BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Indonesia
memiliki kekayaan alam yang banyak dan beraneka ragam. Luas perairan laut
Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km 2, panjang garis pantai ± 95,181 km,
dan gugusan pulau-pulau sebanyak 17.480 pulau. Kekayaan Indonesia berupa
sumberdaya perikanan yang sangat luas menjadi modal dasar dalam pembangunan
nasional sekaligus memiliki potensi yang sangat besar bagi pembangunan kelautan
dan perikanan.
Faktor
penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan selain pakan
adalah kualitas air terutama suhu. Karena suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan nafsu makan ikan. Suhu dapat mempengaruhi aktivitas penting ikan seperti
pernapasan, pertumbuhan, dan reproduksi. Suhu yang tinggi dapat mengurangi
jumlah oksigen terlarut dan mempengaruhi selera makan ikan.
Ikan
mempunyai suhu optimum tertentu untuk selera makannya. Menurut Cholik et al.
(1986), bahwa kenaikan suhu perairan diikuti oleh derajat metabolisme dan
kebutuhan oksigen organisme akan naik pula. Suhu optimum untuk selera makan ikan
adalah 25 – 27oC, suhu optimum ini akan dicapai pada pagi dan sore hari.
Dalam
rangka meningkatkan kelangsungan hidup dan mempercepat proses pertumbuhan ikan,
maka perlu dilakukan pengkajian mengenai suhu yang optimal untuk kelangsungan
hidup. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui akibat dari adanya perubahan suhu
terhadap pertumbuhan dan kelangsung hidup larva ikan mas.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah
kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan mas ?
|
Bagaimana
pengaruh suhu terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan mas ?
|
Berapakah
suhu yang optimum untuk kelangsungan hidup larva ikan mas ?
|
TUJUAN
Menjelaskan
aspek yang harus diperhatikan untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva
ikan mas.
|
Menjelaskan
akibat dari adanya perubahan suhu terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan
larva ikan mas.
|
Menjelaskan
suhu yang optimum dalam pemeliharaan larva ikan mas.
|
BAB II
PEMBAHASAN
KLASIFIKASI IKAN MAS
Ikan
mas (Cyprinus carpio) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan
memanjang pipih ke samping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475
sebelum masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun
1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan ikan mas yang berasal dari
Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Jenis ikan mas merupakan salah satu komoditas
dari sektor perikanan yang dapat dibudidayakan pada beberapa lahan yang
memenuhi syarat tumbuhnya ikan mas. Pembudidayaan ikan mas di Indonesia banyak
ditemui di Jawa dan Sumatera dalam bentuk empang, maupun keramba terapung yang
diletakkan di danau atau waduk besar. Habitat aslinya di alam meliputi sungai
berarus tenang sampai sedang dan di area danau yang dangkal. Perairan yang
disukai tentunya yang banyak menyediakan pakan alaminya. Adapun klasifikasi
dari ikan Mas (Cyprinus carpio) adalah sebagai berikut:
Klasifikasi
ikan mas menurut Kottelat et al.(1993) dalam Sinaga (2012), adalah sebagai
berikut:
Kingdom
|
Animalia
|
Filum
|
Chordata
|
Sub filum
|
Vertebrata
|
Kelas
|
Pisces
|
Sub kelas
|
Teleostei
|
Ordo
|
Ostariophysi
|
Sub ordo
|
Cyprinoidea
|
Famili
|
Cyprinidae
|
Sub famili
|
Cyprininae
|
Genus
|
Cyprinus
|
Spesies
|
Cyprinus carpio
|
KUALITAS AIR UNTUK
PEMBESARAN IKAN
Kualitas
air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan diuji berdasarkan parameter
tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang - undangan yang
berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115: Tahun
2003), kualitas air tersebut dapat dinyatakan dengan parameter fisik
karakteristik air dan kualitas air sungai. Parameter fisik menyatakan kondisi
fisik air atau keberadaan bahan-bahan yang dapat diamati secara visual/kasat
mata. Parameter fisik tersebut adalah kandungan partikel/padatan, warna, rasa,
bau, dan suhu (Nisa et al.,2015).
Kualitas
air adalah suatu keadaan dan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi suatu
perairan yang hasilnya harus optimal. Sehingga kualitas harus diketahui oleh
pembudidaya agar mendapatkan profit dalam budidaya. Beberapa aspek penting yang
perlu diperhatikan dalam pengelolaan kualitas air: 1) Tingkat pemanfaatan dari penggunaan
air; 2) Faktor kualitas alami sebelum dimanfaatkan; 3) Faktor yang menyebabkan
kualitas air bervariasi; 4) Perubahan kualitas air secara alami; 5)
Faktor-faktor khusus yang mempengaruhi kualitas air; 6) Persyaratan kualitas
air dalam penggunaan air; 7) Pengaruh perubahan dan keefektifan kriteria
kualitas air; 8) Perkembangan teknologi.
PERTUMBUHAN
Menurut
Mallaya (2007) dalam Kusriani et al. (2012), Nilai FCR pada ikan mas yang
diberi pestisida lebih besar dibandingkan pada ikan mas yang tanpa pemberian
pestisida. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh racun pestisida yang masuk
pada tubuh ikan , dapat berpengaruh pada fungsi respirasi dari insang sehingga
menghambat proses metabolisme dalam tubuh.pada kondisi seperti ini ikan stres
dan mengalami hipoksia sehingga nafsu makan ikan berkurang dan menyebabkan
nilai rasio konversi pada ikan tinggi. Hipoksia atau diplesi oksigen merupakan
fenomena yang terjadi di lingkungan akuatik dimana molekul oksigen terlarut
dalam air menjadi berkurang. Pada kondisi seperti ini merupakan suatu titik
yang merugikan bagi organisme hidup, dimana pertumbuhan ikan terganggu apabila
terjadi kondisi ini.
Pertumbuhan
adalah perpanjangan berat dan panjang ikan atau volume. Dimana pertumbuhan dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu internal dan eksternal, contoh dari eksternal yaitu
lingkungan yang meliputi serangan penyakit, kualitas air, dan ketersediaan
pakan. Sedangkan yang internal yaitu sex, gen, spesies ikan. Pemberian pakan
dengan konversi pakan yang benar akan membuat ikan dapat tumbuh secara optimal.
Suhu yang optimal juga dapat mempengaruhi nafsu makan ikan yang berarti dapat
mempercepat pertumbuhan.
SUHU
Secara
umum tingkat mortalitas benih pada fase larva sampai 80%. Selain faktor
ketersediaan pakan yang sesuai selama periode larva, faktor kualitas air
terutama suhu merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan organisme.
Dimana perubahan temperatur memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap
proses fisiologis dan biologis suatu organisme. Suhu adalah derajat panas atau
dinginnya suatu benda (Putri et al,2013).
Penelitian
pengaruh suhu rendah yang berpengaruh terhadap transprotasi ikan atau lobster
telah dilakukan. Menurut Karmila (2001), menyebutkan bahwa suhu dan waktu
terbaik untuk pembiusan ikan jambal siam dengan suhu rendah secara bertahap
yaitu 15oC selama 15 menit. Sedangkan menurut Ikasari et al. (2008), menyebutkan
bahwa metode shock secara langsung selama 45 menit dan metode shock secara
bertahap selama 30 menit berpeluang untuk digunakan penangan dan transportasi
lobster air tawar hidup.
Hasil
penelitian Busroni (2008), menunjukkan bahwa pada suhu penetasan 28oC
menghasilkan presentasi penetasan yang tertinggi, yaitu sebesar 83% dan
presentase kelangsungan hidup yang tertinggi sebesar 73% pada larva ikan kerapu
sunu. Kemudian menurut Agustina (2007), pada suhu 29 – 33oC penetasan telur
sebesar 68,52% menghasilkan presentase kelangsungan hidup larva patin jambal
76,58%.
Ikan
mempunyai suhu optimum tertentu untuk selera makannya. Menurut Cholik et. al
(1986) bahwa kenaikan suhu perairan diikuti oleh derajat metabolisme dan
kebutuhan oksigen organisme akan naik pula, hal ini sesuai dengan hukum Van’t
Hoff yang menyatakan bahwa untuk setiap perubahan kimiawi, kecepatan reaksinya
naik 2 – 3 kali lipat setiap kenaikan suhu sebesar 10°C. Djajasewaka dan
Djajadireja (1990) menyatakan bahwa suhu optimum untuk selera makan ikan adalah
25 – 27oC. Suhu optimum seperti ini akan
dicapai pada pagi dan sore hari. Menurut Wardoyo (1975) meskipun ikan dapat
beraklimatisasi pada suhu yang relatif tinggi, tetapi pada suatu derajat
tertentu kenaikan suhu dapat menyebabkan kematian ikan. Cholik et. al (1986)
menyebutkan bahwa perubahan drastis suhu sampai mencapai 5oC dapat menyebabkan
stress pada ikan atau membunuhnya. Ikan mas dapat tumbuh cepat pada suhu
lingkungan berkisar antara 20-28 °C dan akan mengalami penurunan pertumbuhan
bila suhu lingkungan lebih rendah. Pertumbuhan akan menurun dengan cepat di
bawah suhu 13°C dan akan berhenti makan apabila suhu berada di bawah 5 °C.
STRATIFIKASI SUHU
Menurut
Lukman dan Ridwansyah (2010), stratifikasi perairan di danau toba secara
vertikal tersebut, diperikaran lapisan epilimnion akan berada pada strata
kedalaman 0 - 30 meter, lapisan metalimnoin pada strata kedalaman 30 - 100
meter, lapisan hipolimnion berada pada strata kedalaman > 100 meter.
Suhu
tertinggi pada ekosistem perairan tergenang akan di peroleh di lapisan
epilimnion karena lebih banyak menerima sinar matahari. Sehingga viscositas air
lebih kecil dan fotosintesis terjadi lebih banyak. Difusi dari udara hanya
terjadi di lapisan ini. Untuk peraitan selain di wilayah tropis, lapisan
epilimnion dapat membeku pada musim dingin. Karena suhu udara yang akan
mempengaruhi suhu permukaan air.
Lapisan
metalimnion memiliki suhu missal dari 25oC di lapisan epilimnion, pada bagian
lebih dalam terukur 15oC. Batas awal perbedaan suhu ini sebagai batas awal
lapisan metalimnion. Lapisan ini masih menerima matahari sehingga phytoplankton
masih dapat melakukan proses fotosintesis. Viscositas air lebih tinggi daripada
lapisan epilimnion, sehingga terjadi difusi oksigen dari lapisan epilimnion.
Pada lapisan ini terjadi perubahan suhu secara drastis atau disebut dengan
termoklin.
Di
bawah lapisan metalimnion akan ditemukan suhu air lebih kecil dari 4oC. Lapisan
ini mengalami difusi oksigen dari lapisan metalimnion karena ada perbedaan
tekanan air oleh viscositas air. Tetapi karena terbatasnya oksigen di lapisan
metalimnion, maka difusi oksigen ini tidak terjadi. Hipolimnion merupakan
bagian perairan gelap yang tidak menerima cahaya matahari sehingga tidak
ditemukan phytoplankton di lapisan ini karena tidak dapat melakukan proses
fotosintesis. Lapisan- lapisan di perairan yang memiliki perbedaan suhu ini
akan mempengaruhi pertumbuhan pada ikan yang dibudidayakan. Selain perbedaan
pada tersedianya oksigen di perairan juga karena terbatasnya pakan alami berupa
plankton untuk ikan.
PERUBAHAN SUHU
TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN
Faktor
penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan selain pakan
adalah kualitas air terutama suhu. Karena suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan nafsu makan ikan. Suhu dapat mempengaruhi aktivitas penting ikan seperti
pernapasan, pertumbuhan dan reproduksi. Suhu yang tinggi dapat mengurangi
oksigen terlarut dan mempengaruhi selera makan ikan. Suhu air normal adalah
suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolisme dan
berkembangbiak.
Suhu
merupakan faktor fisik yang sangat penting di air, karena bersama-sama dengan
zat/unsur yang terkandung didalamnya akan menentukan massa jenis air, dan
bersama-sama dengan tekanan dapat digunakan untuk menentukan densitas air.
Selanjutnya, densitas air dapat digunakan untuk menentukan kejenuhan air. Suhu
air sangat bergantung pada tempat dimana air tersebut berada.
Kenaikan
suhu air di badan air penerima, saluran air, sungai, danau dan lain sebagainya
akan menimbulkan akibat sebagai berikut: 1) Jumlah oksigen terlarut di dalam
air menurun; 2) Kecepatan reaksi kimia meningkat; 3) Kehidupan ikan dan hewan
air lainnya terganggu. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, maka akan
menyebabkan ikan dan hewan air lainnya mati.
Suhu
dapat mempengaruhi fotosintesa di laut baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pengaruh secara langsung yakni suhu berperan untuk mengontrol reaksi
kimia enzimatik dalam proses fotosintesa. Tinggi suhu dapat menaikkan laju
maksimum fotosintesa, sedangkan pengaruh secara tidak langsung yakni dalam
merubah struktur hidrologi kolom perairan yang dapat mempengaruhi distribusi
fitoplankton.
Perbedaan
suhu air media dengan tubuh ikan akan menimbulkan gangguan metabolisme. Kondisi
ini dapat mengakibatkan sebagian besar energi yang tersimpan dalam tubuh ikan
digunakan untuk penyesuaian diri terhadap lingkungan yang kurang mendukung
tersebut, sehingga dapat merusak sistem metabolisme atau pertukaran zat. Hal
ini dapat mengganggu pertumbuhan ikan karena gangguan sistem pencernaan.
Menurut
Dominggas (2009), berdasarkan hasil pertumbuhan berat larva ikan mas pada
perlakuan B dengan suhu 28oC memberikan tingkat pertumbuhan yang berbeda nyata dengan perlakuan A dengan
suhu 26oC. Kondisi ini menggambarkan bahwa suhu 28oC memberikan tingkat
pertumbuhan berat yang lebih baik dibandingkan perlakuan A. Hal ini membuktikan
bahwa suhu media pemeliharaan dapat memberikan laju pertumbuhan yang tinggi
pada larva ikan mas.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1.Pertumbuhan
dapat juga diartikan sebagai pertumbuhan bentuk ikan baik panjang dan berat
sesuai dengan pertambahan waktu, sedangkan kelangsungan hidup dinyatakan
sebagai persentase jumlah ikan yang hidup selama jangka waktu pemeliharaan
dibagi dengan jumlah ikan yang ditebar
2.Suhu
dapat mempengaruhi pernapasan, pertumbuhan serta reproduksi, suhu yang tinggi
dapat mengurangi oksigen terlarut dan mempengaruhi selera makan ikan.
3.Perubahan
suhu dapat merusak sistem metabolisme atau pertukaran zat, mengganggu sistem
pencernaan dan pertumbuhan ikan
4.Perubahan
suhu yang drastis dapat menyebabkan ikan stress dan menimbulkan kematian
5.
Suhu 28oC merupakan suhu yang optimal untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan
larva ikan mas.
SARAN
Untuk
mendapatkan hasil yang baik dalam usaha pembenihan ikan maka perlu diperhatikan
kualitas lingkungan baik fisika maupun kimia. Selain itu, para pembudidaya ikan
perlu memperhatikan manajemen pemeliharaan ikan (kolam pemeliharaan maupun
pakan) dengan baik, karena hal ini sangat mempengaruhi kesehatan ikan. Selain
suhu, banyak faktor yang juga mempengaruhi kelangsungan hidup dan pertumbuhan
larva ikan. Disarankan juga diadakan penelitian lanjutan dengan jumlah ikan dan
jenis ikan yang lebih banyak agar bisa diperoleh data mengenai kisaran nilai
normal terhadap pengaruh perubahan suhu pada ikan.
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Agustina,
A.T.2007. Optimasi Suhu Untuk Penetasan Telur dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan
Patin Jambal (Pangasius djambal).Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan.
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya.
Busroni.2008.
Penetasan Telur Ikan Kerapu Sunu (Plectropomus sp.) Pada Suhu Yang Berbeda.
Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya, Indralaya.
Cholik.
F., Artati, dan R. Ariffudin.1986. Pengolahan Kualitas Air Kolam.INFIS Manual
seri 26.Dirjen Perikanan.Jakarta. 52hal.
Djajasewaka
dan Djajadiredja. R.1990 Budidaya Ikan di Indonesia. Cara Pengembangannya.
Badan Litbang Pertanian. Lembaga Penelitian Perikanan Darat.Jakarta.48 hal.
Dominggas
M., K.2010. Pengaruh Suhu Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva
Ikan Mas (Cyprinus carpio). Berkala Perikanan Terubuk. Vol 38 No.1. Hal 71 –
81.
Ikasari
D., Syamdidi, dan Suryaningrum TD.2008. Kajian Fisiologis Lobster Air Tawar
(Cherax quadricarinatus) Pada Suhu Dingin Sebagai Dasar Untuk Penanganan dan
Transportasi Hidup Sistem Kering. J Pasca Panen Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan Vol 3 No.1.DKP Jakarta.
Karmila
R. Edison.2001. Pengaruh Suhu dan Waktu Pembiusan Bertahap Terhadap Ketahanan
Hidup Ikan Jambal Siam (Pangasius sutchi) Dalam Transportasi Sistem Kering.
Jurnal Natur Indonesia 3:151-167.
Kusriani,
P.Widjanarko, dan N. Rohmawati.2012. Uji Pengaruh Sublethal Pestisida Daizinon
60 EC Terhadap Rasio Konversi Pakan (FCR) dan Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus
carpio L.,). Jurnal Penelitian Perikanan 1 (1). Hal 36-42.
Lukman
dan Ridwansyah I.2010. Kajian Kondisi Morfometri dan Beberapa Parameter
Stratifikasi Perairan Danau Toba. Limnotek 17(2). Hal 158 – 170.
Nisa
K., Zulkifli N., dan Khadijal EL.R.2015.Studi Kualitas Perairan Sebagai
Alternatif Pengembangan Budidaya Ikan Di Sungai Keureuto Kecamatan Lhoksukon
Kabupaten Aceh Utara Provinsi Nanggoe Aceh Darussalam.
Putri
D.A., Muslim, dan Mirna F.2013. Presentase Penetasan Telur Ikan Betok (Anabas
testudineus) Dengan Suhu Inkubasi Yang Berbeda. Jurnal Akuakultur Rawa
Indonesia 1(2). Hal 184-191
Sinaga,
Anasthazya C.H.2016.Pengaruh Garam (NaCl) terhadap Pengendalian Infeksi Argulus
sp. pada Ikan Mas (Cyprinus carpio).Skripsi.Manajemen Sumberdaya
Perairan.Fakultasi Perikanan dan Ilmu Kelautan, USU.
Wardoyo,
S.T.H.1975. Pengolahan Kualitas Air. IPB. Bogor.41 hal.
Post a Comment for "Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Larva Ikan Mas (Limnologi Atau Limnology) "