BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
MASALAH
Amonia
(NH3) pada suatu perairan berasal dari urin dan feses yang dihasilkan oleh
ikan. Kandungan amonia ada dalam jumlah yang relatif kecil jika dalam perairan
kandungan oksigen terlarut tinggi. Sehingga kandungan amonia dalam perairan
bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman. Pada dasar perairan
kemungkinan terdapat amonia dalam jumlah yang lebih banyak dibanding perairan
di bagian atasnya karena oksigen terlarut pada bagian dasar relatif lebih
kecil.
Konsentrasi
amonia yang tinggi pada permukaan air akan menyebabkan kematian ikan yang
terdapat pada perairan tersebut. Toksisitas amonia dipengaruhi oleh pH yang
ditunjukkan dengan kondisi pH rendah akan bersifat racun jika jumlah amonia
banyak, sedangkan dengan kondisi pH tinggi hanya dengan jumlah amonia yang
sedikit akan bersifat racun juga. Selain itu, pada saat kandungan oksigen
terlarut tinggi, amonia yang ada dalam jumlah yang relatif kecil sehingga
amonia bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman.
Kadar
amonia pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/liter. Kadar amonia
bebas yang tidak terionisasi pada perairan tawar sebaiknya tidak lebih dari 0,2
mg/liter. Jika kadar amonia bebas lebih dari 0,2 mg/liter, perairan bersifat
toksik bagi beberapa jenis ikan. Kadar amonia yang tinggi dapat merupakan
indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik,
industri, dan limpasan pupuk pertanian. Kadar amonia yang tinggi juga dapat
ditemukan pada dasar danau yang mengalami kondisi tanpa oksigen atau anoxic.
RUMUSAN MASALAH
Apa
pengertian dari amonia?
|
Apa
saja pengaruh amonia terhadap budidaya ikan?
|
Berapa
kadar optimal amonia dalam kolam/ perairan tawar?
|
Bagaimana
mengatasi kadar amonia yang berlebihan?
|
Apa
saja pengaruh parameter lain terhadap nilai amonia?
|
Bagaimana
cara pengukuran kadar amonia?
|
Apa
saja sumber-sumber amonia dalam perairan?
|
TUJUAN PENULISAN
Mengetahui
pengertian dari amonia.
|
Mengetahui
pengaruh amonia terhadap budidaya ikan.
|
Mengetahui
kadar optimal amonia dalam kolam/ perairan tawar.
|
Mengetahui
mengatasi kadar amonia yang berlebihan.
|
Mengetahui
pengaruh parameter lain terhadap nilai amonia.
|
Mengetahui
cara pengukuran kadar amonia.
|
Mengetahui
sumber-sumber amonia dalam perairan.
|
MANFAAT
Manfaat
dari makalah pengaruh Ammoniak terhadap Pertumbuhan ikan atau udang yaitu untuk
mengetahui dan memberikan informasi kepada masyarakat dan lembaga terkait
mengenai kadar optimum untuk pertumbuhan ikan dan udang, juga mengetahui cara
mengatasi amonia yang berlebihan didalam kolam budidaya.
BAB II
LANDASAN TEORI
Sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan budidaya organisme
akuatik terutama budidaya ikan mulai beralih dari sistem tradisional ke sistem
intensif. Budidaya perikanan intensif yang menggunakan padat penebaran dan
dosis pakan yang tinggi, berakibat pada cepat menurunnya kualitas air budidaya
karena tingginya buangan metabolit dan sisa pakan. Dekomposisi metabolit dan
sisa pakan menghasilkan produk sampingan yang sangat toksik yaitu amoniak. Sistem budidaya resirkulasi tertutup termasuk
sistem budidaya intensif. Sistem ini memanfaatkan ulang air yang sudah
digunakan dengan meresirkulasinya melewati sebuah filter, sehingga sistem ini
bersifat hemat air Filter di dalam sistem ini berfungsi mekanis untuk
menjernihkan air dan berfungsi biologis untuk menetralisasi senyawa amoniak
yang toksik menjadi senyawa nitrat yang kurang toksik dalam suatu proses yang
disebut nitrifikasi. Berhasil tidaknya budidaya ikan di dalam sistem
resirkulasi tertutup sangat ditentukan oleh baik tidaknya fungsi nitrifikasi di
dalam sistem tersebut. Banyak faktor
yang mempengaruhi laju nitrifikasi di dalam sistem resirkulasi tertutup,
diantaranya adalah besarnya buangan metabolit dan sisa pakan. Mengingat bahwa
besarnya buangan metabolit dan sisa pakan sangat dipengaruhi padat penebaran
ikan yang dipelihara, maka penelitian ini mencoba mengamati pengaruh padat
penebaran tersebut terhadap laju nitrifikasi di dalam budidaya ikan sistem
resirkulasi tertutup (Sidiq,2012).
BAB III
PEMBAHASAN
PENGERTIAN AMONIAK
Amonia
merupakan hasil katabolisme protein yang diekskresikan oleh organisme dan
merupakan salah satu hasil dari penguraian zat organik oleh bakteri. Amonia
(NH4), merupakan bahan yang bersifat beracun bagi ikan apabila konsentrasinya
> 0,2 ppm, amoniak diperlukan dalam perairan untuk diubah menjadi nitrat
dengan proses nitrifikasi oleh bakteri. Nitrat didalam perairan sangat
dibutuhkan karena organisme air
memerlukannya Amoniak terdiri dari dua
bentuk yaitu ammonium (NH4+) dan amoniak tidak terionisasi (NH3). Jumlah total
kedua fraksi tersebut biasa disebut total amoniak.
Pada
proses nitrifikasi diperlukan bakteri bakteri Nitrosomonas, yang mengubah
Amonia menjadi Nitrit, Nitrit ini kemudian diubah menjadi Nitrat oleh bakteri
Nitrobacter, sehingga tanaman kemudian dapat mengkonsumsi nitrat untuk tumbuh,
dengan demikian amonia yang dihasilkan ikan akan habis dengan adanya proses
bakterial dan penyerapan nitrat oleh tanaman.
PENGARUH AMONIAK
TERHADAP BUDIDAYA IKAN
Toksisitas
amoniak terhadap hewan akuatik sangat tergantung pada pH, suhu dan salinitas.
Pada saat pH tinggi maka persamaan di atas akan bergerak ke arah kiri atau
dengan kata lain kadar NH3 akan naik, begitu pula sebaliknya. Pada saat kadar
amoniak dalam air tinggi maka kemampuan ikan untuk mengekskresikan amoniaknya
berkurang. Hal tersebut menyebabkan naiknya kadar amoniak dalam darah maupun
jaringan tubuh. Hal itu akan meningkatkan kadar pH darah dan memiliki efek yang
merugikan pada reaksi berbagi enzim dan stabilitas membran.
Efek
negatif amoniak dalam bagi hewan budidaya yaitu :
Kerusakan
insang dan mengurangi kemampuan darah
mengangkut oksigen.
|
Penurunan
oksigen terlarut akibat kebutuhan bakteri terhadap oksigen terlarut untuk
proses dekomposisi dan oksidasi meningkat.
|
Menganggu
pertumbuhan ikan yang dipelihara.
|
Menyebabkan
efek toksik sehingga dapat mematikan organisme perairan melalui pengaruhnya
terhadap permeabilitas sel.
|
Mengurangi
konsentrasi ion dalam tubuh.
|
Efek
positif amoniak dalam bagi hewan budidaya yaitu, Amonia sangat penting dalam
budidaya, amonia dalam bentuk amonium dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan air
melalui proses asimilasi dan digunakan sebagai sumber energi oleh
mikroorganisme nitrifikasi dalam oksidasi amonia menjadi NO2 kemudian
dilanjutkan menjadi NO3. Nitrat selanjutnya dapat diserap oleh tumbuhan air.
KADAR OPTIMAL AMONIAK
DALAM PERAIRAN
Kadar
optimal amonia dalam perairan adalah > 0,2 ppm. Kadar 0 - 0,5 mg/l merupakan
batas maksimum yang lazim dianggap sebagai batas untuk menyatakan bahan air itu
“unpolluted”. Ikan masih dapat hidup pada air yang mengandung N 2 mg/l, batas
letal akan tercapai pada kadar 5 mg/l. Nitrit adalah bentuk terionisasi dari
asam nitrat (HNO2). Sebagaimana amoniak, nitrit juga sangat beracun bagi hewan
akuatik. Kandungan nitrit dalam kolam ikan berkisar antara 0,5 – 5 mg/L. Nitrit
(NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit di perairan alami,
kadarnya lebih kecil dari pada nitrat karena nitrit bersifat tidak stabil jika
terdapat oksigen kadar optimum nitrat diperairan adalah 0,9 sampai 3,5 ppm.
MENGATASI KADAR
AMONIA YANG BERLEBIHAN
Filter
Untuk
dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas air pada sistem pemeliharaan di
akuarium yaitu dengan penggunaan filter. Filter air tersebut meliputi filter
fisik yang berfungsi memisahkan partikel-partikel tersuspensi (berukuran > 5
mikrometer) dari air dengan cara melewatkan air melalui suatu substrat yang
tepat yang mampu menangkap padatan dalam air sebelum air masuk wadah budidaya.
Filter kimia berfungsi membersihkan molekul-molekul bahan organik terlarut
melalui proses oksidasi atau penyerapan langsung. Filter fisik yang biasa
digunakan antara lain ijuk, filter kimia adalah zeolit dan arang aktif.
Tingginya kadar amonia pada media pemeliharaan dapat diatasi dengan filter
kimia. Salah satu filter kimia yang dapat ditingkatkan untuk perbaikan kualitas
air media pemeliharaan ikan adalah dengan meningkatkan jumlah zeolit. Zeolit
adalah suatu senyawa mineral aluminosilikat yang ditelah dikenal memiliki daya
adsorpsi yang baik. Serta memiliki nilai kemampuan tukar kation) sebesar
200-300 cmolc/100 gram. Terdapat berbagai macam zeolit dan salah satunya adalah
zeolit alam jenis klinoptilolit memiliki afinitas yang tinggi terhadap amoniak
dan telah berhasil digunakan sebagai pembersih amoniak pada sistem akuakultur
air tawar.
Penambahan
zeolit 600 gram memberikan hasil yang terbaik dalam penyerapan amonia. Hal
tersebut dikarenakan semakin banyak jumlah pori-pori kristal zeolit yang
terbuka untuk menyerap serta menukar ion Natrium dan Kalium yang berfungsi
menetralkan racun hasil metabolisme. Dengan bertambahnya jumlah zeolit, maka
penyerapan amonia di dalam air semakin meningkat sehingga kandungan amonia
semakin menurun. Bahwa zeolit sebagai filter kimia dapat digunakan dalam proses
penyerapan gas seperti gas rumah kaca (NH3, CO2, H2S, SO2, SO3 dan NOx), gas
organik (CS2, CH4, CH3CN, CH3OH) serta pirogas dan fraksi etana/etilen,
pemurnian udara bersih mengandung O2, penyerapan gas N2 dari udara sehingga
meningkatkan kemurnian O2 di udara. Penggunaan zeolit sebagai penyerap amonia
memang sangat efektif, sebab proses yang berlangsung tidak tergantung pada suhu
dan pH serta tidak terpengaruh oleh desinfektan dan zat kemoterapik.
Zeolit
merupakan penyerap amonia yang sangat efisien dan juga menyediakan ruang untuk
bakteri nitrifikasi dalam sistem sirkulasi. Zeolit memiliki kemampuan
menghilangkan amonia dari air karena pada struktur pori zeolit terdapat ion
natrium sebagai pengganti ion amonia yang diserap. Struktur kristal zeolit yang
tidak teratur pada permukaan dan luas permukaan yang tinggi membuatnya menjadi
perangkap yang sangat efektif untuk partikulat halus dan ion amonia. Selain itu
media zeolit mikroporous berisi area permukaan besar untuk penjeratan partikel
berukuran koloid. Hal ini menunjukkan bahwa zeolit dapat digunakan sebagai
filter air untuk menurunkan konsentrasi amonia. Selain itu air yang telah
digunakan untuk budidaya tidak berbau sehingga ramah lingkungan. Karena zeolit
memiliki muatan negatif alami yang memberinya kemampuan untuk menyerap kation
dan beberapa kontaminan organik dan bau yang tidak diinginkan, Sehingga zeolit
sangat baik untuk meningkatkan kualitas air dalam pemeliharan ikan.
SISTEM AKUAPONIK
Sistem
akuaponik menjadi salah satu sistem yang dapat mereduksi amonia dengan menyerap
air buangan budidaya dengan menggunakan akar tanaman sehingga amonia yang
terserap mengalami proses oksidasi. Sistem akuaponik merupakan kombinasi sistem
akuakultur dan budidaya tanaman hidroponik. Pada sistem ini, ikan dan tanaman
tumbuh dalam satu sistem terintegrasi dan menciptakan suatu simbiotik antara keduanya.
Prinsip dari akuaponik yaitu memanfaatkan secara terus-menerus air dari
pemeliharaan ikan ke tanaman dan sebaliknya dari tanaman ke pemeliharaan ikan.
Inti dasar dari sistem teknologi ini adalah penyediaan air yang optimum untuk
masing-masing komoditas dengan memanfaatkan sistem resirkulasi.
Sistem
akuaponik ini muncul sebagai jawaban atas adanya permasalahan semakin sulitnya
mendapatkan sumber air yang sesuai untuk budidaya ikan, khususnya di lahan yang
sempit. Sistem akuaponik merupakan salah satu teknologi hemat lahan dan air
yang dapat dikombinasikan dengan berbagai tanaman sayuran. Sistem ini merupakan
sistem terapan hemat lahan dan air dalam budidaya perikanan, sehingga dapat
dijadikan sebagai model perikanan di daerah yang sempit atau kekurangan lahan
seperti di perkotaan atau kompleks perumahan.
FITOREMIDIASI
Salah
satu peyebab kematian udang adalah akumulasi senyawa toksik seperi amonia dan
nitrit. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
menggunakan rumput laut. Rumput laut merupakan komponen autotrof yang melakukan
fotosintesa. Salah satu nutrient yang diperlukan untuk proses fotosintesis
adalah nitrogen. Tumbuhan akuatik mengambil nitrogen dalam bentuk ammonia
maupun nitrat. Jenis tumbuhan tertentu dapat mengoksidasi nitrit menjadi nitrat
untuk kemudian diserap sebagai sumber nitrogen. Nitrogen oleh tumbuhan akuatik
akan digunakan untuk membentuk protein dan enzim yang merupakan bahan penting
untuk melaksanakan proses fisiologis. Keberadaan tanaman akuatik berpengaruh
terhadap kondisi fisika, kimia dan biologis suatu ekosistem perairan. Oleh
karena itu, tanaman akuatik dapat digunakan untuk mengelola ekosistem perairan.
Karena pentingnya tanaman akuatik dalam menentukan fungsi ekosistem perairan,
maka tanaman akuatik sering digunakan untuk rehabilitasi ekosistem perairan.
TEKNIK BIOREMIDASI
Salah
satu upaya alternatif yang terus dikaji dan dikembangkan ialah teknik
bioremediasi, merupakan pendekatan biologis dalam pengelolaan kualitas air
tarnbak dengan memanfaatkan aktivitas bakteri dalam rnerombak bahan organik
dalam sistem perairan budidaya. Beberapa jenis atau kelompok bakteri diketahui
mampu melakukan proses perombakan (dekomposisi) senyawa-senyawa metabolit
toksik, dan dapat dikembangkad sebagai bakteri agen bioremediasi untuk
pengendalian kualitas air. Jenis atau kelompok bakteri tersebut antara lain
bakteri nitrifkasi, bakteri sulfur (pereduksi sulfit), dan bakteri pengoksidasi
amonia. Kelompok atau jenis bakteri tersebut perlu dikondisikan agar lebii aktif
dalam membantu proses perombakan, sehiigga dapat mengeliminasi senyawa-senyawa
toksik tersebut dari dalam sistem perairan tambak. Beberapa produk bakteri agen
bioremediasi hasil penelitian telah dikomersilkan dan diaplikasikan di tambak
pada saat ini, antara lain EM4, StarBIO, Aquazyme dan Super PS.
PENGARUH PARAMETER
KUALITAS AIR LAIN TERHADAP NILAI AMONIAK
Nilai
pH berkisar antara 7,4-8,8, sedangkan kisaran nilai pH yang baik untuk hidup
ikan adalah 6-8. Nilai amonia berbanding lurus dengan nilai pH. Hal tersebut
didukung oleh pernyataan Kordi (2009) yang menyatakan bahwa presentase amonia
dalam perairan akan semakin meningkat seiring meningkatnya pH air. Pada saat pH
tinggi ammonium yang terbentuk tidak terionisasi dan bersifat toksik pada ikan.
Peningkatan nilai pH di perairan disebabkan konsentrasi di dalam perairan
rendah. Gas yang dihasilkan selama proses respirasi tidak dapat terhidrolisa
menjadi hidrogen yang merupakan unsur asam dan bikarbonat yang merupakan unsur
alkali hal tersebut menyebabkan pH meningkat. Ikan tidak dapat mentoleransi
konsentrasi amonia yang terlalu tinggi karena dapat mengganggu proses
pengikatan oksigen oleh darah dan pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian.
nilai pH yang mempengaruhi peningkatan
konsentrasi amonia di perairan yaitu terjadinya peningkatan suhu dan penurunan
oksigen terlarut, namun konsentrasi nilai suhu dan oksigen terlarut pada masa
pemeliharan masih berada pada kisaran normal untuk pertumbuhan dan perkembangan
ikan.
CARA PENGUKURAN KADAR
AMMONIA
Penentuan
kurva kalibrasi dengan cara menyiapkan larutan standar amoniak dengan
konsentrasi 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 ppm, ppm masing – masing 50 ml. Selanjutnya
adalah menambahkan larutan Nessler 1 ml pada masing-masing konsentrasi, di
kocok dan didiamkan selama 10 menit. Kemudian mengamati absorbansi
masing-masing larutan pada panjang gelombang 425 nm, dan membuat kurva
kalibrasi. Pengukuran kadar amoniak dilakukan mengunakan metode Nessler yaitu
sampel sebanyak 50 ml, disaring dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer 100 ml.
Ditambahakan 1 ml larutan Nessler kemudian dikocok dan dibiarkan selama 10
menit. Larutan sampel dimasukkan dalam cuvet, kemudian diukur dengan spektrofotometer.
SUMBER – SUMBER AMONIA DALAM PERAIRAN
Permasalahan
utama pada budidaya perikanan adalah penurunan kualitas air yang disebabkan
oleh tingginya akumulasi limbah budidaya. Penurunan kualitas air pada sistem
budidaya disebabkan oleh padat penebaran dan dosis pakan yang tinggi. Hal
tersebut dapat berakibat pada akumulasi buangan metabolisme dan sisa pakan.
Dekomposisi buangan metabolism dan sisa pakan tersebut akan menghasilkan produk
samping, yaitu amonia.
lingkungan
perairan oleh bahan organik yang umumnya berasal dari limbah industri dan
domestik, yang dalam beberapa tahun terakhiir ini terus meningkat. Pencemaran
pada perairan budidaya selain berasal dari limbah industri clan domestik juga
berasal dari sisa pakan buatan (pelet) dan feces hewan yang dibudidayakan.
Kandungan protein pelet (pakan udang buatan) cukup tinggi, yaitu sekitar 40 %,
sehingga pembusukan (perombakan) pelet akan menghasikan senyawa nitrogen
anorganik berupa N-NH3 / N-N&+ (amonidamonium)yang merupakan salah satu
senyawa toksik bagi udang. Sekitar 90% protein yang terdapat pada tambak
berasal dari pelet, hanya 22% yang dikonversi menjadi biomassa udang dan 7%
dimanfaatkan oleh aktivitas mikroorganisme, sedangkan 14% terakumulasi dalam
sedimen dan 57% tersuspensi pada air tambak.
Diestimasi terjadi akurnulasi senyawa nitrogen organik di tambak udang
jumlahnya sebesar 600 kghdtahun pada tambak yang bcrproduksi 10 ton/ha/th
dengan konversi pakan 1,6. Hal tersebut jelas menunjukkan bahwa semakin banyak
penggunaan pelet akan semakii besar terjadinya akumulasi bahan organik yang dapat
memacu terjadinya proses terbentuknya senyawametabolit toksik di dalam perairan
tambak, sedangkan pemberian pelet akan terus meningkat sejalan dengan
pertumbuhan udang.
Sumber
utama amonia di media budidaya akuatik adalah bahan organik dalam bentuk sisa pakan,
kotoran hewan air maupun dalam bentuk plankton dan bahan organik tersuspensi
(Ahmad et al., 1988). Sebagian besar pakan yang terkonsumsi dirombak menjadi
daging atau jaringan tubuh, sedang sisanya dibuang berupa kotoran padat
(faeces) dan terlarut (amonia). Primavera (1994) dalam Azizah (1997) mengatakan
bahwa kurang lebih 15% pakan tambahan yang diberikan kepada udang tidak
terkonsumsi, sedangkan 20% dari 85% pakan yang terkonsumsi akan terbuang
melalui kotoran. Kotoran padatdan sisa makanan yang tidak termakan adalah bahan organik dengan
kandungan protein tinggi. Bahan organik ini selanjutnya akan diuraikan menjadi
polipeptida, asam asam amino dan akhirnya menjadi amonia sebagai produk akhir.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang diperoleh adalah
Amonia
merupakan hasil katabolisme protein yang diekskresikan oleh organisme dan
merupakan salah satu hasil dari penguraian zat organik oleh bakteri dan
bersifat racun.
|
Pengaruh
amoniak ada 2, negatif dan positif. Pengaruh Positif amonia dalam bentuk
amonium dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh mikroorganisme
nitrifikasi. Pengaruh negatif amonia, menyebabka kerusakan insang, mengurangi
kemampuan darah mengangkut oksigen, menyebabkan efek toksik, mengganggu
pertumbuhan ikan, mengurangi konsentrasi ion dalam tubuh.
|
Kadar
optimal amonia dalam perairan adalah > 0,2 ppm. Kadar 0 - 0,5 mg/l
merupakan batas maksimum yang lazim dianggap sebagai batas untuk menyatakan
bahan air itu “unpolluted”.
|
Cara
memperbaiki kualitas air yaitu filter, sistem akuaponik, fitoremidiasi,
bioremidiasi.
|
Pengaruh
parameter kualitas air lain terhadap amonia, amonia dalam perairan akan
semakin meningkat seiring meningkatnya pH air.
|
Pengukuran
amonia meggunakan larutan nesler dan menggunakan alat spektrofotometer.
|
Sumber
– sumber amonia adalah sisa pakan, kotoran iakn dan hasil metabolisme ikan
lainnya.
|
PENULIS
Muhammad
Khafid Rizal
Vachriza
Dany Riyanto
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
SARAN
Pembahasan
untuk materi “pengaruh amonia dalam budidayaikan/udang” diperlukan pemahaman
yang mendalam dan juga banyak referensi, karena masih banyak berbagai informas
yang selalu mengalami pembaharuan dan belum dikemukakan.
Post a Comment for "Pengaruh Amonia (NH3) Dalam Budidaya Ikan Dan Udang (Limnologi Atau Limnology)"