BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Menurut
Sari dan Usman (2012), kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan
kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada
perairan alami kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas
fotosintesa. Kecerahan merupakan faktor penting bagi proses fotosintesa dan
produksi primerdalam suatu perairan. Berdasarkan pada data pengukuran di
lapangan, rata-rata kecerahan perairan baik itu pada waktu pasang maupun surut
selama penelitian tidak jauh berbeda berkisar antara 0,57 m - 1,22m.
Cahaya
matahari mempunyai peranan yang sangat besar terhadap kualitas air. Karena,
penetrasi cahaya dapat mempengaruhi reaksi-reakasi dalam perairan. Kecerahan
merupakan parameter fisika yang berkaitan erat dengan proses fotosintesis pada
ekosistem perairan. Tinggi rendahnya kecerahan menunjukkan daya tembus cahaya
matahari pada perairan. Jika kecerahan tidak baik, maka dapat dikatakan bahwa
suatu perairan tersebut keruh. Kekeruhan memiliki pengaruh yang tinggi terhdap
ikan. Kekeruhan bisa disebabkan oleh plankton, padatan tersuspensi, dan lumpur
pada perairan.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana
pengertian dari kecerahan?
|
Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi kecerahan?
|
Bagaimana
pengaruh kecerahan terhadap tingkah laku ikan?
|
Bagaimana
pengaruh cahaya terhadap warna perairan?
|
Bagaimana
kecerahan dapat mempengaruhi budidaya?
|
TUJUAN PENULISAN
Untuk
memahami pengertian dari kecerahan.
|
Untuk
memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kecerahan.
|
Untuk
memahami pengaruh kecerahan terhadap tingkah laku ikan.
|
Untuk
memahami pengaruh cahaya terhadap warna perairan.
|
Untuk
memahami pengaruh kecerahan terhadap budidaya.
|
MANFAAT PENULISAN
Agar
mahasiswa dapat memahami pengertian dari kecerahan.
|
Agar
mahasiswa dapat memahami factor-faktor yang mempengaruhi kecerahan.
|
Agar
mahasiswa dapat memahami pengaruh kecerahan terhadap tingkah laku ikan.
|
Agar
mahasiswa dapat memahami pengaruh cahaya tarhadap warna perairan.
|
Agar
mahasiswa dapat memahami pengaruh kecerahan terhadap budidaya.
|
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN KECERAHAN
Menurut
Susiana et al. (2013), kecerahan
merupakan salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup kima karena hal ini berkaitan erat dengan kehidupan simbion
kima yaitu zooxanthella yang membutuhkan cahaya matahari untuk proses
fotosintesis. Kemudian, diperjelas oleh Romimohtarto et al., (1987) dalam Niartiningsih
(2012) dalam Susiana et al. (2013), yang mengatakan bahwa zooxanthella membutuhkan
cahaya untuk berlangsungnya proses fotositesis sehingga
kima membutuhkan perairan yang dangkal dan jernih. Variabel ini memberikan
pengaruh secara langsung terhadap kelimpahan kima dari hasil analisis korelasi.
Kecerahan
perairan dimana kima hidup umumnya mencapai dasar perairan. Sinar matahari
sangat penting untuk bisa terjadi
fotosintesis simbionnya yang akan menghasilkan oksigen untuk digunakan kima
(Rosewater et al., dalam Niartiningsih et al., 2013 dalam Susiana et al., 2).
Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan cahaya untuk
menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami kecerahan
sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas fotosintesis. Kecerahan
merupakan factor pnting bagi proses fotosintesis dan produksi primer dalam
suatu perairan. Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan
merupakan ukuran transparasi perairan, yang ditentukan secara visual dengan
menggunakan Secchi disk (Effendi, 2000 dalam Nuriya, 2010).
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KECERAHAN
Kecerahan
air memberikan petunjuk tentang daya tembus atau penetrasi cahaya ke dalam air
laut. Tingkat kecerahan perairan dapat menunjukkan sampai sejauh mana penetrasi
cahaya matahari menembus kolom perairan. Tingkat kecerahan sangat dipengaruhi
oleh kekeruhan perairan. Semakin tinggi kekeruhan periaran, maka akan semakin
rendah penetrasi cahaya yang menembus kolom air, sehingga tingkat kecerahan
semakin rendah (Mujito et al., 1997 dalam Nuriya et al., 2010).
Menurut
Zulfiah dan Aisyah (2013), nilai kecerahan yang relative tinggi dijumpai
dibagian perairan yang bebas dari tanaman air dan kegiatan budidaya. Nilai
kecerahan tergantung dengan keadaan cuaca, waktu pengukuran, warna air,
kekeruhan dan padatan tersuspensi yang didalam perairan. Kecerahan suatu perairan
ditentukan oleh adanya kandungan bahan organic yang ada di dalamnya. Semakin
tinggi kandungan bahan organic menyebabkan nilai kecerahan semakin berkurang.
Menurut
Welch (1952) dalam Zulfiah dan Aisyah (2013), kedalaman menentukan seberapan
dalam cahaya matahari dapat menembus lapisan air. Cahaya matahari dalam suatu
perairan sangat penting dalam membantu proses fotosintesis dapat meningkatkan
kandungan oksigen terlarut.
Menurut
Kusumaningtyas et al. (2014), Jika dibandingkan dengan baku mutu berdasarkan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004, maka kecerahan di
stasiun 19, 20, 21, 31, 32 dan 33 secara umum kurang baik bagi pertumbuhan
biota (terutama karang dan lamun). Stasiun 19, 20 dan 21 terletak dekat teluk
yang menjadi muara beberapa sungai, salah satunya Sungai Binjai yang merupakan
sungai terbesar di lokasi survei (muara Binjai), sehingga rendahnya kecerahan
di stasiun 19, 20 dan 21 dapat terjadi karena pengaruh masuknya muatan yang
terbawa melalui aliran sungai. Sedangkan rendahnya kecerahan di stasiun 31, 32
dan 33 dapat disebabkan karena adanya pengaruh kegiatan antropogenik, seperti
limbah padat yang dibuang langsung ke perairan karena lokasi tersebut dekat
dengan permukiman penduduk Pulau Sedanau. Limbah yang dibuang ke perairan
tersebut terbawa oleh arus sehingga dapat menyebabkan kekekeruhan dan mengakibatkan
kecerahan menjadi rendah.
Menurut
Kordi dan Tancung (2007) dalam Mas’ud (2014), kekeruhan yang baik adalah
kekeruhan yang disebabkan oleh jasad-jasad renik atau plankton. Adapun tingkat
kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan adalah 30-40 cm yang di ukur dengan
menggunakan secchi disk. Apabila kedalaman kurang dari 25 cm, maka pergantian
air harus cepat dilakukan sebelum fitoplankton mati berurutan yang diikuti
penurunan oksigen terlarut secara drastis. Kisaran kecerahan yang disukai oleh ikan
nila adalah 20-35 cm.
PENGARUH INTENSISTAS
CAHAYA TERHADAP TINGKAH LAKU IKAN
Intensitas
cahaya pada perairan mempengaruhi tingkah laku ikan. Gerak taksis ikan yang
disebabkan oleh cahaya disebut dengan fototaksis. Fototaksis dibedakan menjadi
2, yaitu fototaksis positif dan fototaksis negatif. Menurut Setiawan et al.
(2015) faktor-faktor yang mempengaruhi fototaksis pada ikan dibedakan menjadi
2, yaitu:
FAKTOR INTERNAL
Jenis
kelamin, beberapa ikan betina bersifat fototaksis negatif ketika mtang gonad,
sedangkan untuk ikan jantan pada jenis yang sama akan bersifat fototaksis
positif ketika matang gonad.
|
Penuh
atau tidak penuhnya perut ikan, ikan yang sedang lapar lebih bersifat
fototaksis positif daripada ikan yang kenyang.
|
FAKTOR EKSTERNAL
Suhu
air, ikan akan mempunyai sifat fototaksis yang kuat ketika berada pada
lingkungan dengan suhu air yang optimal (sekitar 28ºC).
|
Tingkat
cahaya lingkungan, kondisi diwaktu siang hari atau pada saat bulan purnama
akan mengurangi sifat fototaksis pada ikan.
|
Intensitas
dan warna sumber cahaya, jenis ikan yang berbeda akan berbeda juga cara
merespon intensitas dan warna cahaya yang diberikan.
|
Ada
atau tidaknya makanan, ada beberapa jenis ikan akan bersifat fototaksis
apabila terdapat makanan, sedangkan jenis ikan yang lain akan berkurang sifat
fototaksisnya.
|
Kehadiran
predator akan mengurangi sifat fototaksis pada ikan.
|
Menurut
Nicol (1963) dalam Setiawan et al. (2015), bahwa tidak semua cahaya dapat
diterima oleh mata ikan. Cahaya yang dapat diterima oleh mata ikan memiliki
panjang gelombang pada interval 400-750 μm. Penetrasi cahaya dalam air sangat
erat hubungannya dengan panjang gelombangnya yang dipancarkan oleh cahaya
tersebut. Semakin besar panjang gelombangnya mak semakin keil daya tembusnya
kedalam perairan.
PENGARUH CAHAYA
TERHADAP WARNA PERAIRAN
Cahaya
matahari merupakan gabungan cahaya dengan panjang gelombang dan spectrum warna
yang berbeda-beda (Sears, 1949: Nybakken, 2998: Alpen, 1990 dalam Setiawan et
al., 2015). Bagian bagian yang berbeda spectrum tampak menimbulkan warna yang
berbeda. Panjang gelombang untuk warna-warna yang berbeda jiga berbeda. Dengan
demikian, terciptalah kegelapan wana cahaya matahari di lautan secara
berlapis-lapis, yang disebabkan air menyerap warna pada kedalamam yang
berbeda-beda. Kegelapan di laut dalam semakin bertambah seiring kedalaman laut,
hingga didominasi kegelapan pekat yang dimulai dari kedalaman lebih dari 200
meter (Setiawan et al., 2015).
PENGARUH KECERAHAN
TERHADAP BUDIDAYA
Menurut
Suwandi et al. (2011), terdapat perbedaan tingkat dissolved oxygen (DO) yang
signifikan antara simulasi gelap dan non simulasi gelap. Sedangkan penambahan
cahaya tidak memberikan pengaruh yang signifikan dan juga nilai DO rata-rata
menurun seiring bertambahnya waktu. Untuk parameter suhu terdapat perbedaan
ingkat suhu media air yang signifikan antara simulasi ternag dengan non
simulasi gelap. Perbedaan tingkat pH media air yang signifikan terjadi antara
simulasi terang dengan simulasi gelap, nilai pH mengalami peurunan pada jam
ke-1 dan ke-2. Penurunan pH disebabkan karena terjadinya peningkatan kadar CO2
bebas akibat proses respirasi perlakuan. Perbedaan nilai karbondioksida (CO2)
media air yang signifikan terjadi antara simulasi ternag dengan non simulasi
terang, dan juga terdapat perbedaan nilai karbondioksida (CO2) yang signifikan
berdasarkan lama perlakuan. Konsentrasi total amoniak nitrogen rata-rata
meningkat seiring bertambahnya waktu. Konsentrasi amoniak tertinggi terdapat
pada jam ke-6 pada semua perlakuan.
Menurut
Barus (2002) dalam Utami et al. (2012), usaha budidaya ikan pada saat ini
terlihat semakin banyak dilaksanakan dengan baik secara intensif maupun
ekstensif. Salah satu factor pendukung dalam keberhasilan usaha budidaya ikan
adalah ketersediaan pakan, baik pakan alami maupun pakan buatan. Pakan alami
dapat berupa fitoplankton merupakan produsen untuk berbagai organisme air.
Dengan adanya klorofil, fitoplankton mampu melakukan fotosintesis. Proses
fotosintesis pada suatu ekosistem perairan yang dilakukan oleh fitoplankton
(produsen), merupakan sumber protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral
bagi kelompok organisme air lainnya yang berperan sebagai kosumen, dimulai
dengan zooplankton dan diikuti oleh kelompok organism lainnya yang membentuk
rantai makanan.
Menurut
Sachlan (1982) dalam Utami et al. (2012), sel Chlorella sp. Memiliki tingkat
reproduksi yang tinggi, setiap sel Chlorella sp. Mamppu berkembang menjadi
10.000 sel dalam waktu 24 jam. Chlorella sp. Dapat dibudidayakan dengan
menggunakan pupuk buatan, atau pupuk kimia formulasi: beneck, PHM, EDTA, dan
urea (Priyadi et al., 1992 dalam Utami et al., 2012). Selain itu, pupuk organic
cair komersil yang telah digunakan pada budidaya Chlorella sp. diantaranya
produk NASA, Fertisim, Gemari, dan Superfarm.
Faktor
penting dalam mengkultur pakan alami Chlorella sp. Adalah intensitas cahaya
(Fulk dan Main, 1991 dalam Utami et al., 2012). Cahaya diperlukan dalam proses
fotosintesis sebgai sumber energy karena fotosintesis terdiri atas reaksi gelap
dan terang (fotoperiod) dengan proses kimia dan fotokimia. Dalam fotoperiod
diketahui bahwa yang terpenting bukanlah intesitas cahaya melainkan lama ada
cahaya (bukan hanya sinar matahari), kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan mikroalga
akan lama penyinaran ini dapta dimnipulasi (diperpanjang atau dipersingkat) dan
biasa disebut juga siklus gelap terang. Penambahan lama penyinaran dapat
dilakukan dengan menggunakan lampu listrik yang spectrum cahayanya semirip
mungkin engan cahaya matahari, secara sederhana dapat digunakan sebagian sumber
cahaya alternatifseperti yang diterima tanaman di alam bebas (Lakitan, 1994
dalam Utami et al., 2012).
Biasanya
kultur alga yang dilakukan di laboratorium, lampu TL 40 watt dapat digunakan
sebagai pengganti sinar matahari, dimana prioditas cahaya yng berlangsung
memenuhi syarat untuk berlangsungnya proses fotosintesis (Mustafa dalam
Sumampow, 1993 dalam Utami et al., 2012). Lampu TL memberikan cahaya yang
merata ke seluruh wadah budidaya seperti akuarium (Hiscock, 2003 dalam Utami et
al., 2012). Siklus gelap terang menggunakan lampu uga dapat menghemat listrik
dalam kultur Chlorella sp. apabila siklus gelap berhasil diterapkan dalam
penilitian ini.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kecerahan
adalah kemampuan cahaya matahari dalam menembus suatu lapisan perairan. Menurut
Kordi dan Tancung (2007) dalam Mas’ud (2014), tingkat kecerahan yang baik untuk
kehidupan ikan adalah 30-40 cm. Tingkat kecerahan dipengaruhi oleh keadaan
cuaca, waktu pengukuran, warna air, kekeruhan dan padatan tersuspensi yang
didalam perairan serta kandungan bahan organic yang ada di dalamnya. Intensitas
cahaya pada perairan mempengaruhi tingkah laku ikan. Gerak taksis ikan yang
disebabkan oleh cahaya disebut dengan fototaksis. Fototaksis dibedakan menjadi
2, yaitu fototaksis positif dan fototaksis negatif. Menurut Setiawan et al.
(2015) faktor-faktor yang mempengaruhi fototaksis pada ikan dibedakan menjadi
2, yaitu faktor internal berupa jenis kelamin dan penuh atau tidak penuhnya
perut ikan. Kemudian, faktor eksternal berupa suhu air, tingkat cahaya
lingkungan, intensitas dan warna sumber cahaya, ada atau tidaknya makanan, dan
kehadiran predator. Cahaya matahari dapat mempengaruhi warna perairan, karena
cahaya matahari memiliki panjang gelombang dan spectrum warna yang berbeda. Hal
ini, menyebabkan warna yang dipantulkan akan berbeda-beda. Dalam kegiatan
budidaya hal yang sangat penting adalah ketersediaan pakan. Pakan dalam usaha
budidaya dapat berupa pakan alami dan buatan. Pakan alami sendiri dapat berupa
fitoplankton. Sebagai contoh adalah Chlorella sp. yang dapat berkembang biak
dengan sangat pesat dengan intensitas cahaya yang memadai.
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Mas’ud,
Faisol. 2014. Pengaruh Kualitas Air terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis
sp.) di Kolam Beton dan Terpal. Grouper Faperik. Universitas Islam Lamongan.
Nuriya,
Halida., Zainul H., Achmad F. S. 2010. Analisis Parameter Fisika Kimia ddi
Perairan Sumenep Bagian Timur dengan menggunakan Citra Landsat TM 5. Jurnal
Kelautan. Universitas Trunojoyo. 3 (2). ISSN:1907-9931
Sari,
T. E. Y dan Usman. 2012. Studi Parameter Fisika dan Kimia Daerah Penangkapan
Ikan perairan Selat Asam Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. 17 (1): 88-100
Setiawan,
Ferdi., Sri R. S., Ageng S. 2015. Analisi Pengaruh Medium Perambatan terhadap
Intensitas Chaya Lcuba (Lampu Celup Bawah Air). Jurnal Rekayasa dan Teknologi
Elektro. Universitas Bandar Lampung: Bandar Lampung
Susiana.,
Andi N., Muh. A. A. 2013. Hunbungan Anatara Kesesuaian Perairan dan Kelimpahan
Kimia (Tridacnidae) di Kepulauan Spermonde. Universitas Hasanudin
Suwandi,
Ruddy., Agoes M. J., Vickar M. 2011. Pengruh Cahaya terhadap Aktivitas
Metabolisme Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada Simulasi Transportasi
Sistem Tertutup. Institut Pertanian Bogor.
Utami,
N.P., Yuniarti M.S., Kiki H. Pertumbuhan Chlorella sp. yang Dikultur pada
Perioditas Cahaya yang berbeda. Jurnal Perikanan dan Kelautan. UNPAD. 3 (3):
237-244
Zulfiah,
N dan Aisyah. 2013. Status Trofik Perairan Rawa Pening Ditinjau dari Kandungan
Unsur Hara (NO3 dan PO4) serta Klorofil-a. Pusat Penelitian Pengelolaan
Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan. Pusat Penelitian Pengelolaan
Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan. 5 (3): 189-199
Post a Comment for "Pengaruh Cahaya Terhadap Budidaya Perairan (Limnologi Atau Limnology)"