Di Indonesia ikan-ikan spesies Betta
sp. dari genus Betta ini sering disebut dengan
nama ikan cupang. Sebaran ikan cupang adalah
negara-negara di Asia Tenggara termasuk di Indonesia. Ikan cupang memiliki
tampilan yang yang unik, bisa dibaca dengan menarik, cantik, menggemaskan.
Sehingga banyak diminati oleh masyarakat untuk dipelihara. Tak heran ikan cupang kemudian
marak diperdagangkan sebagai ikan hias hingga hari ini. Peminatnya tidak hanya
masyarakat Indonesia tetapi juga kalangan pecinta ikan hias luar negeri. Di
satu sisi perdagangan ikan hias memang memutar perekonomian masyarakat dan juga
meningkatkan kesadaran masyarakat luas tentang potensi ikan-ikan yang ada di
negeri ini. Di satu sisi sayangnya, tidak semuanya, ada yang mengabaikan
kondisi populasinya di sebuah habitat karena memicu perburuan yang tidak
dibarengi dengan konsern bag limit yang berkelanjutan. Dalam
jaringan Wild Water Indonesia saat ini telah banyak pehobi, pebisnis, dan
pecinta ikan hias yang telah bergabung. Konsern pelestarian spesies-spesies
ikan langka di Indonesia menjadi semakin kuat karena mereka memahami banyak hal
terkait ikan-ikan tersebut. Yang mana kehadiran mereka semakin mempertebal main
concern yang dikibarkan oleh jaringan ini berupa larangan illegal dan
destruktif fishing. Terimakasih kawan!
Kita kembali lagi ke Snakehead
betta dari Kalimantan Tengah yang sering disebut dengan nama
ikan klatau/kelatau tersebut. Ikan ini merupakan salah
satu dari sekitar 73 ikan Betta Sp. yang ada di alam. Dan merupakan salah satu
spesies Betta sp. dari sekitar 50 jenis Betta sp. asli
Indonesia. Beberapa sahabat pehobi ikan hias yang saya hubungi mengatakan bahwa
sebenarnya Betta sp. asli Indonesia itu banyak sekali dan banyak yang belum
teridentifikasi. Karena kebanyakan yang menjadi perhatian pehobi ikan hias dan
peneliti ikan adalah ikan Betta sp. yang memiliki tingkat keindahan bentuk dan
warna tertentu serta nilai ekonomi tinggi saja. Habitat ikan kelatau adalah
parit-parit kecil dan rawa-rawa yang tidak terlalu luas di dataran rendah (low
land dan wet land). Semua ikan jenis Betta sp. hidup
teritorial dan tergolong ikan yang agresif dalam mempertahankan wilayahnya.
Karakter defensif ini juga menjadi daya tarik di kalangan pecinta ikan hias
sehingga terkadang dijadikan sebagai ikan cupang aduan (terutama jenis ikan
cupang yang tergolong tidak indah/cantik).
Tanggal 11
Desember 2017 beberapa sahabat Wild Water Indonesia di beberapa daerah memberi
keterangan tambahan terkait spesies Snakehead betta ini
melalui akun media sosial penulis. Saya akan rangkum dalam paragraf ini
secukupnya. Bang Fajar Saputra di Kapuas Hulu (Kalimantan Barat) mengatakan bahwa
di daerahnya populasi ikan Snakehead betta menurutnya masih
cukup sehat karena masyarakat menerapkan aturan ketat dalam pemanfaatan
perairan. Destruktif dan illegal fishing hampir tidak ada dilakukan orang
karena ada aturan adat yang sangat ketat. Aturan adat ini juga mengandung
sangksi yang sangat berat bagi siapapun yang merusak perairan umum. Sahabat
lainnya yang tinggal di Desa Lubuk Gaung, Kecamatan Siak, Kabupaten Bengkalis
mengatakan bahwa populasi ikan Snakehead betta yang disebut juga dengan nama
ikan tempalo juga masih cukup sehat. Terbukti ketika dirinya
memancing dengan teknik tradisional dengan umpan Snakehead betta, umpan
‘cantik’ ini masih tergolong mudah dia dapatkan (baca: tidak tergolong
langka).
Keterangan yang berbeda disampaikan oleh
seorang relawan WWI Region Riau, Bang Rama Prawira yang mengatakan bahwa untuk
daerah low land di sekitar Pekanbaru saat ini populasinya
sudah sangat langka. Berbeda sekali dengan kondisi tahun 1990-an. Di Pekanbaru
spesies Snakehead betta sering disebut dengan nama ikan tempalo,
kepe, dan kalikepe. Penyebab utama menurunnya
populasi ikan ini adalah aktifitas llegal fishing yaitu setrum
dan racun ikan. Memang ikan ini juga tergolong ikan yang dahulu juga menjadi
target penangkapan untuk konsumsi karena rasa dagingnya cukup enak. Akan tetapi
pemanfaatan masyarakat tersebut tidak merusak populasi ikan ini karena pada
jaman dahulu pemanfaatan perairan yang dilakukan oleh masyarakat adalah dengan
cara ramah lingkungan. Menurut Bang Rama Prawira, saat ini di daerah di sekitar
Pekanbaru yang masih memiliki spesies Snakehead betta antara
lain daerah perbatasan dengan Kampar dan Pelalawan. Demikian!
Di habitat alaminya ikan kelatau merupakan
mangsa (prey) bagi ikan-ikan jenis predator semisal ikan tomman atau
Channa micropeltes (Giant snakehead), ikan Bagarius yarelli, ikan belida, dan
ikan tapah. Sehingga terkadang para pemancing teknik tradisional menggunakannya
untuk dijadikan umpan memancing. Apalagi ikan jenis Betta sp. memang terkenal
lincah/atraktif sehingga sangat cocok untuk ‘menggoda’ ikan-ikan predator
berukuran besar. Namun karena ikan kelatau juga relatif sulit
ditangkap oleh para pemancing, penggunaan ikan kelatau sebagai bait
fish (umpan alami) tidak sering dilakukan. Yang artinya dampak negatif
tekanan terhadap populasi ikan ini di habitat alaminya sangat rendah.
Merosotnya populasi ikan kelatau di berbagai habitat di negeri
ini justru dari maraknya aktifitas illegal dan destruktif fishing (setrum dan
racun ikan) dan juga banyaknya limbah di perairan umum. Terutama kegiatan
setrum ikan yang paling parah menekan populasi ikan ini di habitat alami.
Padahal ikan kelatau sebenarnya bukanlah target utama para pelaku setrum ikan
karena ukurannya yang kecil dan jumlahnya yang juga tidak melimpah seperti
jenis ikan lainnya. Pada kondisi ini kita menjadi menyadari bahwa kegiatan
destruktif dan illegal fishing memiliki efek negatif yang begitu luas terhadap
spesies ikan lain. Semoga catatan sederhana ini dapat memberi gambaran kenapa
kampanye stop setrum, racun dan bahkan bom ikan sangat urgent untuk terus
dilakukan di negeri ini. Salam lestari!
PENULIS
Michael Risdianto
EDITOR
Gery Purnomo Aji Sutrisno
EDITOR
Gery Purnomo Aji Sutrisno
DAFTAR PUSTAKA
http://michaelrisdianto.blogspot.com/2017/12/seri-ikan-langka-indonesia-cupang.html?m=1
Post a Comment for "Ikan Klatau Atau Kelatau Ternyata Langka"