KLASIFIKASI IKAN
TERBANG
Kingdom
|
: Animalia
|
Phylum
|
: Chordata
|
Class
|
: Actinopterygii
|
Ordo
|
: Beloniformes
|
Family
|
: Exocoetidae
|
Genus
|
: Cypselurus
|
Species
|
:Hirundichthys
oxycephalus
|
MORFOLOGI IKAN
TERBANG
Ikan terbang memiliki warna kulit biru dengan
perut berwarna putih, sirip dada sangat panjang dan lebar, dan sirip ekor
membentuk huruf V. Mata ikan terbang relatif besar dibanding spesies ikan
lainnya. Ikan terbang memiliki panjang tubuh rata-rata 17 cm, namun sebagian
spesies (California Flying Fish) mampu tumbuh hingga 40 cm.
HABITAT IKAN
TERBANG
Ikan terbang menyukai perairan hangat di laut
lepas, seperti Samudera Hindia, Pasifik dan Atlantik. Di Indonesia, sebagian
besar populasi ikan terbang hidup di perairan Sulawesi, Papua, hingga Flores.
Ikan terbang adalah hewan sosial dan senang hidup berkelompok.
REPRODUKSI IKAN TERBANG
PERAN IKAN TERBANG DI PERAIRAN
REPRODUKSI IKAN TERBANG
Berdasarkan
analisa hubungan panjang dan berat, diperoleh pola pertumbuhan ikan terbang (H.
oxycephalus)jantan dan betina adalah allometriknegatif. Berdasarkan pengamatan
tingkat kematangan gonad diperolehhasil bahwa kematangan gonad ikan terbang
terjadi secara serentak pada selang panjang total 172-182 mm. Tidak
ditemukannya gonad dalam fase salin (TKG V) ditambah dengan perkembangan nilai
IKG yang positif pada setiap bulannya, menimbulkan degaan bahwa ikan terbang
(H. oxycephalus) sedang berada dalam masa memasuki pemijahan. Jumlah telur ikan
terbang (H. oxycephalus) yang ditemukan berkisar antara 3224-9309 butir telur.
distribusi diameter telur memperlihatkan lebih dari satu modus yang
menggambarkan bahwa ikan terbang (H. oxycephalus) memiliki pemijahan yang
bersifat parsial (pemijahan dilakukan lebih dari satu kali selama satu musim
pemijahan).
Meskipun musim berbiaknya sepanjang tahun, ikan terbang tidak dapat menghasilkan telur setiap saat. Masa puncak produksi telur ikan terbang adalah antara Juni-Agustus, dimana sering terjadi upwelling, arus vertikal yang membawa plankton naik. Dengan jumlah plankton berlimpah, ikan terbang memiliki persediaan makanan yang cukup untuk mereka dan keturunannya. Pada musim ini pula, banyak nelayan yang berburu telur ikan terbang dengan alat berbentuk tabung berbahan rotan dan jerami yang menjadi media ikan betina meletakkan telur. Telur ini selanjutnya dibersihkan hingga kadar seratnya kurang dari 20% sebelum bisa diperjualbelikan. Dengan perburuan ikan terbang dewasa dan juga telur secara berlebihan menyebabkan populasi ikan terbang terus menyusut dengan cepat, karena sistem regenerasi mereka terganggu.
Meskipun musim berbiaknya sepanjang tahun, ikan terbang tidak dapat menghasilkan telur setiap saat. Masa puncak produksi telur ikan terbang adalah antara Juni-Agustus, dimana sering terjadi upwelling, arus vertikal yang membawa plankton naik. Dengan jumlah plankton berlimpah, ikan terbang memiliki persediaan makanan yang cukup untuk mereka dan keturunannya. Pada musim ini pula, banyak nelayan yang berburu telur ikan terbang dengan alat berbentuk tabung berbahan rotan dan jerami yang menjadi media ikan betina meletakkan telur. Telur ini selanjutnya dibersihkan hingga kadar seratnya kurang dari 20% sebelum bisa diperjualbelikan. Dengan perburuan ikan terbang dewasa dan juga telur secara berlebihan menyebabkan populasi ikan terbang terus menyusut dengan cepat, karena sistem regenerasi mereka terganggu.
Telur
ikan terbang mempunyai benang-benang ikatan (serat) antar telur yang berfungsi
untuk melekat pada substrat yang dijadikan sarangnya. Benda yang sering
dijadikan ikan terbang untuk meletakkan telur-telur mereka adalah pelepah/daun
kelapa yang mengapung atau pada rumput laut Sargasso (Sargassum fluitans).
Setelah
bertelur dan dibuahi, ikan terbang akan meninggalkan telur mereka dan telur
akan menetas 24-36 jam setelah kawin (biasanya pada malam hari). Anak-anak ikan
terbang berjuang hidup mandiri tanpa pengawasan orang tua mereka dengan memakan
plankton dan menjauhi predator hingga mereka dewasa. Ikan terbang dapat hidup
hingga 5 tahun.
CIRI-CIRI IKAN
TERBANG
Ikan
terbang merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang banyak ditemukan
diperairan tropis maupun sub tropis dengan kondisi perairan tidak keruh dan
berlumpur. Ikan terbang merupakan ikan yang memiliki banyak jenis, menurut
klasifikasinya ikan terbang termasuk dalam Klas Actinopterygii, Subklas
Neopterygii, Super ordo
Acanthopterygii,
Ordo Beloniformes, Sub Ordo Belonoidei, Famili Exocoetidae dan memiliki 9
genus. Ikan terbang dari genus Cheilopogon terdiri 33 spesies diantaranya
Cheilopogon ebei, C. agoo, genus Cypselurus terdiri dari 12 spesies diantaranya
Cypselurus angusticeps, C. callopterus; genus Danichthys terdiri dari 1 spesies
yaitu Danichthys i1ma. genus Exocoetus terdiri dari 5 spesies diantaranya
Exocoetus gibbosus dan E. monocirrhus-, genus Fodiator terdiri dari 2 spesies
yaitu Fodiator acutus dan E rostratus; genus Hirundichthys terdiri dari 8
spesies diantaranya Hirundichthys oxycephalus dan H. rondeletii;
genus
Oxyporhamphus terdiri dari 4 spesies diantaranya Oxyporhamphus convexus dan 0.
micropterus ; genus Parexocoetus terdiri dari 3 spesies diantaranya
Parexocoetus brachypterus; dan genus Prognichthys terdiri dari 2 spesies
diantaranya Prognichthys brevipinnis dan P gibbifrons.
Ikan
terbang memiliki ciriciri yaitu panjang rata-rata 18 cm, tubuhnya bulat
memanjang, bagian atas tubuh berwarna gelap, bagian bawah tubuh mengkilap, sirip
dorsal dan anal transparan, sirip ekor abu-abu, sirip ventral keabu-abuan di
bagian atas dan terang di bagian bawah, sirip pectoral abu-abu tua dengan
belang-belang pendek.
Duri-
duri lemah pada sirip dorsal berjumlah 10-12, pada sirip anal 1-12, pada sirip
pectoral 14-15 dengan sirip pertama tidak bercabang, sirip ventral tidak
mencapai sirip dorsal dengan pangkal sirip ventral lebih dekat ke ujung
posterior kepala daripada ke pangkal ekor, garis lateral terletak pada bagian
bawah tubuh. sisik sikloid berukuran relatif besar dan mudah lepas dengan sisik
pradorsal 32-37 dan jumlah sisik pada poros tubuh 51-56.
MANFAAT IKAN
TERBANG
Telur
ikan terbang lebih dikenal dengan nama tobiko (bahasa Jepang). Tobiko populer
digunakan oleh chef di Jepang dan Amerika dalam tiap hidangannya, terutama
sushi. Tobiko lebih besar dari masago (telur ikan capelin), tetapi lebih kecil
dari ikura (telur ikan salmon). Untuk menambah nilai estetika dan rasa, tobiko
sering dicampur dengan bahan campuran tertentu. Tobiko hijau memiliki rasa
pedas hasil percampuran dengan wasabi, tobiko hitam didapat dari percampuran
dengan tinta cumi-cumi, tobiko merah didapat dari campuran cabai merah dan
tobiko kuning didapat dari campuran yuzu (sejenis jeruk mandarin) dan jahe.
Telur ikan terbang memiliki tekstur yang crunchy, segar dan tinggi kandungan
protein, vitamin, kolesterol, omega-3, dan omega-6 yang baik untuk tubuh.
Di
beberapa negara, telur ikan terbang dipercaya memiliki efek seperti obat dan
dapat memperlancar peredaran darah sehingga telur ikan terbang memiliki nilai
ekonomis yang tinggi. Namun dibanding caviar jenis lain, tobiko relatif tidak
terlalu mahal (sekitar Rp 60.000/100 gram).
TINGKAH
LAKU IKAN TERBANG
Kemampuan
mereka melayang di atas permukaan laut adalah salah satu bentuk evolusi untuk
menghindar dari predator. Memanfaatkan bentuk tubuhnya yang seperti torpedo,
ikan terbang mampu berakselerasi dalam air dan mencapai kecepatan hingga
56km/jam sebelum meluncur ke permukaan.Setelah berada di udara, ikan terbang
akan mengembangkan sirip dadanya yang lebar agar tetap melayang dalam waktu
yang cukup lama. Perilaku melayang ikan terbang tidak sama seperti burung yang
mengepakkan sayap mereka, tetapi lebih mirip dengan tupai terbang. Ikan terbang dapat
menembus kecepatan melayang hingga 30km/jam. Saat di udara, ikan terbang
menahan nafas, sama halnya saat kita berenang di air.Saat tubuh mereka mulai
turun mendekati permukaan air, ikan terbang akan menggerakkan ekornya untuk
kembali ke posisi yang lebih tinggi sehingga dapat tetap melayang. Ekor mereka
juga dapat digunakan untuk mengubah haluan/arah. Dengan teknik ini, ikan
terbang dapat bertahan di atas permukaan air hingga 43 detik dan dapat menempuh
jarak hingga 400m.
PERAN IKAN TERBANG DI PERAIRAN
Ikan
terbang tergolong ikan pelagis kecil, hidup di permukaan laut, termasuk
perenang cepat, dapat tertarik oleh cahaya pada malam hari, dan mampu meluncur
keluar dari permukaan air dan melayang di udara. Kecepatan renang ikan terbang
35-40 mil per jam dan dapat mencapai 100 m dalam waktu kurang lebih 10 detik.
Penelitian mekanisme terbang ikan ini telah diteliti dengan bantuan alat
fotografi (Stroboscopic filming) untuk pengembangan ilmu pengetahuan
aerodinamika. Tingkah laku ikan terbang diuraikan oleh, bahwa sirip dan
gelembung gas mempunyai peranan keseimbangan di udara. Sirip dada (pectoral
fin) yang lebar berfungsi sebagai alat keseimbangan terutama pengaruh
grativasi. Sirip ekor sebagai alat pendorong ketika akan mulai terbang (taxing
flight). Sirip dada dikendalikan oleh otot-otot aerobik masing-masing, otot
lateral membuka sayap dan otot medial melipat sayap. Dalam proses terbang,
pertama-tama ikan berenang mendekati permukaan air dengan sayap terlipat,
kemudian keluar dari permukaan laut dengan dengan sudut 30o dari permukaan air,
sayap dibuka lalu melakukan taxing flight sekitar 5 -25m. Pada saat taxing
flight, sirip ekor berputar setengah lingkaran sebanyak 50-70 kali/detik untuk
menimbulkan dorongan, kemudian ikan lepas dari permukaan air dan terbang dengan
kecepatan sekitar 72 km/jam. Setelah mencapai jarak 50m dengan ketinggian
sekitar 8 m ikan mulai turun dan ekornya masuk terlebih dahulu ke dalam air.
Kemudian ekor kembali mendorong untuk melakukan terbang ulang. Dalam waktu 30
detik akan menempuh jarak sekitar 400 m setelah melalui beberapa kali terbang.
Tingkah laku ini bertujuan untuk menghindar dari predator dan gangguan kapal,
serta untuk menghemat energi dalam pencarian makanan. Berdasarkan kemampuan
terbang ini, maka ikan terbang dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok
monoplanes dan biplanes. Kelompok monoplanes seperti genus Exocoetus, terbang
ke udara tanpa meluncur di permukaan air terlebih dahulu dan dapat menempuh
jarak kurang lebih 20 m. Ikan terbang monoplanes ini memiliki kemampuan terbang
yang relatif lebih rendah dibandingkan kelompok ikan terbang bersayap empat
(biplanes). Kelompok biplanes memiliki cara terbang lebih sempurna sebagaimana
ditemukan pada spesies dari genus Cypselurus (Hutomo et al., 1985).
PENULIS
Arif
Pandu
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Ali, S. A. (1981). Kebiasaan Makan, Pemijahan, Hubungan Berat Panjang dan
Faktor Kondisi Ikan Terbang Cypselurus oxycephalus (Bleeker) di Laut Flores,
Sulawesi Selatan, Makassar. Tesis Pascasarjana UNHAS : 49 hlm.
Ali, S.A., M.N. Nessa, M.I. Djawad,. S.B.A. Omar. 2004a.
Analisis fluktuasi hasil tangkapan dan hasil maksimum lestari ikan terbang
(Exocoeitidae) di Sulawesi Selatan. Torani. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan.
2 (14): 104-112.
Ali,
S.A., M.N. Nessa, M.I. Djawad,. S.B.A. Omar. 2004b. Musim dan
Bengen, D.G. 2000. Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis
Data Biofisik Sumberdaya Pesisir. PKSPL. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
Bogor.
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders
Company. Philadelphia, London. p. 479.
https://nanankurnia.wordpress.com/2008/04/26/ikan-terbang/
Diakses pada 24 Oktober 2015 pada jam 20.00 WIB
kelimpahan
ikanterbang(Exocoetidae)disekitarKabupatenTakalar
Nessa, M. N., H. Sugondo, J. Andarias dan A. Rotentondok. (1977). Studi
Pendahuluan Terhadap Perikanan Ikan Terbang di Selat Makassar . Lontara :
Lembaga Pangabelat Makassar, 13 : 643-669.
S. Nurhakim. (1983). Pengkajian Potensi dan Tingkat Pengusahaan Perikanan
Torani di Perairan Sulawesi Selatan. Laporan Penelitian Perikanan Laut, 25 : 1
– 12.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSama", terimakasih sudah berkunjung 🙏
ReplyDelete