Litopenaeus vannamei, biasa juga disebut sebagai udang putih atau Vaname masuk ke dalam famili Penaidae. Anggota famili ini menetaskan telurnya di luar tubuh setelah telur dikeluarkan oleh udang betina.
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Panaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
MORFOLOGI UDANG
VANNAMEI
Udang Penaeid dapat dibedakan dengan jenis lainnya dari bentuk
dan jumlah gigi pada rostrumnya. Penaeid vannamei memiliki 2
gigi pada tepi rostrum bagian ventral dan 8-9 gigi pada tepi rostrum bagian
dorsal.
HABITAT UDANG VANNAMEI
Habitat udang vannamei di perairan laut dan perairan payau.
REPRODUKSI UDANG
VANNAMEI
A. Petasma jantan
B. Satu dari
sepasang appendix masculine
C. Satu dari sepasang terminal
ampoule D. Open thelycum
Gambar Struktur Reproduksi
Eksternal Udang Vannamei
Organ reproduksi udang vannamei betina
terdiri dari sepasang ovarium, oviduk, lubang genital, dan thelycum. Oogonia
diproduksi secara mitosis dari epitelium germinal selama kehidupan reproduktif
dari udang betina. Oogonia mengalami meiosis, berdiferensiasi menjadi oosit,
dan dikelilingi oleh sel-sel folikel. Oosit yang dihasilkan akan menyerap
material kuning telur (yolk) dari darah induk melalui sel-sel folikel. Organ
reproduksi utama dari udang jantan adalah testes, vasa derefensia, petasma, dan
apendiks maskulina. Sperma udang memiliki nukleus yang tidak terkondensasi dan
bersifat nonmotil karena tidak memiliki flagela. Selama perjalanan melalui vas
deferens, sperma yang berdiferensiasi dikumpulkan dalam cairan fluid dan
melingkupinya dalam sebuah chitinous spermatophore.
PROSES
PERKAWINAN (MATING) INDUK UDANG VANNAMEI
Udang vannamei melakukan mating (perkawinan)
apabila udang betina telah matang telur yang ditandai dengan warna orange pada
punggungnya, udang jantan segera memburu oleh rangsangan feromon yang
dikeluarkan oleh betina dan terjadilah mating. Dari hasil mating tersebut
sperma akan ditempelkan pada telikum, 4-5 jam kemudian induk betina tersebut
akan mengeluarkan telur (spawning) dan terjadilah pembuahan.
Perilaku kawin pada udang vannamei pada
wadah pemijahan dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti temperatur
air, kedalaman, intensitas cahaya, fotoperiodisme, dan beberapa faktor biologis
seperti densitas aerial dan rasio kelamin.
Spesies udang vannamei memiliki
tipe thelycum tertutup sehingga udang tersebut kawin saat udang betina pada
tahap intermolt atau setelah maturasi ovarium selesai, dan
udang akan bertelur dalam satu atau dua jam setelah kawin.
PENELURAN
DAN PERKEMBANGAN TELUR UDANG VANNAMEI
Peneluran terjadi saat udang betina
mengeluarkan telurnya yang sudah matang. Proses tersebut berlangsung kurang
lebih selama dua menit. Udang vannamei biasa bertelur di malam
hari atau beberapa jam setelah kawin. Telur-telur dikeluarkan dan difertilisasi
secara eksternal di dalam air. Seekor udang betina mampu menghasilkan setengah
sampai satu juta telur setiap bertelur. Dalam waktu 13-14 jam, telur kecil
tersebut berkembang menjadi larva berukuran mikroskopik yang disebut nauplii/
nauplius (Perry, 2008). Tahap nauplii tersebut memakan kuning telur yang
tersimpan dalam tubuhnya lalu mengalami metamorfosis menjadi zoea. Tahap
kedua ini memakan alga dan setelah beberapa hari bermetamorfosis lagi menjadi
mysis. Mysis mulai terlihat seperti udang kecil dan memakan alga dan
zooplankton. Setelah 3 sampai 4 hari, mysis mengalami metamorfosis menjadi
postlarva. Tahap postlarva adalah tahap saat udang sudah mulai memiliki
karakteristik udang dewasa. Keseluruhan proses dari tahap nauplii sampai
postlarva membutuhkan waktu sekitar 12 hari. Di habitat alaminya, postlarva
akan migrasi menuju estuarin yang kaya nutrisi dan bersalinitas rendah. Mereka
tumbuh di sana dan akan kembali ke laut terbuka saat dewasa.
FISIOLOGI UDANG
VANNAMEI
Daya tahan hidup udang dipengaruhi oleh olah
keseimbangan osmotik antara cairan tubuh dengan air lingkungan hidupnya.
Pengaturan osmotik itu dilakukan melalui mekanisme osmoregulasi. Udang yang
hidup di air laut memiliki pola regulasi yang sama dengan teleostei laut, yaitu
regulasi hiposmotik. Hewan yang hiposmotik terhadap medianya mengalami masalah
dehidrasi, karena tekanan osmotik di dalam tubuh lebih kecil dari lingkungannya
sehingga air cenderung keluar ke lingkungannya. Masalah lainnya adalah
garam-garam dan ion-ion akan cenderung masuk ke dalam tubuh secara difusi
karena lebih besar konsentrasinya di luar tubuh. Salah satu adaptasi udang
dalam mengatasi masalah dehidrasi adalah kurang permeabilitas air, sehingga
dapat membatasi air yang keluar secara pasif. Adaptasi lainnya adalah dengan
meminum air dari medianya, baik secara oral maupun anal (contoh: artemia). Air
kemudian diserap di usus. Untuk mengatasi kelebihan garam dan ion yang masuk
secara difusi, NaCl secara aktif dipompa keluar dari tubuh melalui insang.
Adaptasi fisiologi lainnya yaitu dimana udang
yang hidup di laut selalu mengeluarkan urine yang lebih pekat dibandingkan
dengan udang yang hidup di air tawar, hal ini dikarenakan kadar garam air laut
lebih tinggi dari pada kadar garam air tawar. Tingginya kadar garam menyebabkan
udang kekurangan air sehingga udang harus banyak minum. Akibatnya, kadar garam
dalam darahnya menjadi tinggi sehingga untuk mengurangi kepekatan cairan dalam
tubuhnya, udang akan selalu mengeluarkan urine yang pekat.
PERAN UDANG
VANNAMEI DALAM PERAIRAN
Udang berfungsi sebagai konsumen utama,
konsumen primer dan detrivitor di dalam suatu perairan, oleh karena itu dapat
udang ini diklasifikasikan sebagai omnivora. Udang ini sangat besar perannanya
dalam perairan. Hewan ini termasuk dalam konsumen setrivitor atau disebut
sebagai hewan pemakan biossa mati atau organik termasuk hewan, tumbuhan, dan
tinja.
PERTUMBUHAN UDANG
VANNAMEI
Penaeus
vannamei memiliki
karakteristik kultur yang unggul. Berat udang ini dapat bertambah lebih dari 3
gram tiap minggu dalam kultur dengan densitas tinggi (100 udang/m2). Berat udang dewasa dapat mencapai 20 gram dan
diatas berat tersebut, Penaeus
vannamei tumbuh dengan lambat yaitu
sekitar 1 gram/ minggu. Udang betina tumbuh lebih cepat daripada udang jantan.
TINGKAH
LAKU UDANG VANNAMEI
Salah satu adaptasi tingkah laku udang yaitu adaptasi terhadap
cahaya atau bersifat fototaksis negatif (menjauhi cahaya) atau kesukaannya terhadap
cahaya sangat kurang. Sehingga udang selalu aktif pada malam hari (Nokturnal)
untuk mencari makan, sedangkan pada siang hari sebagian dari mereka bersembunyi
di dasar perairan sehingga dapat terhindar dari kejaran predator.
PENULIS
Desita
Dwi Pratiwi
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery Purnomo Aji Sutrisno
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
http://Budisma.net/2015/perbedaan-detritivitor-dan-saproof.
http://images.google.com/.
http://paj89.blogspot.co.id/2012/09/adptasi-pola-tingkah-laku-persebaran.html.
Perry, H. M. 2008. Marine Resources and History of the Gulf Coast.
Wyban James A., Sweeney, James N., 1991. Intensive Shrimp Poduction Technology. The Oceanic. Hawaii.
http://Budisma.net/2015/perbedaan-detritivitor-dan-saproof.
http://images.google.com/.
http://paj89.blogspot.co.id/2012/09/adptasi-pola-tingkah-laku-persebaran.html.
Perry, H. M. 2008. Marine Resources and History of the Gulf Coast.
Wyban James A., Sweeney, James N., 1991. Intensive Shrimp Poduction Technology. The Oceanic. Hawaii.
Post a Comment for "Udang Vaname Atau Vannamei; Klasifikasi,Morfologi, Habitat Dll"