KLASIFIKASI IKAN BILIS ATAU BILIH
Secara
sistematik, ikan bilih termasuk ke dalam klasisfikasi sebagai berikut (Kartamihardja
dan Sarnita, 2008):
Kingdom
|
: Animalia
|
Kelas
|
: Actinopterygii
|
Ordo
|
: Cypriniformes
|
Famili
|
: Cyprinidae
|
Sub Famili
|
: Cyprininae
|
Genus
|
: Mystacoleucus
|
Species
|
: Mystacoleucus padangensis
|
MORFOLOGI IKAN BILIS ATAU BILIH
Menurut Asmawi. (1986), tanda-tanda Mystacoleucus padangensis antara lain
sebagai berikut:
1)
Sirip punggung mempunyai jari-jari keras
(berduri) yang rebah ke muka, kadangkadang duri ini tertutup oleh sisik sehingga
tidak kelihatan jika tidak diraba. Sirip dubur tidak mempunyai jari-jari keras,
hanya terdapat 8- 9 jari-jari lemah;
2)
Badan bulat panjang dan pipih, tinggi badan
2-3 cm, panjang badan maksimum 11,6 cm;
3)
Sisiknya kecil-kecil dan tipis, terdapat
37-39 baris antara tengah-tengah dasar sirip punggung dan gurat sisi (lateral
line); 4
4)
Tubuh ditutupi oleh sisik yang berwarna
keperak-perakan. Punggung dan ekor bagian sebelah sirip berwarna
kehitam-hitaman.
CIRI-CIRI IKAN BILIS ATAU BILIH
Ikan Bilih merupakan ikan air tawar yang hidup dan bersifat endemik di Danau Singkarak. Panjang ikan Bilih dewasa berkisar antara 58,00-107,00 mm dengan panjang rata-rata 89,00 mm. Berat badan ikan bilih sekitar 3,00-10,50 gr dengan rata-rata 6,80 gr. Tinggi badan rata-rata 18,50 mm dan ekor bertipe “homocercal”. Jari-jari pada sirip punggung, dada, dan perut masing-masing terdiri dari jari-jari keras 1 buah dan jari-jari lemah 8-9 buah. Pada garis sisi (linea literalis) terdapat sisi yang bersifat sikloid sebanyak 35 buah dan di atas garis sisi sebanyak 5 buah. Sisik daerah perut sampai ekor bagian bawah berwarna putih keperakan. Sedangkan sisik diatas garis sisi atau bagian punggung berwarna agak gelap (kecoklatan). Iklan Bilih tidak mempunyai sunggut (Jafnir,1989).
Ikan Bilih merupakan ikan air tawar yang hidup dan bersifat endemik di Danau Singkarak. Panjang ikan Bilih dewasa berkisar antara 58,00-107,00 mm dengan panjang rata-rata 89,00 mm. Berat badan ikan bilih sekitar 3,00-10,50 gr dengan rata-rata 6,80 gr. Tinggi badan rata-rata 18,50 mm dan ekor bertipe “homocercal”. Jari-jari pada sirip punggung, dada, dan perut masing-masing terdiri dari jari-jari keras 1 buah dan jari-jari lemah 8-9 buah. Pada garis sisi (linea literalis) terdapat sisi yang bersifat sikloid sebanyak 35 buah dan di atas garis sisi sebanyak 5 buah. Sisik daerah perut sampai ekor bagian bawah berwarna putih keperakan. Sedangkan sisik diatas garis sisi atau bagian punggung berwarna agak gelap (kecoklatan). Iklan Bilih tidak mempunyai sunggut (Jafnir,1989).
REPRODUKSI IKAN BILIS ATAU BILIH
Ikan bilih melakukan reproduksi atau
pemijahan dengan cara menyongsong aliran air di 8 sungai yang bermuara di
danau. Induk jantan dan betina berupaya ke arah sungai dengan kecepatan arus
air ke arah sungai berkisar antara 0,3-0,6 m/detik dan dangkal dengan kedalama
air antara 10-20 cm. Habitat pemijahan ikan bilih adalah perairan sungai yang
jernih dengan suhu air relatif rendah, berkisar antara 24,0-26,0°C, dan dasar
sungai yang berbatu kerikil dan atau pasir. Dalam hal ini, faktor lingkungan
yang mempengaruhi pemijahan ikan bilih adalah arus air dan substrat dasar. Ikan
bilih menuju ke daerah pemijahan menggunakan orientasi visual dan insting.
Sesampainya di habitat pemijahan tersebut, ikan bilih betina melepaskan telur
dan bersamaan dengan itu juga ikan jantan melepaskan sperma untuk membuahi
telur tersebut. Telur ikan bilih yang telah dibuahi berwarna transparan dan
tenggelam berada di dasar sungai untuk kemudian hanyut terbawa arus air masuk
ke danau. (Kartamihardja, E.S dan Sarnita, A.S, 2008).
Telur-telur tersebut akan menetas di danau
sekitar 19 jam setelah dibuahi pada suhu air antara 27,0-28,0°C dan larvanya
berkembang di danau menjadi dewasa. Populasi ikan bilih memijah setiap hari
sepanjang tahun, mulai dari sore hari sampai dengan pagi hari. Puncak pemijahan
ikan bilih terjadi pada pagi hari mulai jam 5.00 sampai 9.00, seperti
diperlihatkan dengan banyaknya telur yang dilepaskan. Pemijahan ikan bersifat
parsial, yakni telur yang telah matang kelamin tidak dikeluarkan sekaligus
tetapi hanya sebagian saja dalam satu periode pemijahannya. Jumlah telur yang
dikeluarkan (fekunditas) ikan bilih berkisar antara 3.654-14.561 butir telur
dengan rata-rata 7.580 butir per induk. (Kartamihardja, E.S., 2009).
HABITAT IKAN BILIS ATAU BILIH
Menurut Kartamihardja, E.S., (2009), ikan
bilih pada umumnya ditangkap di daerah sekitar muara-muara sungai, misalnya:
sungai Sipiso-piso (Tongging), sungai Naborsahan (Ajibata), sungai Sisodang
(Tomok), sungai Simangira dan sungai Silang (Bakara), sungai di Hatinggian
(Balige) dan sungai di daerah Silalahi II.
Menurut Kartamihardja, E.S. (2009), ada
beberapa alasan mengapa ikan bilih hidup, tumbuh dan berkembang pesat di Danau
Toba, yaitu karena: 1. Di danau toba tersedia makanan ikan bilih yang berupa
pankton, detritus dan sisa pakan dari budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) yang
cukup melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal oleh ikan lain, 2. Ikan
bilih termasuk ikan benthopelogis, yaitu jenis ikan yang dapat memanfaatkan
jenis makanan yang berada di dasar perairan (benthic) maupun di lapisan tengah
dan permukaan air (pelagic). 3. Ikan bilih tidak berkompetisi makanan dan ruang
dengan ikan lain di danau Toba seperti ikan mujair, mas, nila dan lainnya. 9 4.
Menggantikan ikan pora-pora yang populasinya sudah menurun/tidak tertangkap lagi
sejak 1990. 5. Tempat hidup ikan bilih 10 kali lebih luas dibanding di Danau
Singkarak. 6. Tempat pemijahan ikan bilih yang berupa sungai yang masuk ke
Danau Toba (191 sungai) 30 kali lebih banyak dari sungai yang masuk ke Danau
Singkarak (6 sungai).
MANFAAT IKAN BILIS ATAU BILIH
Ikan
bilih merupakan makanan dengan sumber protein yang tinggi memiliki rasa yang enak
dan biasa dimasak dengan tepung.
PERAN IKAN BILIS ATAU BILIH DI PERAIRAN
Ikan
Bilih memiliki peran yaitu sebagai sumber makanan bagi ikan predator di perairan.
Di
danau toba tersedia makanan ikan bilih yang berupa pankton, detritus dan sisa
pakan dari budidaya Keramba Jaring Apung (KJA).
TINGKAH
LAKU IKAN BILIS ATAU BILIH
Terkadang mencari makan di daerah Keramba Jaring Apung
(KJA).
PENULIS
Andrie Budi Setya Sasongko
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery Purnomo Aji Sutrisno
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Asmawi, S. 1986. Pemeliharaan Ikan dalam
Keramba. Jakarta: Gramedia.
Darti S.L dan Iwan, D. 2006. Penyakit Ikan
Hias. Penebar Swadaya. Jakarta
Ditjenkan Budidaya (2004), Prosiding
Pertemuan Teknis Budidaya, Jakarta. Divisi Pengembangan Rumput Laut Seaweed,
UNDIP, (2007)
Jafnir, Harun, J., Marusin, N., Hamru dan
Salsabila, A. 1989. Biologi Ikan Bilih Danau Singkarak. Laporan Penelitian.
Departemen Pendidikan dan Budaya. FIPIA Universitas Andalas
Kartamihardja, E.S dan Sarnita, A., 2008.
Populasi Ikan Bilih di Danau Toba. Jakarta: Pusat Riset Perikanan Tangkap,
Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Kartamihardja, E.S dan Sarnita, A.S, 2008.
Populasi Ikan Bilih di Danau Toba. Pusat Riset Perikanan Tangkap, Badan Riset
Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Suyanto SR. 1986. Budidaya
Ikan Lele. Penebar Swadaya., Jakarta.
Post a Comment for "Ikan Bilis Atau Bilih; Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll"