1. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Metana
(CH4) adalah gas yang dapat terbentuk dari metabolisme jasad renik dalam
kondisi ter-genang (anaerob) di dasar rawa, sawah, lambung manusia atau hewan,
dan dalam tumpukan sampah di TPA. Gas
metana juga dihasilkan dari pembakaran biomassa/ bahan organik dan terdapat
dalam tambang batu bara. Produksi metana dipengaruhi oleh suhu, sehingga dalam
isu pemanasan global, peningkatan suhu akan memperbesar produksi metana. Sumber
metana umumnya adalah antropogenik, yaitu hasil kegiatan manusia di bidang pertanian,
peternakan, dan pembakaran bio-massa, berturut-turut memberikan sum-bangan 21%,
15%, dan 8% emisi dunia. Emisi metana dari lahan pertanian umum-nya berasal
dari sawah (Sutrisno et al ., 2009).
Menurut
Slamet (2001), CH4 adalah salah satu gas yang termasuk ke dalam golongan gas
rumah kaca bersama dengan CO2 dan H2O. Gas rumah kaca akan menycrap dan
meneruskan panas radiasi dari matahari serta akan memantulkan balik radiasi
gelombang panjang yang dilepaskan permukaan bumi sehingga bumi mendapatkan pemanasan
dua kali. Pada konsentrasi CH4 yang lebih kecil dari konsentrasi CO2,
efektifitas CH4 dalam menangkap panas kira-kira 25 kali lebih besar daripada
CO2. (Lilik, 2001). Sedangkan Gas metan adalah salah satu faktor yang memicu
berlubangnya ozon yang berdampak terhadap pemanasan global (global warming).
Dampak yang ditimbulkan akibat adanya pemanasan global di bidang perikanan
yaitu peningkatan suhu air laut mengakibatkan terjadinya pemutihan, kematian
terumbu karang dan dengan meningkatnya suhu air laut dapat meningkatkan
mortalitas ikan, karena ikan tidak dapat hidup dengan suhu yang drastis
(terlalu panas atau terlalu dingin). Suhu yang optimum untuk pertumbuhan ikan
adalah sekitar 28-32 derajat celcius. Dengan matinya terumbu karang juga dapat
mengganggu kehidupan ikan, karena apabila terumbu karang banyak yang mati,
ikan-ikan kecil kehilangan tempat untuk berlindung dari mangsanya.
RUMUSAN MASALAH
Apa
yang dimaksud gas metan?
|
Darimanakah
asal gas metan?
|
Bagaimanakah
cara mengetahui keberadaan gas metan?
|
Bagaimana
pengaruh kegiatan budidaya teradap keberadaan gas methan ?
|
Bagimana
Pengaruh Gas Methan terhadap Kegiatan Budidaya?
|
Bagaimana
cara mengurangi kandungan gas metan?
|
TUJUAN PENULISAN
Agar
mengetahui apa itu gas metana (CH4)
|
Agar
mengetahui asal mulanya terbentuk gas metana
|
Agar
mengetahui cara mengetahui keberadaan gas metan
|
Agar
mengetahui pengaruh kegiatan budidaya terhadap keberadaan gas methan
|
Agar
mengetahui pengaruh gas methan terhadap kegiatan budidaya
|
Agar
mengetahui cara mengurangi kandungan gas metan
|
2. PEMBAHASAN
PENGERTIAN GAS METHAN
(CH4)
Gas
metana merupakan tipikal gas rumah kaca (GRK) yang diemisi oleh sub-sektor
peternakan, terutama dari ternak ruminansia, yakni sebagai hasil kerja bakteri
metanogenik dalam sistem pencernaan rumen. Dalam sistem pencernaan rumen,
senyawa-senyawa organik bahan pakan difermentasi oleh mikroba rumen
menghasilkan asam-asam lemak mudah terbang (volatile fatty acids, VFA), karbon
dioksida (CO2), hidrogen (H2) dan ammonia (NH 3). Melalui proses metanogenesis
oleh adanya bakteri metanogenik, CO2 direduksi dengan H2 membentuk CH 4, dan
gas metana yang terbentuk ini keluar melalui eruktasi (sekitar 83%), pernapasan
(sekitar 16%) dan anus (sekitar 1%) (MURRAY et al., 1976 dalam Thalib, 2010),
konsentrasi GRK saat ini mengalami peningkatan secara tajam, yakni masing-masing
mengalami kenaikan konsentrasi untuk CO2 sebesar 34%, CH4 sebesar 152% dan N 2O
sebesar 18% dan terlihat bahwa CH4 mengalami peningkatan konsentrasi yang
tertinggi. Diprediksi bahwa pemanasan global menyebabkan temperatur rata-rata
dunia akan naik antara 1,8 – 4,0°C pada tahun 2100. Dalam jumlah mol yang sama,
gas metana mempunyai efek rumah kaca yang lebih besar dibandingkan dengan gas
CO2 karena daya menangkap panas CH4: 25 x CO2. (Thalib, 2010).
Metana
(CH4) adalah gas yang dapat terbentuk dari metabolisme jasad renik dalam
kondisi ter-genang (anaerob) di dasar rawa, sawah, lambung manusia atau hewan,
dan dalam tumpukan sampah di TPA. Gas
metana juga dihasilkan dari pembakaran biomassa/ bahan organik dan terdapat
dalam tambang batu bara. Produksi metana dipengaruhi oleh suhu, sehingga dalam
isu pemanasan global, peningkatan suhu akan memperbesar produksi metana. Sumber
metana umumnya adalah antropogenik, yaitu hasil kegiatan manusia di bidang
pertanian, peternakan, dan pembakaran bio-massa, berturut-turut memberikan
sum-bangan 21%, 15%, dan 8% emisi dunia. Emisi metana dari lahan pertanian
umum-nya berasal dari sawah (Sutrisno et al ., 2009).
Menurut
Prasetiono dan Triwikantoro (2012), Metana adalah salah satu komponen gas
terbesar dari produksi biogas yang dapat dimanfaatkan sebagai sum-ber energi.
Peningkatan produksi biogas dilakukan salah satunya dengan memberikan bahan
tambahan berupa tetes tebu dan limbah cair tahu pada kotoran sapi. Kotoran sapi
dan bahan tambahan dicampur air dengan per-bandingan massa 1 : 2, sedangkan
perbandingan kotoran sapi dengan bahan tambahan dibuat secara bervariasi yaitu
(90:10):2, (80:20):2 dan (70:30):2. Kandungan gas metana yang berada di tandon
gas dideteksi pada hari ke-7 dan hari ke-20. Analisis produksi biogas
menunjukkan bahwa awalnya penambahan tetes tebu dan lim-bah cair tahu menaikkan
CH4, tetapi semakin besar jumlah tetes tebu yang ditambahkan semakin turun
jumlah CH4 yang dihasilkan, sedangkan penambahan limbah cair tahu berpengaruh
sebaliknya yaitu semakin besar tambahan limbah tahu, maka semakin besar
produksi CH4.
Metana
(CH4) adalah gas yang dapat terbentuk dari metabolisme jasad renik dalam
kondisi ter-genang (anaerob) di dasar rawa, sawah, lambung manusia atau hewan,
dan dalam tumpukan sampah di TPA. Gas
metana juga dihasilkan dari pembakaran biomassa/ bahan organik dan terdapat
dalam tambang batu bara. Produksi metana dipengaruhi oleh suhu, sehingga dalam
isu pemanasan global, peningkatan suhu akan memperbesar produksi metana. Sumber
metana umumnya adalah antropogenik, yaitu hasil kegiatan manusia di bidang
pertanian, peternakan, dan pembakaran bio-massa, berturut-turut memberikan
sum-bangan 21%, 15%, dan 8% emisi dunia. Emisi metana dari lahan pertanian
umum-nya berasal dari sawah (Sutrisno et al ., 2009).
SUMBER GAS METHAN
Menurut
Fatoni (2012), Ulva lactuva dan Laminaria adalah jenis rumput laut yang
terbukti menghasilkan biogas dalam skala yang besar di negara Jepang. Gas
metana yang dihasilkan adalah sebanyak 17 m3/ton yang dapat digunakan untuk
pembangkit listrik (Matsui et al, 2006 dalam Susanto, A. B & Yudhistira, R.
A, 2009). Di Indonesia pembuatan biogas dari rumput laut telah dilakukan oleh
Saputra (2010), dengan menggunakan rumput laut jenis Sargassum duplicatum dan
caulerpa raemosa. Kedua jenis rumput laut ini dapat menghasilkan gas metana
yang bermanfaat sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak.
Metana
(CH4) terbentuk dari meta-bolisme jasad renik dalam kondisi ter-genang
(anaerob) di dasar rawa, sawah, lambung manusia atau hewan, dan dalam tumpukan
sampah di TPA. Gas metana juga dihasilkan dari pembakaran biomassa/ bahan
organik dan terdapat dalam tam-bang batu bara. Produksi metana dipe-ngaruhi
oleh suhu, sehingga dalam isu pe-manasan global, peningkatan suhu akan
memperbesar produksi metana. Sumber metana umumnya adalah antropogenik, yaitu
hasil kegiatan manusia di bidang per-tanian, peternakan, dan pembakaran
bio-massa, berturut-turut memberikan sum-bangan 21%, 15%, dan 8% emisi dunia.
Emisi metana dari lahan pertanian umum-nya berasal dari sawah. (Sutrisno et al
., 2009).
Menurut
Slamet (2001), Salah satu sumber CH4 adalah petemakan hewan besar dalam hal ini
adalah kotorannya. Secara rata-rata kotoran yang dihasilkan seekor sapi dapat
melepaskan gas CH4 200 liter setiap harinya. Jumlah ini sangat besar dan bila
tidak diantisipasi akan mem-bahayakan lingkungan. Oleh karena itu diperkenalkan
teknologi biogas yang dapat mengolah dan mengubah kotoran ternak penghasil CH4
menjadi energi. Proses kimiawi adalah sebagai berikut:
CH4
+ H2O —> CH3OH + H2 Metana + Air —> metanol + gas hydrogen
CH4
dihasilkan oleh sumber-sumber di bumi baik oleh sumber alami maupun hasil
antropogenik. Konsen-trasi CH4 sendiri yang masih dalam ambang batas dapat
dinetralkan (dikurangi) secara alami.
CARA MENGETAHUI
KANDUNGAN GAS METHAN
Menurut
Thalib (2010), Produksi gas karbon dioksida dan metana hasil fermentasi
substrat ditetapkan berdasarkan pengukuran volume dengan menggunakan siring
(THALIB, 2008). Dengan sistem konektor T, gas dalam siring tersebut
diinjeksikan kedalam 2 tabung yang dihubungkan secara serial dan keduanya
berisi larutan NaOH 6 N, dan selanjutnya gas yang lepas ditampung dengan siring
pengukur volume kedua untuk pengukuran volume gas metana.
PENGARUH KEBERADAAN
GAS METHAN TERHADAP KEGIATAN BUDIDAYA
Tingginya
emisi gas CH4 pada sistem pengairan tergenang disebabkan karena terciptanya
kondisi anaerob. Terbentuknya gas metana jika kondisi tanah dalam keadaan
anaerob sehingga tanah mengalami proses reduksi yakni proses perombakan bahan
organik berasal dari eksudat dan degradasi akar menjadi asetat dan reaksi CO2
dengan H2 menghasilkan gas CH4. Pada waktu tanah digenangi, air masuk ke dalam
pori-pori tanah menggantikan udara yang ada didalamnya. Pada kondisi ini
mikroorganisme tanah menggunakan bahan-bahan teroksidasi dalam tanah dan
beberapa metabolit organik untuk mengganti oksigen sebagai penerima elektron di
dalam respirasinya sehingga mengakibatkan kondisi reduksi dalam tanah.
Penggenangan pada tanah mineral mengakibatkan terjadinya penurunan potensial
redoks (Burhan et al ., 2005).
PENGARUH GAS METHAN
TERHADAP KEGIATAN BUDIDAYA
Adanya
pemberian pakan tambahan pada tambak polikultur yang bersifat tradisional,
dimana luasnya lahan pemeliharaan menjadi tidak efektif karena pakan bisa
menumpuk disuatu tempat dimana tidak terlihat oleh udang windu karena tidak
terdapatnya udang windu disekitar tempat dimana pakan telah ditebar. Pakan yang
menumpuk dapat menyebabkan terbentuknya limbah organik dalam jumlah yang
relative besar, semakin banyak bahan organik dilapisan anaerob akan makin
banyak menghasilkan senyawa-senyawa CO2, NH3, H2S, dan CH4, keberadaan NH3 dan
H2S diperairan dalam konsentrasi tertentu dapat bersifat racun bagi organisme
perairan termasuk udang (Garno, 1995 dalam Isnaini et al ., 2013).
Limbah
dari kegiatan budi daya tersebut akan terdekomposisi secara anaerob jika terjadi
penurunan oksigen terlarut di dasar perairan, yang menghasilkan gas-gas
berbahaya seperti NH3, CH4, dan H2S. Kondisi ini dapat mempercepat tereksposnya
ikan di wadah jaring tancap oleh senyawa-senyawa toksik yang terangkat dari
dasar danau jika terjadi pembalikan masa air (up-welling) dan akhirnya akan
berdampak pada kesehatan ikan yaitu kematian masal ikan atau yang dikenal oleh
masyarakat dengan air lewo/air jelek. Oleh karena itu, tata letak dan padat
penebaran ikan perlu ditinjau lagi (Rompas et al ., 2015).
CARA MENGURANGI
KANDUNGAN GAS METANA
Complete
rumen modifier (CRM) dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas dan
mengurangi emisi gas metana pada ternak ruminansia. CRM meningkatkan ADG domba percobaan sebesar 45%
dengan perbaikan efisiensi penggunaan pakan sebesar 18%, dan mengurangi emisi
gas metana sebesar 24%. Penggunaan buah lerak antara yang diekstrak (EL) dan
yang tanpa diekstrak (LG) untuk memperbaiki produktifitas ternak ruminansia dan
menurunkan produksi gas metana enterik memberikan efektifitas yang sama bila
kandungan saponinnya diekuivalenkan (Thalib, 2010).
3. PENUTUP
KESIMPULAN
Gas
metana merupakan tipikal gas rumah kaca (GRK) yang diemisi oleh sub-sektor
peternakan, terutama dari ternak ruminansia, yakni sebagai hasil kerja bakteri
metanogenik dalam sistem pencernaan rumen. Metana (CH4) adalah gas yang dapat
terbentuk dari metabolisme jasad renik dalam kondisi ter-genang (anaerob) di
dasar rawa, sawah, lambung manusia atau hewan, dan dalam tumpukan sampah di TPA. Gas metana juga
dihasilkan dari pembakaran biomassa/ bahan organik dan terdapat dalam tambang
batu bara. Produksi metana dipengaruhi oleh suhu, sehingga dalam isu pemanasan
global, peningkatan suhu akan memperbesar produksi metana.
Sumber
gas metana adalah metana (CH4) terbentuk dari meta-bolisme jasad renik dalam
kondisi ter-genang (anaerob) di dasar rawa, sawah, lambung manusia atau hewan,
dan dalam tumpukan sampah di TPA. Dan juga CH4 bisa dihasilkan oleh sumber-sumber
di bumi baik oleh sumber alami maupun hasil antropogenik.
Gas
metana terbentuk jika kondisi tanah dalam keadaan anaerob sehingga tanah
mengalami proses reduksi yaitu proses perombakan bahan organik berasal dari
eksudat dan degradasi akar menjadi asetat dan reaksi CO2 dengan H2 menghasilkan
gas CH4
Pakan
yang menumpuk bisa menyebabkan terbentuknya limbah organik dalam jumlah yang
relative besar, semakin banyak bahan organik dilapisan anaerob akan makin
banyak menghasilkan senyawa-senyawa CO2, NH3, H2S, dan CH4, keberadaan NH3 dan
H2S diperairan dalam konsentrasi tertentu dapat bersifat racun bagi organisme
di suatu perairan.
Salah
satu untuk mencegah keberadaan gas metana yaitu dengan Complete rumen modifier
(CRM)
SARAN
Sebaiknya
limbah budidaya yang dibung pada perairan dilakukan treatment terlebih dahulu.
Karena jika limbah budidaya langsung duibuang pada perairan akan menyebabkan
meningkatnya kandungan limbah pada perairan. Treatment yang digunaakan bisa
dengan cara mengendapkan sisa hasil dari budidaya, sehingga air yang masuk
kedalam perairan kandungan bahan pencemarnya berkurang. Dan juga kandungan
metan yang ada di perairan juga berkurang.
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Burhan,
Harris., Sabihan, Supiandi., Saeni, Sri M., Naharia Orbanus. 2005. Teknologi
Pengairan Dan Pengolahan Tanah Pada Budidaya Padi Sawah Untk Mitigsi Gas Metana (Ch4).
Berita Biologi 7(4).
Isnaini,
Melki., Siboro F Guido. 2013. Laju Pertumbuhan Udang Windu (Panaeus monodon) , Ikan Bandeng (Chanos
chanos) , dan Rumput Laut (Eucheuma cottonii, Gracilaria sp) Pada Budidaya Polikultur Dengan Padat Tebar
Yang Berbeda Di Desa Sungai Lumpur Kabupaten OKI Sumatera Selatan. Maspari
Journal 6(1) 46-55.
Sutrisna,
N., Setyanto, P., Kurnia, U. 2009. Perspektif dan Urgensi Pengelolaan
Lingkungan Pertanian Yang Tepat. 2(4), 2009: 286-291
Thalib,
A., Widiawati Y., Haryanto, B. 2010.
Penggunaan Complete Rumen Modifier (Crm) Pada Ternak Domba Yang Diberi Hijauan
Pakan Berserat Tinggi. Jitv Vol. 15 No. 2 Th. 2010: 97-104
Fatoni,
I. M., Melki, Agustriani F. 2012. Karakterisasi Bakteri Penghasil Gas Metana
pada Rumput Laut Jenis Eucheuma cottonii. 4(1), 103-109
Rompas
J,Roberts., Undap L, Suzanne., Urbasa A, Pilipus. 2015. Dampa Kualitas Air Pada
Budi Daya Ikan Dengan Jaring Tancap Di Desa Toulimembet Danau Tondano. Jurnal
Budidaya Perairan 3(1) : 59-67.
Slamet,
L. S. 2001. Pemanfaatan Gas Metan Sebagai Sumber Energi. Vol. 2, No. 1
Prasetiono
Dan Triwikantoro. 2012. Pengaruh Tetes Tebu Dan Limbah Cair Tahu Pada Produksi
Biogas. Volume 8, Nomor 2
Post a Comment for "Gas Metana (CH4) (Limnologi Atau Limnology)"