Dokun/Wader/Seluang (Puntius lasteriga) termasuk salah satu jenis
ikan hias air tawar yang dapat dipelihara dalam akuarium. Ikan ini kadang -
kadang disebut juga Kapiau. Daerah penyebarannya bisa dijumpai di perairan
sungai di kawasan Muangthai dan semenanjung Malaya (Malaysia). Sedangkan di
Indonesia terdapat di perairan sungai di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.
KLASIFIKASI IKAN
DOKUN, WADER, ATAU SELUANG
Menurut Valenciennes (1842) klasifikasi
ikan dokun sebagai berikut :
Kingdom
|
: Animalia
|
Phylum
|
: Chordata
|
Class
|
: Actinopterygii
|
Ordo
|
: Cypriniformes
|
Familiy
|
: Cyprinidae
|
Genus
|
: Puntius
|
Species
|
: Puntius lasteriga
|
HABITAT IKAN DOKUN, WADER, ATAU SELUANG
Di alam, ikan ini menghuni sungai-sungai
kecil, terutama yang jernih dan berbatu-batu di dasarnya, dan sering pula
didapati di bawah jeram. Ikan dokun memangsa serangga air, cacing,
krustasea(udang dan ketam), serta bagian-bagian tumbuhan. Dokun diketahui
menyebar luas di Jawa, Sumatra dan pulau-pulau di sekitarnya (Singkep, Bangka,
Belitung), Semenanjung Malaya, dan Thailand. Juga terdapat di Kalimantan.
FISIOLOGI IKAN DOKUN, WADER, ATAU SELUANG
Fisiologi ikan mencakup proses
osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi, bioenergetik dan metabolisme,
pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin dan reproduksi
(Fujaya,1999).
Stickney (1979) menyatakan salah satu
penyesuaian ikan terhadap lingkungan ialah pengaturan keseimbangan air dan
garam dalam jaringan tubuhnya, karena sebagian hewan vertebrata air mengandung
garam dengan konsentrasi yang berbeda dari media lingkungannya. Ikan harus
mengatur tekanan osmotiknya untuk memelihara keseimbangan cairan tubuhnya
setiap waktu.
MORFOLOGI IKAN DOKUN, WADER, ATAU SELUANG
Ikan yang bertubuh kecil sampai sedang,
panjang tubuh keseluruhan dapat mencapai sekitar 20 cm. Jenis ini ditandai
dengan terdapatnya dua pita (gelap) vertikal di pertengahan tubuh bagian depan,
dan sebuah garis memanjang /horizontal di bagian belakang. Di atas pangkal
sirip dubur terdapat bercak kecil berwarna hitam, yang kadang-kadang samar
warnanya. Begitu pula warna hitam di ujung sirip dubur. Pola warna ini
bervariasi menurut wilayah sebarannya dan umur ikan. Jari-jari lemah pada sirip
punggung (dorsal) 8 buah, pada sirip dubur (anal) 5 buah, pada sirip perut
(ventral) 8 buah, dan pada sirip dada (pectoral) 14-16 buah. Sisik-sisik di
muka sirip punggung (predorsal scales) 7-8 buah, sisik-sisik pada gurat sisi
(linea lateralis) 22-24 buah, sisik-sisik yang melingkari batang ekor
(peduncle/ circumpeduncular scales) 12buah.
CIRI-CIRI IKAN DOKUN, WADER, ATAU SELUANG
Ikan dokun merupakan salah satu ikan
akuarium yang diperdagangkan secara komersial antar negara. Secara tradisional
di Indonesia, ikan ini dikenal sebagai ikan konsumsi (sebagai wader
atauseluang) yang penting secara lokal; terutama karena rasanya yang istimewa.
Dokun yang berukuran kecil bersifat toleran dan dapat dipelihara dalam akuarium
bersama dengan jenis-jenis ikan yang lain. Setelah besar, lebih dari 6 cm, ikan
ini menjadi agresif, sehingga tak dapat dipelihara bersama ikan-ikan yang lebih
kecil. Akuarium tempat memelihara dokun sebaiknya diberi dasar berupa pasir
halus, dan ditanami dengan beberapa tanaman air. Dokun dapat memijah di
akuarium. Untuk itu, pasangan yang siap memijah ditempatkan di dalam akuarium
khusus yang dilengkapi dengan tanaman air sebagai tempatnya memijah. Proses
memijah dapat berlangsung antara 1–2 jam; dan telur-telur akan mulai menetas
satu dua harikemudian.
REPRODUKSI IKAN DOKUN, WADER, ATAU SELUANG
Mengembangbiakan dokun sebenarnya tidak
terlalu sulit karena ia lebih cepat dan mudah beradaptasi dengan daerah baru di
luar habitatnya serta mudah diternakan dalam akuarium, sepanjang memenuhi
syarat untuknya, inilah sisi keuntungannya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengembangbiakan dokun, antara lain Harus disiapkan akuarium khusus untuk
pemijahan, tidak boleh dicampur dengan jenis ikan hias lainnya. Ukuran akuarium
disesuaikan dengan kebutuhan. Akuarium ini perlu dilengkapi rerumputan air
dengan tujuan agar telur - telur yang dihasilkan nantinya dapat dilekatkan pada
rerumputan tersebut.
Induk jantan/betina yang digunakan adalah
yang sudah matang telur atau siap memijah. Dokun yang berukuran sekitar 7 cm
sudah siap dijadikan induk. kemudian sepasang induk tersebut dimasukkan ke
dalam akuarium yang telah dipersiapkan tadi.
Selang beberapa saat, pasangan ini memperlihatkan bahwa pemijahan akan
segera berlangsung. tanda - tandanya dimulai dari ikan jantan yang selalu
mengejar si betina. Pengejaran ini tidak bertujuan untuk menyerang, melainkan
untuk bulan madu (honey moon). Dengan penuh semangat dan gairah si jantan
mendesak sang betina ke arah tanaman air yang dianggapnya cukup aman untuk
melakukan pemanasan (fore play) dan ini dikerjakan/dilakukan terus - menerus.
Permainan cinta berakhir ditandai keluarnya telur dari kandungan sang betina.
Sekali keluar mencapai 4 - 5 butir telur. Perlu diketahui bahwa proses
pemijahan ini tidak hanya berlangsung satu atau dua kali saja, akan tetapi bisa
berkali - kali dalam waktu yang cukup panjang, yaitu antara 1 - 2 hari. Setelah
sekitar 1 - 2 hari anda akan menyaksikan telur - telur dokun sudah mulai
menetas. Bentuknya seperti jentik - jentik halus yang melayang - layang dalam
air disekitar tempat penempatan telur (rerumputan). Makanannya masih berasal
dari kantong telur (yolk sac) yang masih tersedia. Selama itu pula benih -
benih ikan belum mampu melakukan gerakan dengan tenaganya sendiri sehingga
pergerakannya hanya mengikuti gerakan air dalam akuarium.
Mengingat sifat dokun yang sewaktu - waktu
dapat muncul sifat agresif dan buasnya, maka sebaiknya induk dokun (jantan dan
betina) segera dipindahkan ke tempat lain setelah telur - telurnya menetas.
Sebab, pada awal kelahiran anaknya sangat riskan/rentan sekali bila tetap
berkumpul dengan kedua induknya. Bisa jadi induk tersebut memangsa dan
menyantap anaknya sendiri.
Setelah berumur 3 hari, anak - anak ikan
sudah mulai bisa berenang dengan dayanya sendiri. Mulai saat itu pula anak ikan
sudah boleh diberikan makanan tambahan berupa infusoria atau artemia.
MANFAAT IKAN DOKUN, WADER, ATAU SELUANG
1. Menurunkan risiko penyakit jantung
Mengonsumsi ikan air tawar baik untuk
kesehatan jantung dan pembuluh darah. Sejumlah penelitian menunjukkan, ikan
jenis ini dapat mengurangi risiko serangan jantung dan stroke. Kandungan lemak
yang rendah, tinggi protein, dan asam lemak omega-3 pada ikan baik untuk
kesehatan jantung.
2. Kesehatan otak
Ikan ini juga menjaga kesehatan otak.
Fungsi otak manusia menurun seiring bertambahnya usia. Konsumsi ikan dapat
menghambat penurunan fungsi otak, terutama bagian emosi dan memori.
3. Mengatasi depresi
Rutin makan ikan jenis ini juga dapat
mengurangi stres dan depresi. Kandungan omega-3 di dalam ikan dapat berperan
sebagai antidepresan.
4. Meningkatkan kualitas tidur
Ikan merupakan salah satu makanan yang
dapat memicu pembentukan vitamin D. Vitamin ini dapat membantu meningkatkan
kualitas tidur dan juga fungsi tubuh terkait vitamin D.
5. Mengurangi risiko penyakit autoimun
Nutrisi dalam ikan air tawar dapat
membantu untuk mengurangi risiko terkena penyakit autoimun seperti diabetes
tipe 1, artritis reumatoid, dan sklerosis multipel.
Manfaat makan ikan air tawar ini bisa
didapatkan dengan rutin mengonsumsinya. Orang dewasa disarankan makan dua porsi
ikan setiap minggunya.
PERAN IKAN DOKUN, WADER, ATAU SELUANG DI PERAIRAN
Dokun/Wader/Seluang (Barbus leteristriga)
termasuk salah satu jenis ikan hias air tawar yang dapat dipelihara dalam
akuarium. Ikan ini kadang - kadang disebut juga Kapiau. Daerah penyebarannya
bisa dijumpai di perairan sungai di kawasan Muangthai dan semenanjung Malaya
(Malaysia). Sedangkan di Indonesia terdapat di perairan sungai di Sumatera,
Kalimantan, dan Jawa.
TINGKAH LAKU IKAN DOKUN, WADER, ATAU SELUANG
Ikan ini dikenal sebagai ikan yang aktif.
Ia hampir tidak pernah kelihatan berhenti berenang, tetapi selalu mondar -
mandir, kesana - kemari. Daerah renangnya (swimming zone) lebih senang dibagian
dasar akuarium. Makanan yang paling digemari adalah jenis yang bergerak,
misalnya jentik - jentik nyamuk, kutu air, atau hewan air lainnya. Aktivitas
renangnya kelihatan lebih menonjol saat lapar (kekurangan makanan). Dalam
kondisi demikian kadang - kadang memperlihatkan sifat yang agresif dan buas,
misalnya dengan seenaknya menyerang dan mengejar ikan jenis lainnya, terutama
yang berukuran sama atau lebih kecil. Padahal ikan ini sebenarnya dikenal
sebagai ikan yang alim (tidak banyak tingkah) dan lebih senang damai dan rukun
dengan jenis ikan hias lainnya. Karena keadaan yang mendesak (seperti
kekurangan makanan), maka dokun memiliki sifat agresif. Itu pun mulai timbul
setelah ia beranjak dewasa, yaitu berukuran sekitar 6 cm.
Oleh sebab itu, selama memelihara dokun
harus selalu diperhatikan jangan sampai kelaparan. Kalau Anda mau mengisi
akuarium lebih dari satu jenis ikan
termasuk Dokun di dalamnya, maka sebaiknya ikan jenis lain tersebut paling
tidak berukuran sama atau lebih besar dari ikan Dokun. Kalau tidak demikian,
dikhawatirkan akan menjadi bulan - bulanan atau mangsa keagresifannya yang
kadangkala muncul.
Karena kebiasannya yang senang mengorek -
ngorek, dianjurkan dasar akuariumnya terbuat dari pasir yang halus sehingga
memudahkan bagi dokun untuk mengorek (mengungkit - ungkit) dan mencari
makanannya. Disamping itu juga untuk menghindari atau mencegah terjadinya luka
- luka pada mulutnya.
PENULIS
Dzikrul Hakim Amrulloh
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery Purnomo Aji Sutrisno
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Cuvier, G. And A. Valenciennes. 1846.
Histoire Naturelle Des Poissons T. Xviii: 27. Paris : Chez F.G. Levrault.
Cuvier. 1829. Helostoma temminkii.
http://www.fishbase.org/ summary/ Helostoma temminkii. html diakses tanggal 1
Janauari 2016 pukul 07.30 WIB.
Effendi,I.2002. Probiotics of Marine
Organisme Disease Protection. Pekanbaru: FPIK. Universitas Riau. 72 hlm.
http://nirwanaaquarium.blogspot.com/2011/05/dokun-barbus-leteristriga
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20191122155900-255-450656/5-manfaat-makan-ikan-air-tawar-untuk-kesehatan
Van Hasselt, J.C. 1823. Uittreksel Uit Een
Brief Van Den Heer J.C. Van Hasselt, aan den Heer C.J. Temminck, geschreven uit
Tjecande, Residentie Bantam, den 29 sten December 1822. Algemeene Kunst- en
Letter-Bode voor het jaar 1923, II deel, No 35, Vrijdag den 16 den Mei: 130-133
Wibisono, S.A. 2014. “Studi Tentang
Bio-Ekologi Ikan Uceng (Nemachellus sp.) di Desa Babatan Kecamatan Wlingi
Kabupaten Blitar”. Skripsi. Malang : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Brawijaya.
Post a Comment for "Ikan Dokun, Wader, Atau Seluang; Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll"