BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kegiatan
budidaya perikanan air tawar telah memberikan kontribusi yang nyata bagi
pembangunan nasional, baik dalam hal pemenuhan kebutuhan protein hewani maupun
sebagai penghasil devisa negara dan sekaligus menciptakan lapangan kerja yang
produktif. Dalam usaha perikanan diperlukan adanya sistem teknologi akuakultur
yang baik. Sistem teknologi akuakultur didefinisikan sebagai wadah produksi
beserta komponen lainnya dan teknologi yang diterapkan pada wadah tersebut
serta bekerja secara sinergis. Memproduksi ikan berarti mempertahankan ikan
bisa dan tetap hidup, tumbuh dan berkembangbiak dalam waktu sesingkat mungkin.
Komponen sistem didalam sistem teknologi akuakultur bekerja secara sinergis
sehingga tercipta lingkungan yang terkontrol dan optimal dalam usaha
mempertahankan kelangsungan hidup ikan serta memacu pertumbuhan dan
perkembangbiakan ikan.
Peningkatan
usaha budidaya menuntut ketersediaan benih yang cukup, berkualitas dan
berkesinambungan. Hal ini merupakan permasalahan yang sering dihadapi dalam
usaha budidaya ikan, karena benih merupakan komponen utama yang sangat
menentukan keberhasilan usaha budidaya.
Permasalahan
yang dihadapi untuk mengatasi ketersediaan benih yang berkesinambungan adalah
keberhasilan dalam usaha pembenihan, usaha pembenihan selain ketersediaan
induk, yang perlu juga diperhatikan adalah pada perawatan larva. Fase
larva merupakan tahapan yang paling
kritis dan merupakan suatu tahapan yang tingkat mortalitasnya paling tinggi.
Salah satu faktor penting dalam perawatan larva ikan adalah pengelolaan
kualitas air dan terjaganya kualitas air. Manajemen dalam kualitas air
diperlukan dalam kegiatan budidaya untuk
menstabilkan parameter kualitas air, parameter kimia, maupun parameter biologi.
Sistem
resirkulasi merupakan salah satu cara untuk memperbaiki kualitas air sebagai
media pemeliharaan ikan dalam kegiatan budidaya. Sirkulasi air merupakan salah
satu cara untuk menjaga kualitas air. Sirkulasi air dapat membantu distribusi
oksigen ke segala arah baik di dalam air maupun difusinya atau pertukaran
dengan udara dan dapat menjaga akumulasi atau mengumpulnya hasil metabolisme
beracun sehingga kadar atau daya racun dapat dikurangi.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana
konsep akuakultur ?
|
Apa
pengertian arus ?
|
Apa
saja faktor – faktor yang mempengaruhi arus ?
|
Berapa
kisaran optimal arus untuk budidaya ?
|
Manfaat
arus dalam budidaya ikan ?
|
TUJUAN MAKALAH
Untuk
mengetahui pengertian budidaya perairan
|
Untuk
mengetahui pengertian arus
|
Untuk
mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi arus
|
Untuk
mengetahui kisaran optimal arus untuk budidaya ikan
|
Untuk
mengetahui manfaat arus dalam budidaya ikan
|
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP AKUAKULTUR
Akuakultur
merupakan suatu sistem produksi yang mencakup input produksi (sarana dan
prasara produksi), produksi (mulai dari persiapan sampai panen), dan out put
produksi (penanganan pascapanen dan pemasaran). Orientasi akuakultur adalah
memperoleh keuntungan, sehingga akuakultur merupakan kegiatan bisnis akuakultur
atau akuabisnis sebagai padanan agribisnis pada bidang pertanian ( Effendi dan
Oktariza, 2006 dalam Fatchiya 2010 ).
Menurut
Edwards dan Demaine (1998) dalam Fatchiya (2010), pengklasifikasian skala usaha
berdasarkan teknologi produksi, khususnya pada jenis pakan, dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu:
(a)
Sistem budidaya ekstensif, yang mengandalkan pada pakan alami yang dibawa arus
air ataupun dari perubahan pasang surut.
(b) Sistem budidaya semi-intensif, yang masih
mengandalkan pakan alami, tetapi ada upaya untuk meningkatkan jumlahnya melalui
pemupukan dan atau dengan pakan tambahan.
(c)
Sistem budidaya intensif, yang menggunakan nutrisi pakan tambahan yang lengkap,
berupa ikan tawar atau ikan laut ataupun pakan formula yang biasanya dalam
bentuk pelet kering.
PENGERTIAN ARUS
Arus
didefinisikan sebagai perpindahan atau gerakan horizontal maupun vertikal dari
suatu massa air dengan membawa nutrien, sehingga massa air tersebut mencapai
kestabilan ( Simatupang et al., 2014 ).
Salah
satu parameter fisik yang berperan dalam distribusi nutrien dan kualitas
perairan adalah arus. Arus merupakan perpindahan atau gerakan horizontal maupun
vertikal dari suatu massa air, sehingga massa air tersebut mencapai kestabilan
( Simatupang et al., 2014 ).
Kadi
dan Atmadja (1988) dalam Arisandi et al. (2013), mengatakan bahwa semakin cepat
arus, maka nutrien organik maupun anorganik dapat terdistribusi dengan baik
serta dapat diserap tumbuhan melalui proses difusi.
Arus
merupakan gerakan mengalir suatu masa air yang dapat disebabkan oleh tiupan
angin, atau karena perbedaan densitas air laut atau dapat pula disebabkan oleh
gerakan bergelombang panjang yaitu antara lain arus yang disebabkan oleh pasang
Surut (Nontji, 1987 dalam Mudeng et al., 2015 ).
FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI ARUS
Sungai
merupakan perairan mengalir (lotik) yang dicirikan oleh arus yang searah dan
relatif kencang, dengan kecepatan berkisar 0,1 – 1,0 m/detik, serta sangat
dipengaruhi oleh waktu, iklim, bentang alam (topografi dan kemiringan), jenis
batuan dasar dan curah hujan. Semakin tinggi tingkat kemiringan, semakin besar
ukuran batuan dasar dan semakin banyak curah hujan, pergerakan air semakin kuat
dan kecepatan arus semakin cepat. Sungai bagian hulu dicirikan dengan badan
sungai yang dangkal dan sempit, tebing curam dan tinggi, berair jernih dan
mengalir cepat. Sungai sebagai penampung dan penyalur air yang datang dari
daerah hulu atas, akan sangat terpengaruh oleh tata guna lahan dan luasnya
daerah aliran sungai, sehingga pengaruhnya akan terlihat pada kualitas air
sungai (Odum, 1996) dalam Nisa’ et al., 2015).
Rasio
antara nilai panjang maksimum efektif terhadap lebar maksimum efektif sungai
yang semakain besar akan mengakibatkan semakin besar peluang teraduknya massa
air oleh angin yang akhirnya akan mempengaruhi kualitas air ( Pratiwi et al .,
2007 ).
Faktor
penyebab, diantaranya adalah gradien tekanan, tiupan angin, perbedaan tekanan
ataupun densitas, pasang surut dan lain sebagainya. Arus juga dipengaruhi oleh
gravitasi bumi, topografi atau kondisi dasar perairan, morfologi pantai dan
gerakan rotasi bumi atau perputaran bumi pada porosnya. Pada sebagian besar
perairan, faktor utama yang dapat menimbulkan arus relatif lebih kuat adalah
angin dan pasang surut ( Hadi, 2000 dalam Siagian, 2010 dalam Simatupang et
al., 2014 ).
Menurut
Odum (1996) dalam Jilfiola et al. (2015), kecepatan arus di sungai tergantung
pada kemiringan, kekasaran, kedalaman,
dan kelebaran dasar perairan. Tingkat kemiringan dasar sungai yang tinggi maka
arus semakin cepat. Pada relief substrat dasar perairan yang berbatu arus
cenderung cepat. Semakin dalam dan semakin lebar dasar perairan arus juga
semakin cepat.
Menurut
Nybakken (1992) dalam Nisa’ et al. (2015), bahwa kecepatan arus dapat
dipengaruhi oleh keberadaan angin dan sustratyang terdapat didasar perairan.
Substrat ini dapat berupa lumpur, pasir, atau batu.
KISARAN OPTIMAL ARUS
UNTUK BUDIDAYA
Arus
sangat penting berperan dalam menyuplai nutrient bagi organisme budidaya.
Disamping itu arus dapat mempengaruhi kondisi wadah budidaya seperti arus yang
terlalu kuat akan mengakibatkan kerusakan (Mudeng et al., 2015).
Menurut
Ahmad et al . (1991) dalam Affan (2012), arus dalam perairan sangat berperan
dalam sirkulasi. Selain sebagai pembawa bahan terlarut dan tersuspensi, arus
juga mempengaruhi jumlah kelaruan oksigen didalam air. Kecepatan arus yang
masih baik dalam budidaya keramba jaring apung berkisar 5 – 15 cm/detik.
Meskipun demikian sangat sulit untuk membuat suatu batasan mengenai kecepatan
arus. Karena arus di suatu ekosistem air sangat berfluktuasi dari waktu ke
waktu tergantung dari fluktuasi debit dan aliran air dan kondisi substrat yang
ada.
Menurut
Ghufron dan Kordi (2005) adanya arus air disamping dapat berfungsi memberikan
timbunan sisa-sisa metabolisme ikan, juga membawa oksigen terlarut yang sangat
dibutuhkan oleh metabolisme ikan, juga membawa oksigen terlarut yang sangat
dibutuhkan oleh ikan. Kecepatan arus yang ideal untuk penempatan KJA adalah 20
cm – 50 cm /detik.
Kecepatan
arus dapat diukur dengan alat yang disebut current meter. Kecepatan arus dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
V=S/t
Keterangan
:
V
: Kecepatan arus (m/s)
S
: Jarak yang ditempuh arus (m)
T
: Waktu (s)
PENGARUH ARUS
Phytoplankton
yang tidak mampu bergerak-pindah sendiri akan berdistribusi sesuai dengan pola
arus. Distribusi phytoplankton ini selanjutnya akan berpengaruh terhadap
distribusi organisme lainnya seperti ikan, yang terhubung dalam rantai makanan.
Selain berpengaruh terhadap distribusi, arus juga berpengaruh terhadap arah
renang ikan. Ikan-ikan cenderung bergerak melawan arah arus pada siang hari
tapi menghanyut dengan arus pada malam hari (Laevastu dan Hayes 1982 dalam Kamat et al ., 2014).
Pola
aliran juga akan berpengaruh terhadap sebaran benda-benda atau zat-zat tertentu
di perairan. Bahan-bahan polutan konservatif seperti botol-botol plastik
misalnya mungkin akan mengumpul pada suatu tempat atau menyebar merata di suatu
perairan bergantung pada pola arus (Kalangi, 2000 dalam Kamat et al., 2014).
Kecepatan
arus dapat dipakai untuk memperkirakan besarnya energi yang bekerja di dasar
perairan yang mampu memindahkan sedimen dari suatu tempat ke tempat yang lain ( Simatupang et al
., 2014 ).
Arus
mempunyai pengaruh positif dan negatif bagi kehidupan biota perairan. Arus
dapat menyebabkan ausnya jaringan jazad hidup akibat pengikisan atau teraduknya
substrat dasar berlumpur yang berakibat pada kekeruhan sehingga terhambatnya
fotosintesa. Pada saat yang lain, manfaat dari arus adalah menyuplai makanan,
kelarutan oksigen, penyebaran plankton danpenghilangan CO2 maupun sisa-sisa
produk biota laut ( Suniada dan Indriyawan, 2014 ).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Akuakultur
merupakan suatu sistem produksi yang mencakup input produksi (sarana dan
prasara produksi), produksi (mulai dari persiapan sampai panen), dan out put
produksi (penanganan pascapanen dan pemasaran).
Arus
merupakan pergerakan massa air secara vertikal maupun horizontal yang membawa
nutrien.
FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI ARUS
Kedalaman
perairan
|
Topografi
dasar perairan
|
Kemiringan
|
Luas
permukaan
|
Angin
|
Kisaran
arus optimal umumnya 5 – 15 cm/detik. Kecepatan arus tidak bisa dibuat batasan
tertentu, karena kecepatan arus selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu dan
dipengaruhi oleh banyak faktor.
DAMPAK POSITIF ARUS
Menyuplai
makanan
|
Menyuplai
kelarutan oksigen
|
Mendistribusikan
plankton
|
Menghilangan
CO2 maupun sisa-sisa produk biota laut
|
Mengurai
sedimen atau pengendapan
|
DAMPAK NEGATIF ARUS
Arus
dapat menyebabkan ausnya jaringan jazad hidup akibat pengikisan
|
Teraduknya
substrat dasar berlumpur yang berakibat pada kekeruhan sehingga terhambatnya
fotosintesa
|
SARAN
Dimohon
penyusun makalah untuk lebih banyak mencari bahan referensi dan lebih berhati –
hati dalam mencari bahan referensi agar tidak terjadi kerancuan antara jurnal
tentang perairan tawar ( limnologi ) dan jurnal tentang ilmu kelautan (
oseanologi ).
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Affan,
Junardi, M. 2012. Identifikasi Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya Karamba
Jaring Apung ( KJA ) Berdasarkan Faktor Lingkungan dan Kualitas Air Di Perairan
Pantai Timur Bangka Tengah. Dep IKK. (I) : 78-85.
Arisandi,
Apri., Akhmad Farid., Eva Ari Wahyuni., dan Siti Rokhmaniati. 2013. Dampak
Infeksi Ice – ice dan Epifit terhadap Pertumbuhan Eucheuma cottonii. Jurusan
Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo. Vol.18(1):1–6.
Fatchiya,
Anna. 2010. Pola Pengembangan Kapasitas Pembudidaya Ikan Kolam Air Tawar Di
Provinsi Jawa Barat. Sekolah Pasca Sarjana Istitut Pertanian Bogor.
Ghufron,
M., H. Kordi. 2005. Budidaya Ikan Laut di Keramba Jaring Apung. Rineka Cipta.
Jakarta.
Jilfiola,
Theresia S., Hasan Sitorus., Zulham Apandy Harahap. 2014. Kualitas Perairan
Sungai Ular Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Utara.
Kamat,
Yotam N., Patrice N.I. Kalangi., Meta S.Sompie. 2014. Pola Arus Permukaan Saat
Surut Di Sekitar Muara Sungai Malalayang, Teluk Manado. Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Sam Ratulangi, Manado. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap
1 (Edisi Khusus) : 99-104.
Komang
Iwan Suniada dan Muji Wasis Indriyawan. 2014. Studi Penentuan Lokasi Untuk
Pengembangan Budidaya Rumput Laut Di Wilayah Perairan Teluk Saleh, Sumbawa,
NTB. Jurnal Ecotrophic. 8 (1) : 39 – 47.
Mudeng,
Joppy D., Edwin L.A., Ngangi., Robert J Rompas. 2015. Identifikasi Parameter
Kualitas Air untuk Kepentingan Marikultur di Kabupaten Kepulauan Sangihe
Provinsi Sulawesi Utara. Program Studi Budidaya Perairan FPIK Unsrat Manado.
Jurnal Budidaya Perairan. Vol. 3 No. 1: 141 – 148.
Nisa’,
Khairatun., Zulkifli Nasution., Khadijah
EL Ramija. 2015. STUDI Kualitas Perairan Sebagai Alternatif Pengembangan
Budidaya Ikan Di Sungai Keureuto Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Pratiwi,
Niken. T. M, Enan M. Adiwilaga, Johan Basmi, Majariana Krisanti, Oji Hadijah,
Pieka Wulandari. 2007. Tatus Limnologis Situ Cilala Mengacu Pada Kondisi
Parameter Fisika, Kimia, Dan Biologi Perairan. Jurnal Perikan. IX (1): 82-94.
Simatupang,
Chaplin M., Heron S., Andi A. 2014. Analisis Data Arus Di Perairan Muara Sungai
Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Program Studi Ilmu Kelautan, FMIPA,
Universitas Sriwijaya. 8(1) : 15 – 24.
Post a Comment for "Konsep Akuakultur Atau Aquaculture (Limnologi Atau Limnology) "