Ikan Pari adalah Elasmobranchii, yaitu binatang
yang memiliki skeleton yang terbentuk dari kartilago tulang lunak.
Elasmobranchii terbagi menjadi dua yaitu Selachii atau hiu dan Batoidea atau
pari (Compagno et al., 2005).
Ikan Pari (rays) termasuk ke dalam sub
kelas elasmobranchii (ikan bertulang rawan). Ikan ini dikenal sebagai ikan
batoid, yaitu sekelompok ikan bertulang rawan yang mempunyai ekor seperti
cambuk. Ikan ini diperkirakan memiliki lebih dari 300 spesies dan bersifat
kosmopolitan di laut (bond, 1979).
Ikan pari banyak jenisnya, beberapa jenis
yang terdapat di perairan Indonesia adalah: pari torpedo, pari kelapa, pari
duri, pari hidung sapi, pari kupu, pari macan, pari sengat dan pari bidadari
(Agustine dan Dewi, 1990). Ikan pari dalam perdagangan dikenal dengan nama
Stingrays (Sahubawa dan Untari, 2009). Menurut Pauly dan Martosubroto (1996)
serta Budihardjo, dkk (1992), ikan pari termasuk dalam spesies Dasyatis
sp. Distribusi geografis ikan pari sangat luas. Ikan pari ditemukan di perairan
tropis, subtropis (beriklim sedang), dan perairan antartika yang dingin.
KLASIFIKASI IKAN
PARI
Phylum
|
: Chordata
|
Subphylum
|
: Vertebrata
|
Class
|
: Pisces
|
Subclass
|
: Elasmobranchii
|
Ordo
|
: Batoidei
|
Family
|
: Trygonidae
|
Genus
|
: Dasyatis
|
Species
|
: Dasyatis sp.
|
Beberapa
spesies dari genus Dasyatis antara lain: D. Americana,
D. Imbricatus, D. Kuhlii, D. Lata, D. Longa, D. Margarita, D. Bennetti, D.
Brevicaudatus, D. Sabina, D. Centroura, D. Chrysonata, D. Marmorata, D.
Pastinaca, D. Margarita, D. Margaritella, D. Rudis, D. Thetidis (Schwartz,
2007; Jerez et al., 2011).
MORFOLOGI IKAN
PARI
Ikan pari
merupakan salah satu jenis ikan yang termasuk kelas Elasmobranchii. Ikan ini
dikenal sebagai ikan batoid, yaitu kelompok ikan bertulang rawan yang mempunyai
ekor seperti cambuk. Ikan pari memiliki celah insang yang terletak di sisi
ventral kepala. Sirip dada ikan ini melebar menyerupai sayap, dengan sisi
bagian depan bergabung dengan kepala. Bagian tubuh sangat pipih sehingga
memungkinkan untuk hidup di dasar laut. Bentuk ekor seperti cambuk pada
beberapa spesies dengan sebuah atau lebih duri tajam di bagian ventral dan
dorsal (Allen, 2000).
Last dan
Stevens (2009) menyatakan bahwa ikan pari (rays) termasuk ikan
bertulang rawan dalam grup Cartilaginous. Ikan pari mempunyai bentuk tubuh
gepeng melebar (depressed), sepasang
sirip dada (pectoral
fins) melebar dan menyatu dengan sisi kiri-kanan kepalanya,
sehingga tampak atas atau tampak bawahnya terlihat bundar atau oval. Ikan pari
umumnya mempunyai ekor yang sangat berkembang (memanjang) menyerupai cemeti.
Pada beberapa spesies, ekor ikan pari dilengkapi duri penyengat sehingga
disebut ‘sting-rays’. Mata ikan pari umumnya
terletak di bagian samping kepala. Posisi dan bentuk mulutnya adalah terminal
dan umumnya bersifat predator. Ikan ini bernapas melalui celah insang (gill openings atau gill slits)
yang berjumlah 5-6 pasang. Posisi celah insang adalah dekat mulut di bagian
bawah (ventral). Ikan pari jantan
dilengkapi sepasang alat kelamin yang disebut “clasper” letaknya di
pangkal ekor. Ikan pari betina umumnya memijah secara melahirkan anak (vivipar)
dengan jumlah anak antara 5-6 ekor.
Ukuran
ikan pari dewasa bervariasi. Ikan pari yang berukuran relatif kecil memiliki
panjang 10 cm dan lebar 5 cm. Ikan pari terbesar, dikenal juga pari manta,
berukuran panjang 700 cm, lebar 610 cm, dan berat 1-3 ton (Bond, 1979).
HABITAT IKAN
PARI
Ikan pari
(famili Dasyatidae) mempunyai variasi habitat yang sangat luas dengan pola
sebaran yang unik. Daerah sebaran ikan pari adalah perairan pantai dan kadang
masuk ke daerah pasang surut. Dasyatis sp.
banyak ditemukan pada habitat dasar di perairan pesisir (Schwartz 2007).
Habitat ikan pari ini berada di dasar perairan berlumpur, lumpur berpasir,
tanah keras, bahkan yang berbatu atau koral.
Dasyatis
pastinaca merupakan salah satu contoh ikan pari yang hidup di perairan
dengan substrat lumpur atau pasir dan kadang-kadang memasuki periran dengan
substrat batu karang atau ke daerah estuari. Beberapa jenis ikan pari tidak
hidup di dasar perairan, melainkan di zona epipelagis, misalnya dari genus Manta. Dasyatis longa memiliki
habitat di daerah estuari dengan dasar lumpur atau pasir minimal pada kedalaman
100 m dibawah permukaan air laut (Garcia et al. 2012).
Perubahan
ontogeni juga berpengaruh terhadap habitat Dasyatis sp.
Garcia et al.
(2012) menjelaskan bahwa pada saat juvenile, Dasyatis longa akan
hidup di habitat dasar berlumpur, ketika dewasa beralih ke dasar dengan
substrat berbatu-batu. Jerez et al.(2011)
mengungkapkan bahwa D. Centroura dan D. Pastinaca banyak
ditemukan di sekitar area budidaya ikan di pesisir.
Beberapa
spesies Dasyatis umumnya
akan memasuki air tawar di area Amerika utara bagian tenggara walaupun tidak
sampai menembus ke hulu (Berra 2001). D. sabinaatau yang
lebih dikenal dengan sebutan Atlantic
stingrays mampu mentolerir variasi salinitas dan dapat masuk ke air
tawar. Hal ini telah dilaporkan berdasarkan penelitian di sungai Missisipi,
danau Pontchartrain, dan sungai St. Johns. Spesies ini umumnya memiliki habitat
di pesisir dangkal dengan dasar berpasir atau berlumpur. Menyukai suhu perairan
15°C dan dapat mentolelir hingga suhu 30°C.
Beberapa Dasyatis tropis
hanya ditemukan di perairan tawar Asia, Afrika, Papua New Guinea, dan
Australia. Selain itu terdapat pula D. Garouaensis yang
merupakan pari endemik dari perairan tawar Afrika, D. Ukpam dari
persilangan sungai di Nigeria (sungaiOgowe dan sungai Congo), serta D. Laosensis spesies
endemik dari sungai Mekong, perbatasan antara Laos dan Thailand.
Last dan
Stevens (2009) menyatakan bahwa Ikan pari (famili Dasyatidae) mempunyai variasi
habitat yang sangat luas dengan pola sebaran yang unik. Daerah sebaran ikan
pari adalah perairan pantai dan kadang masuk ke daerah pasang surut. Ikan pari
biasa ditemukan di perairan laut tropis. Di perairan tropis Asia Tenggara
(Thailand, Indonesia, Papua Nugini) dan Amerika Selatan (Sungai Amazon).
REPRODUKSI IKAN
PARI
Ikan pari merupakan dioecious. Ikan pari jantan dilengkapi
sepasang alat kelamin, disebut klasper (clasper)
yang terletak di pangkal ekor. Ikan pari betina tidak dilengkapi klasper,
tetapi lubang kelaminnya mudah dilihat. Ikan pari berkembang biak secara
ovovivivar dengan jumlah anak sekitar 5-6 ekor.
Pengamatan yang dilakukan pada reproduksi ikan pari Dasyatis pastinaca menunjukkan hasil
bahwa setelah terjadi pembuahan, embrio pada akan mendapatkan energi dari
kuning telur yang selanjutnya diberikan suplemen oleh histotrof (uterine milk yang diperkaya dengan
protein, lemak, dan mukosa). Transfer energi ini dilakukan dari induk betina
melalui sejumlah uterine epithelium yang
disebut troponemata.
Ukuran pertama kali matang gonad ditentukan berdasarkan rata-rata
berat tubuh dan rata-rata panjang ikan dan dapat juga berdasarkan perhitungan
persentase berat hati dibandingkan berat tubuh (Devadoss 1983). D. Americana jantan umumnya matang gonad
pada ukuran lebar tubuh 48-52 cm, sedangkan ikan betina pada ukuran lebar tubuh
75-80 cm. Umur saat pertama kali matang gonad pada ikan jantan sekitar 3-4
tahun, sedangkan betina sekitar 5-6 tahun. Karakteristik ini juga
mengindikasikan bahwa pertumbuhan dan umur pada saat matang gonad dari D. Americana sama seperti pada Dasyatis sp. pada umumnya (Henningsen
&Leaf 2010).
Meskipun umur dan ukuran pada saat matang gonad hampir sama pada
setiap spesies Dasyatis, terdapat
juga variasi ukuran antar individu pada spesies yang sama. Variasi ini jelas
terlihat berbeda berdasarkan sebaran geografis (Henningsen & Leaf 2010).
Hal ini mengindikasikan bahwa faktor lingkungan berperan sangat penting bagi pertumbuhan
dan kematangan gonad Dasyatis sp.
Kesesuaian habitat, kecukupan makanan, dan kenyamanan ikan (faktor fisika-kimia
perairan, predator, pencemaran) menjadi hal penting yang berpengaruh pada
proses biologis ikan.
Ilmuwan terdahulu telah melakukan studi untuk melihat hubungan
antara ukuran hati dengan saat pertama kali matang gonad. Devadoss (1983)
menjelaskan bahwa ada suatu mekanisme perkembangan tertentu pada hati yang
terjadi secara signifikan sebelum dan sesudah awal kematangan individu. Berat hati
maksimum Dasyatis imbricatussebesar
6,5% dari berat tubuh rata-rata (220 gr) ditemukan pada ikan-ikan yang betina
yang sedang tidak memijah, dan sebesar 3,2% pada ikan jantan dengan berat tubuh
rata-rata 190 gr.
Tahap awal dari proses pemijahan menyebabkan berat hati mencapai
maksimum, akan tetapi secara berangsur-angsur akan menurun selama perkembangan
periode kehamilan. Hati berfungsi sebagai tempat penyimpanan energi yang
dikonsumsi selama proses kehamilan sebagai makanan selama perkembangan embrio (Devadoss
1983).
CIRI-CIRI IKAN
PARI
Ciri-ciri Taksonomi
& morfologi ikan pari:
·Hidup di dasar laut
·Ikan ini dikenal sebagai ikan batoid (sekelompok ikan bertulang
rawan yang mempunyai ekor seperti cambuk)
·Memiliki celah insang yang terletak disisi ventral kepala
·Sirip dada ikan ini melebar menyerupai sayap, dengan sisi bagian
depan bergabung dengan kepala
·Bagian tubuh sangat pipih
·Bentuk ekor seperti cambuk pada beberapa spesies, dengan sebuah
atau lebih duri tajam di bagian ventral dan dorsal (Anonim, 1988).
Ada berbagai macam sisik
Sisik
adalah bagian tubuh luar dan merupakan ciri sangat penting baik untuk I ikan
tulang keras maupun ikan tulang rawan. Sisik, umumnya sebagai pelindung dan
penutup tubuh. Sisik placoid, hanya ada pada ikan bertulang rawan, terdapat
lapisan dentin. Bentuk sisik seperti bunga mawar dengan dasar yang bulat/bujur
sangkar, bagian yang menonjol seperti duri keluar dari epidermis. Contoh: Ikan
pari dan hiu. Sisik plakoid pada
ikan hiu dan ikan pari sangat berbeda dalam bentuk dan susunannya. Ikan pari,
giginya berubah secara berkala menjadi lebih besar, piringan dasar tergabung
menjadi satu sehingga mampu memecah cangkang moluska, gigi ini merupakan
derivate dari sisik.
Sisik
tipe ktenoid pada
dasarnya sama seperti sikloid mengenai struktur dan susunannya, tetapi berbeda
pada bagian belakangnya yaitu berbentuk seperti sisir. Beberapa spesies mungkin
mereduksi menjadi satu tonjolan atau spina (duri). Sisik ktenoid ditemukan
menjadi duri sirip dorsal pada ikan pari.
Alat Gerak (appendages) dan Lokomosi
Kelompok
ikan sejenis ikan pari, sirip pektoralnya sangat membesar dan menempel
sepanjang tubuh mulai dari belakang kepala sampai di depan sirip pelvik. Bahkan
pada ikan electric ray sirip
tersebut menyatu pada ujungnya sebagai alat untuk memancarkan cahaya. Ikan pari
umumnya memiliki dua sirip median dorsal yang letaknya jauh dari ekor, tetapi
tidak ada pada ikan
pari berduri (sting ray).
Sirip anal jelas tidak ada. Meski sirip ekor tidak ditemukan pada kebanyakan
ikan pari, tetapi berkembang baik pada ikan pari elektrik. Bagian dalam dari
sirip pelvik ikan hiu jantan dan ikan pari jantan berubah menjadi klasper sebagai alat untuk
memindahkan sperma kepada hewan betina.
Ikan pari
duri (ray-finned)
siripnya disokong oleh duri lembut yang mudah terlihat, selamanya tidak
tertutup oleh kulit keras seperti elasmobranchii.
Ikan pari
berenang dengan gerakan menggelombang sirip pectoral yang lebar. Warna punggung
dari ikan pari mirip dengan warna dasar sekitar dan beberpa jenis mempunayi
duri beracun atau organ elektrik yang juga merupakan alat pelindung diri.
Ikan berbisa dan beracun
Luka yang
disebabkan oleh ikan berbisa umumnya karena injeksi racun ke dalam tubuh korban
dengan menggunakan duri yang sangat pendek. Ikan beracun, dapat meneyebabkan
sakit atau kematian bila daging atau sebagian organ tubuhnya dimakan hewan
pemangsa. Beberapa ikan hiu dan pari, spina dorsal berhubungan dengan kelenjar
bisa yang sangat beracun. Kelenjar racun ikan pari (Dasyatis), yaitu pada duri
ekor yang bengkok & dalam (jaringan vasodentine).
Ikan bioluminesen
Bioluminesen
adalah pancaran sinar oleh organisme, sebagai hasil oksidasi dari berbagai
substrat dalam memproduksi enzim. Susunan substratnya lusiferin, dan enzim yang
sangat sensitive sebagai katalisator oksidasi, disebut lusiferase.
Bioluminesen
diproduksi oleh bakteri, jamur ataupun binatang invertebrate. Diantara hewan
bertulang, hanya ikan yang mampu memproduksi sinar. Organ luminesen ditemukan
pada ikan pari berlistrik dan beberapa ikan tulang keras khsusnya ikan yang
tinggal di laut dalam.
Adanya
organ yang memproduksi sinar ini dapat digunakan untuk menaksir kadalaman laut,
dimana ikan tersebut tinggal. Ini dimaksudkan juga bahwa ikan tersebut memproduksi
sinar untuk mendapatkan makanan, mengacaukan musuh, menerangi lingkungan
ataupun menarik perhatian lawan jenisnya. Semua ini masih dugaan, akan tetapi
pada prinsipnya berfungsi untuk mendapatkan “penghargaan” antar indivdu dalam
satu jenis.
Ikan memproduksi
bioluminesen dengan 2 cara, yaitu oleh pori-pori yang bercahaya ataupun organ
bersimbiose dengan bakteri pengahasil sinar. Intensitas bioluminesen mungkin
bertambah atau berkurang. Cara lain dalam memproduksi sinar bergantung pada
ekspansi dan kontraksi kromatofora pada permukaan kulit.
Organ Listrik
Mengapa
ikan listrik tidak menyengat dirinya sendiri, hal tersebut sulit untuk dipahami
meskipun ada dua penjelasan, yaitu bahwa system saraf ikan selalu diseliputi
oleh lemak dan arus listrik mengalir selalu tegak lurus.
MANFAAT IKAN
PARI
Manfaat ikan pari adalah:
·untuk diambil dagingnya, sbgai bahan makanan
·untuk diambil kulitnya
·untuk diambil tulangnya, sebagai sumber penghasil gelatin
Meskipun
ikan pari tertangkap dalam jumlah yang cukup besar, namun pemanfaatannya masih
sangat terbatas sedangkan bagian lainnya terbuang sebagai limbah (Anonim, 1989;
Saleh et al., 1995).
TINGKAH
LAKU IKAN PARI
a.
Interaksi dengan hewan Lain
Ikan-ikan
kecil diketahui sering berada di dekat manta. Salah satu spesies ikan laut yang
paling sering diketahui suka berada di dekat manta adalah ikan remora (Echeneida sp.). Ikan ini biasa
ditemukan menempel pada bagian bawah tubuh manta memakai semacam penghisap pada
bagian atas tubuhnya. Remora mendapat keuntungan dengan menempel pada manta
karena ia terlindung dari pemangsanya dan ia memperoleh “makanan gratis” berupa
parasit yang menempel pada kulit manta.
b. Pemangsa
Hewan
laut yang diketahui sebagai pemangsa utama pari manta adalah ikan-ikan hiu semisal hiu
macan (Galeocerdo cuvier). Manta tidak
memiliki alat pertahanan semisal gigi tajam atau sengat sehingga ia
mengandalkan kemampuan berenangnya untuk melarikan diri dari musuhnya (termasuk
mungkin dengan melompat keluar dari air). Manta juga diketahui bisa memakai
sirip dadanya untuk memukul penyerangnya.
PERAN IKAN PARI DI
PERAIRAN
Ikan pari (famili
Dasyatidae) mempunyai variasi habitat yang sangat luas dengan pola sebaran yang
unik (Cartamil et al., 2003). Daerah sebaran ikan pari adalah perairan pantai dan
kadang masuk ke daerah pasang surut dan biasanya ditemukan:
·Di perairan laut tropis (Tam et al., 2003)
·Di perairan tropis Asia Tenggara (Thailand,Indonesia,Papua Nugini)
·Amerika Selatan (Sungai Amazon)
Tetapi
terdapat sejumlah spesies ikan pari bermigrasi dari perairan laut ke perairan
tawar (Yuen et al., 2003).
Di
perairan laut, ikan pari mempunyai peran ekologis yang sangat penting, terutama
sebagai predator bentos (Gray et al., 1997). Namun beberapa aspek biologi
(misalnya: reproduksi, diet dan fisiologi) ikan pari belum dikaji secara
menyeluruh (Snelson et al., 1988; Gilliam and Sullivan, 1993; Sisneros and
Tricas, 2000).
Di
perairan Indonesia, ikan pari tertangkap hampir sepanjang tahun (Anonim, 1979).
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian (1995),
bahwa produksi tangkapan ikan pari pada tahun 1993 sebesar lebih kurang 35.686
ton (Statistika Perikanan Indonesia, 1995).
Ikan pari memegang peranan penting dari hasil perikanan laut di
perairan Laut Jawa. Penelitian mengenai studi perbandingan komposisi jenis ikan
pari berdasarkan lima lokasi pendaratan utama di perairan Laut Jawa telah
dilaksanakan mulai bulan April 2001 sampai Desember 2004. Hasil penelitian pada
lima lokasi penelitian menunjukan ikan pari terdiri dari 4 Ordo, 9 Famili, 16
Genus, dan 42 jenis ikan. Famili yang paling banyak diperoleh dari Dayastidae
yang mencapai 80% dari seluruh hasil tangkapan pari. Komposisi jenis ikan pari
di Laut Jawa didominasi oleh Himantura gerrardi sebesar 25,45%, kemudian
disusul secara berurutan oleh Dasyatis kuhlii sebesar 23,05%, Dasyatis zugei
sebesar 8,30%, Himantura bleekeri sebesar 7,11%, Aetoplatea zonura sebesar
6,38%, dan Himantura jenkinsii sebesar 5,22%. Analisis perbandingan komposisi
jenis dilakukan dengan menggunakan metode multidimensi (bagian dari analisa 8
multivariat). Hasil analisis multidimensi menunjukan bahwa masing-masing lokasi
memiliki perbedaan dalam komposisi hasil tangkapan pari (Anonim (a), 2008).
PENULIS
Dewi
Rizky Pertiwi
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Allen,
G.2000.Marine Fishes of South And East Asia.A Field Guide For Anglers And Diversi.Western
Australia
Berra TM.
2001. Freshwater Fish Distribution. California: Academis Press. 606 hal.
Bjørn, R
Nilsen.2011. Artificial Reefs in Fisheries Management. Edited by Bortone SA,FP
Brandini, G Fabi, S Otake. Florida: CRC Press Taylor & Francis Group.
Bond CE.
1979. Biology of Fishes. Philadephia: W.B. Saunders Company. 514 hal.
Devadoss
P. 1983.Further Observations on the Biology of the Stingray, Dasyatis imbricatus (Schneider)
at PortoNovo.Matsya 9-10; 129-134.
Garcia
JL, AF Navia, PAM Falla, EA Rubio. 2012. Feeding Habits and Trophic Ecology of Dasyatis longa (Elasmobranchii:
Myliobatiformes): sexual, temporal and ontogenetic effects. Journal of Fish
Biology (2012) 80, 1563–1579.
Henningsen
AD, RT Leaf. 2010. Observations on the Captive Biology of the Southern
Stingray. Transactions
of the American Fisheries Society 139:783–791.
http://kerangbambu2011.blogspot.co.id/2012/12/ekobiologi-ikan-pari-dasyatis-sp.html (diakses
pada tanggal 17 Oktober 2015)
http://mudah2anbermanfaat.blogspot.co.id/2012/04/ciri-ciri-ikan-pariumum-khusus.html (diakses
pada tanggal 17 oktober 2015)
http://nangroe-geutanyoe.blogspot.co.id/2012/01/daerah-penangkapan-ikan-pari-manta-di.html (diakses
pada tanggal 17 Oktober 2015)
http://ratnamentariblogspotcom.blogspot.co.id/2010/02/2.html
Jerez PB,
DF Jover, I Uglem, PA Lopez, T Dempster, JTB Sempere, CV Pérez, D Izquierdo, PA
Last, P.
R. And J. D. Stevens.2009.Sharks and Rays of Australia Second
Edition.CSIRO.Victoria Australia
Schwartz
FJ. 2007. A Survey of Tail Spine Characteristics of Stingrays Frequenting
African, Arabian to Chagos-Maldive Archipelago Waters. Smithiana
Bulletin 8: 41-52.
test
ReplyDeleteArtikel yang sangat menarik, untuk artikel menarik lainnya saya merekomendasikan
ReplyDeletehttp://news.unair.ac.id/tag/ikan-wader-pari/
Alhamdulillah
Delete