANGGI
Kingdom
|
:
Animalia
|
Filum
|
: Chordata
|
Subfilum
|
: Vertebrata
|
Kelas
|
: Pisces
|
Subkelas
|
: Actinopterygii
|
Ordo
|
:
Perciformes
|
Subordo
|
: Percoidei
|
Famili
|
:
Priacanthidae
|
Genus
|
: Priacanthus
|
Spesies
|
:
Priacanthus tayenus
|
Nama Indonesia
|
: Ikan Swanggi
|
Nama FAO
|
:Purple-spotted
bigeye, Beauclaire tache pourpre (perancis), Catalufa mota purpúreo (Spanyol)
|
MORFOLOGI IKAN
SWANGGI
Ikan
swanggi secara morfologi memiliki badan agak tinggi, agak memanjang, dan pipih
secara lateral. Tubuh, kepala, iris mata, dan sirip berwarna merah muda atau
kemerah-merahan. Pada sirip perut memiliki bintik-bintik kecil berwarna ungu
kehitam-hitaman dengan 1 atau 2 titik lebih besar di dekat perut. Bintik-bintik
pada sirip perut ini yang membedakan ikan swanggi dengan ikan famili
Priacanthidae yang lain (FAO 1999). Panjang maksimum ikan swanggi yaitu 29,5 cm
di Brunei Darussalam (Awong et al. 2011).
Tulang
belakang pada preoperkulum berkembang dengan baik. Jumlah tulang tapis insang
pada lengkung insang pertama 21 sampai 24. Jari-jari sirip punggung berjumlah X
jari-jari keras dan 11 sampai 13 jari-jari lemah. Jari-jari pada sirip dada 17-19.
Sisik-sisik pada bagian tengah lateral dengan bagian posterior atas hilang dan
memiliki sedikit duri kecil pada ikan yang lebih besar. Sisik-sisik lateral
berjumlah 56 sampai 73 dan sisik-sisik linear lateralis berjumlah 51 sampai 67.
Sisik pada baris vertikal (dari awal sirip dorsal sampai anus) 40 sampai 50
(FAO 1999).
Ikan
swanggi merupakan ikan karang demersal dengan karakteristik khusus berwarna
merah muda, memiliki mata besar, dan pada sirip perut terdapat bintik berwarna
ungu kehitam-hitaman (FAO 1999). Menurut data statistik perikanan PPP Labuan,
produksi tangkapan ikan swanggi dari awal tahun 2011 sampai saat ini menduduki
posisi kelima dari total produksi tangkapan ikan demersal di PPP Labuan Banten,
yaitu sebesar 4376.70 kg atau sekitar 4.90%.
REPRODUKSI IKAN
SWANGGI
Ikan
Swanggi pertama kali matang gonad pada ukuran 184 mm. Nilai tersebut jika
dibandingkan dengan nilai Lc50% hanya sedikit perbedaannya. Ukuran Lm50% yang
lebih besar dari nilai Lc50% menandakan bahwa ikan yang tertangkap masih dalam
masa pertumbuhan atau belum matang gonad.Jika dilihat dari nilai L∞, dapat
disimpulkan bahwa ikan yang tertangkap sudah merupakan ukuran yang besar dan
layak tangkap. Di perairan Demak peluang untuk ikan Swanggi mengalami growth
overfishing relatif kecil. Apabila dilihat dari komposisi TKG yang ada dapat
dikatakan juga bahwa recruitment dari sumberdaya ikan Swanggi ini terjamin. Hal
tersebut dapat dilihat dari peluang terjadinya recruitment overfishing yang
juga relatif kecil karena hasil tangkapan dominan tidak berada pada fase yang
siap memijah, sehingga pertumbuhan ikan terjamin dan dapat berkembang
(Anindhita et al., 2014).
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Sivakami et al. (2001) selama periode
pengambilan contoh yang dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Desember
tahun 1996 sampai dengan 1999 diketahui bahwa dominasi Priacanthus hamrur
betina melimpah pada setiap bulan pengambilan contoh kecuali April, Juli, dan
Desember, sedangkan berdasarkan Premalatha (1997) nisbah kelamin dari ikan
Priacanthus hamrur di pantai barat daya India didominasi oleh ikan betina
setiap bulannya, kecuali Juli.
Ikan
swangi (P. Tayenus) di perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan
memiliki 3 kelompok umur dan panjang ikan tersebar antara 100-292 mm. Ikan ini
memiliki pola pertumbuhan alometrik negatif dengan nilai b sebesar 3,3525.
Nilai parameter pertumbuhan model von Bertalanffy (K, L∞, to) berturut-turut
adalah 346,40; 0,17; 052. Berdasarkan analisis mortalitas dan model produksi
surplus didapat nilai mortalitas total (Z) 0,39; mortalitas alami (M) 0,32;
mortalitas penangkapan (F) 0,16; eksploitasi (E) 0,42. Upya penangkapan optimum
(Fmsy) sebesar 487 trip penangkapan per tahun dengan jumlah tangkapan maksimum
lestari (MSY) sebesar 17.200,86 kg ikan/tahun dan jumlah tangkapan yang
diperbolehkan (TAC) sebesar 13.760,69 kg ikan/tahun (Adilaviana, 2012).
CIRI-CIRI IKAN
SWANGGI
Ikan
swanggi (Priacanthus tayenus) merupakan ikan karang demersal dari famili
Priacanthidae. Karakteristik ikan swanggi adalah mata besar dengan lapisan
pemantul cahaya (Reflektif layer), memiliki sisik kasar (Powell 2000), dan
bersifat diurnal (Gollani et al. 2011), badan agak tinggi, memanjang, dan tipis
secara lateral, memiliki gigi kecil, dan panjang total maksimum mencapai 35 cm
(FAO 1999).
Tulang
saring insang pada lengkung insang pertama berjumlah 21-24. Duri sirip punggung
terdiri dari 10 jari-jari keras dan 11-13 jari- jari lemah. Duri sirip ekor
terdiri dari 3 jari-jari keras dan 12-14 jari- jari lemah. Jari sirip dada
berjumlah 17-19 jari-jari lemah. Sisik-sisik menutupi bagian badan, kepala, dan
dasar sirip ekor (FAO 1999).
Warna
tubuh, kepala, dan iris mata adalah putih kemerah-merahan atau putih
keperak-perakan, sirip berwarna merah muda, sedangkan ciri utama yang menjadi
pembeda terhadap jenis Priacanthus lainnya adalah ikan swanggi (Priacanthus
tayenus) memiliki sirip perut dengan bintik kecil ungu kehitam-hitaman dalam
membran dengan 1 atau 2 titik besar yang berada di dekat perut (FAO 1999).
HABITAT IKAN SWANGGI
Ikan
swanggi umumnya hidup di perairan pantai di antara bebatuan karang dan
terkadang di area yang lebih terbuka pada kedalaman 20-200 m atau lebih dalam.
Distribusi ikan ini meliputi wilayah pesisir utara Samudera Hindia dari Teluk
Persia bagian Timur dan wilayah Pasifik Barat dari Australia bagian Utara dan
Pulau Solomon bagian utara sampai Provinsi Taiwan di China. Hasil tangkapan
ikan swanggi pada tahun 1990 sampai 1995 dalam buku statistik perikanan tahunan
FAO melaporkan jumlah tangkapan per tahun sekitar 23.100 sampai 52.000 ton di
samudera Pasifik tengah bagian barat (Starnes 1984).
Ikan
Swanggi termasuk jenis ikan demersal, sering kali membentuk gerombolan
(schooling). Daerah kesukaannya adalah pantai dekat dengan Terumbu Karang.
Ikan-ikan yang lebih kecil ditemukan mendekati pantai. Jenis makanan
bervariasi, terutama organisme bentik (Wiadnya dan Setyohadi, 2012).
Ikan
swanggi (Priacanthus tayenus) merupakan ikan predator epibenthic (Starnes 1988
in Powell 2000) yang hidup di perairan pantai diantara bebatuan karang dan area
terbuka pada kedalaman 20-200 m (FAO 1999). Ikan Priacanthidae tidak memiliki
wilayah ruaya yang jauh misalnya Priacanthus saggitarius yang memiliki daerah
ruaya hanya disekitar perairan Laut Merah. Demikian juga dengan ikan swanggi
(Priacanthus tayenus) yang terdapat di wilayah perairan Selat Sunda hanya
memiliki ruaya di sekitar perairan tersebut saja. Ruaya ikan swanggi dapat
berupa ruaya pemijahan ke daerah pesisir pantai, maupun ruaya pembesaran dan
makanan di wilayah karang (Golani et al. 2011).
MANFAAT IKAN SWANGGI
Ikan
swanggi (Priacanthus tayenus) atau yang dikenal dengan nama bigeye bullseye
merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang memiliki potensi besar dalam
mendukung pemenuhan kebutuhan pangan. Ikan swanggi pada awalnya bukan merupakan
ikan hasil tangkapan utama, namun belakangan banyak didaratkan di pelabuhan
perikanan sebagai salah satu hasil tangkapan yang bersifat komersial. Kandungan
gizi yang tinggi mengakibatkan permintaan akan ikan swanggi meningkat dan
menjadikan ikan ini sebagai ikan komoditas ekspor (Sivakami et al. 2001).
Ikan
swangi (Priacanthus tayenus), merupakan salah satu hasil tangkapan sampingan.
Ikan jenis ini merupakan ikan hasil tangkapan samping yang pemanfaatannya oleh
nelayan kurang (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2006). Menurut data
statistik kelautan dan perikanan 2011 volume produksi ikan swangi lebih rendah
dibandingkan ikan gulamah dan ikan ekor kuning yaitu sebesar 38.476 ton. Ikan
mata goyang memiliki daging yang berwarna putih sehingga dapat diolah menjadi
berbagai macam produk seperti surimi. Surimi didefinisikan sebagai lumatan
daging ikan yang telah mengalami proses penghilangan tulang, dan sebagian
komponen larut air dan lemak melalui pencucian dengan air, sehingga disebut
sebagai konsentrat basah protein myofibril dari daging ikan (Okada, 1992)
TINGKAH LAKU IKAN
SWANGGI
Ikan-ikan
biasanya akan bermigrasi untuk tujuan pemijahan dan akan kembali ke daerah
penangkapan setelah memijah. Banyaknya ikan betina yang ditemukan di daerah
penangkapan pada waktu pengamatan dapat diduga karena ikan jantan sedang
beruaya menuju feeding ground untuk mencari makan. Ikan swanggi betina yang
lebih dominan tertangkap mengindikasikan bahwa kelestarian populasi ikan
swanggi di perairan Selat Sunda masih dapat dipertahankan. Dengan rasio ikan
betina lebih dominan mengakibatkan peluang pembuahan sel telur oleh spermatozoa
sampai menjadi individu baru akan semakin besar (Saputra et al., 2009).
Ikan
famili Priacanthidae hidup secara soliter atau kelompok kecil tetapi beberapa
spesies membentuk kelompok besar. Pada fase telur, larva, dan awal juvenil,
ikan swanggi hidup secara pelagis dan berubah sesuai dengan lingkungan yang
cocok. Dalam hal makanan, famili Priacanthidae umumnya mencari makan secara
nokturnal tetapi dapat juga mencari makan secara diurnal dengan sama baiknya.
Makanan utamanya yaitu dari jenis crustacea, cephalopods kecil, polychaetes,
dan ikan kecil (Starnes 1984).
Ikan
swanggi relatif aktif mencari makanan sehingga mempunyai kesempatan untuk
mendapatkan makanan lebih banyak dan besar. Berdasarkan nilai luas relung
makanannya, ikan jantan memiliki luas relung makanan yang lebih besar daripada
ikan betina dan ikan besar memiliki luas relung makanan yang lebih luas
daripada ikan kecil. Hal ini berkaitan dengan semakin besar ukuran ikan
tersebut maka kemampuan bergeraknya semakin aktif daripada ikan kecil serta
disertai dengan berkembangnya bukaan mulut yang semakin besar (Rifai, 2012).
PERAN IKAN SWANGGI DI PERAIRAN
Ikan
swanggi termasuk ke dalam jenis ikan karnivor. Untuk mengetahui kebiasaan
makanannya, maka perlu dilakukan pengamatan organ-organ pencernaannya. Organ
yang diamati salah satunya yaitu lambung. Lambung merupakan organ pencernaan yang
diameternya lebih besar dibandingkan dengan organ pencernaan yang lainnya.
Lambung berfungsi sebagai penampung dan pencerna makanan secara kimiawi. Organ
lain yang juga berperan dalam pencernaan makanan yaitu pyloric caeca. Organ ini
berupa usus-usus pendek dan buntu yang terletak diantara lambung dan usus
berfungsi untuk membantu proses pencernaan makanan dan penyerapan makanan
(Affandi et al. 2004).
Berdasarkan
data harian PPP Labuan selama tahun 2010, ikan swanggi merupakan hasil
tangkapan dominan kelima sebesar (8,25 %) dari seluruh hasil tangkapan ikan
demersal kecil yang didaratkan di PPP Labuan, Banten. Hasil tangkapan ikan
swanggi merupakan hasil tangkapan terbesar setelah ikan kuwe (24,70%), kurisi
(23,43%), kuniran (23,04%) dan kapasan (13,70%) (Rifai, 2012).
PENULIS
Ayu
Raeshya Aulea
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2012
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Adilaviana
T. 2012. Kajian stok ikan swanggi (Priacanthus tayenus Richardson, 1846) di
perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Pandeglang, Banten
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Affandi
R & Tang UM. 2004 . Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru:Unri Press
Anindhita,
GK., Saputra, SW., dan Ghofar, A. 2014. Beberapa Aspek Biologi Ikan Swanggi
(Priacanthus tayenus) Berdasarkan Hasil Tangkapan yang Didaratkan di PPP
Morodemak. Diponegoro Journal of Maquares. 3(3): 144-152
Awong
H, Ibrahim S, Somo K, & Ambak MA. 2011. Observation on Weight-Length
Relationship of Priacanthus tayenus (Richardson, 1846) Spesies in Darvel Bay,
sabah, Malaysia. World Journal of Fish and Marine Science 3 (3): 239-242.
Budi
K, Eko dan F.E Ardi Wiharto. 2009. Ensiklopedia Populer Ikan Air Laut,
Yogyakarta: Lily Publisher.
Departemen
Kelautan dan Perikanan. 2006. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia Tahun 2004.
Biro Pusat Statistik, Jakarta.
Effendie
MI. 2002. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 163 hal.
FAO.
1999. The Living Marine Resources od Western Central Pasific. FAO Species
Identification Guide for Fishery Purpose. Department of Biological Sciences Old
Dominion University Norfolk, Virginia, USA.
Golani
D, Sonin O, Edelist D. 2011. Second records of the Lessepsian fish migrants
Priacanthus sagittarius and Platax teira and distribution extension of Tylerius
spinosissimus in the Mediterranean. Aquatic Invasions Journal Compilation. 6
(1) : 1-11.
Ibrahim
S, Muhammad M, Ambak MA, Zakaria MZ, Mamat AS, & Isa MM, & Hajısamae S.
2003. Stomach Contents of Six Commercially Important Demersal Fishes in the
South China Sea. Turk. J. Fish. Aquat. Sci. 3: 11-16.
Okada,
M. 1992. History of Surimi Technology in Japan. Dalam: Surimi Technology.
Lanier TC, Lee CM, editors. New York : Marcel Dekker
Premalatha
P. 1997. On the fishery and biology of Priacanthus hamrur Forsskal along the
South West Coast of India. India Journal Fish. 44(3) : 265-270.
Rifai,
R. 2012. Kebiasaan Makanan Ikan Swanggi (Priacanthus tayenus Richadson, 1846)
yang Didaratkan di PPP Labua, Banten. ITB. Bogor
Sivakami
S, Raje SG, Feroz MK, Shobha JK, Vivekananda E, Kumar R. 2001. Fishery and
biology of Priacanthus hamrur (Forsskal) along the Indian coast. Indian journal
of fisheries. 48(3) : 277-289.
Starnes
WC. 1984. Priacanthidae. In FAO species identification sheets formfishery
purposes. Western Indian Ocean (Fishing Area 51), edited by W. Fischer and G.
Bianchi. Vol. 3. Rome, FAO (unpaginated).
Wiadnya,
DGR., dan Setyohadi, D. 2012. Modul Pengantar Ilmu Kelautan dan Perikanan.
Universitas Brawijaya
www.google.com/googleimage.2015.Diakses
tanggal 23 Oktober 2015
Post a Comment for "Ikan Swanggi; Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll"