1.PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Air
merupakan bagian integral dari kehidupan manusia sehari-hari, namun hampir 98% dari
air ini berada di lautan, dan hanya sekitar 45.000 km3 (0,003%) dari air tawar
tersedia untuk minum, kebersihan, pertanian dan industri. Dengan bertambahnya
populasi manusia yang cepat, secara global terdapat kekurangan air tawar dan
kompetisi untuk sumber yang berkurang ini semakin meningkat. Keberadaan air
dapat menjadi masalah apabila air ti-dak tersedia dalam kondisi yang baik dalam
kuanti-tas maupun kualitasnya. Kualitas air perairan diten-tukan oleh beberapa
faktor seperti zat yang terlarut, zat yang tersuspensi, dan makhluk hidup
khususnya jasad renik dalam air (Imamsjah, 2001). Air yang tidak mengandung zat
terlarut tidak baik untuk ke-hidupan, tetapi zat terlarut dinyatakan bersifat
racun jika melebihi standar baku mutu yang telah ditentu-kan (Mahida, 2003).
Menurunnya kualitas perairan disebabkan masuknya sumber polutan ke dalam ba-dan
air, salah satunya logam Fe.
Perairan laut Indonesia selain dimanfaatkan sebagai sarana
perhubungan lokal maupun internasional, juga memiliki sumber daya laut yang
sangat kaya, antara lain sumber daya perikanan, terumbu karang, mangrove, bahan
tambang, dan daerah pesisir pantai dapat dimanfaatkan sebagai wisata yang
menarik (Rengki, 2011).
Di
lihat dari aspek biologi, logam dibagi atas 3 kelompok, yaitu logam ringan,
logam transisional dan logam metalloid. Logam ringan secara normal di
transfor sebagai kation yang mobile
dalam larutan encer, seperti Na, K dan Ca. Logam transisional adalah logam yang
esensial pada konsentrasi rendah, tetapi dapat menjadi toksik pada konsentrasi
tinggi, misal Fe, Cu, Co dan Mg. Metalloid adalah logam yang umumnya tidak di
perlukan untuk aktivitas metabolisme dan toksik terhadap sel pada konsentrasi
yang rendah, misalnya Hg, Pb, Sn, Se dan As.
RUMUSAN MASALAH
Apa
pengertian budidaya perikanan ?
|
Apa
yang di maksud dengan Besi (Fe) ?
|
Sebutkan
jenis-jenis budidaya perikanan !
|
Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi Budidaya perikanan?
|
Apa
pengaruh besi terhadap budidaya perikanan ?
|
TUJUAN
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
Untuk
mengetahui lebih dalam pengertian budidaya perikanan.
|
Untuk
mengetahui pengertian dari Besi (Fe).
|
Untuk
mengetahui jenis-jenis budidaya perikanan.
|
Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi budidaya perikanan.
|
Untuk
mengetahui pengaruh besi terhadap budidaya perikanan.
|
2. PEMBAHASAN
PENGERTIAN BUDIDAYA
PERIKANAN
Ruang lingkup budidaya ikan (Fish Culture) adalah
pengendalian pertumbuhan dan perkembangbiakan yang bertujuan untuk meningkatkan produktifitas
perikanan melalui pemeliharaan dan penambahan sumber-sumber perikanan untuk
mengembangkan produksi perikanan laut dan darat serta memperbaiki manajemen
perikanan. Kegiatan budidaya perikanan merupakan usaha manusia untuk mengelola
faktor-faktor budidaya, hama, dan penyakit organisme budidaya serta dapat
memproduksi organisme yang dibudidayakan (Reksono et al., 2012).
Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara,
membesarkan dan membiakkan ikan dan memanen hasilnya dalam lingkungan yang
terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, menggangkut,
menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan mengawetkannya. Pembangunan
kolam ikan dalam kegiatan pembudidayaan ikan faktor-faktor yang sangat perlu
dikaji dan dievaluasi yang tenang ketersediaan air dalam hal jumlah dan mutu
air, keadaan tanah dan topografi (keadaan muka tanah). Selain faktor tersebut
diatas, perlu dikaji status tanah (apakah milik semdiri atau sewa) jenis ikan
yang akan dibudidayakan, keadaan pasar, ketersediaan tenaga kerja, makanan ikan
serta sarana dan prasarana lainnya seperti jalan (Chakroff,1976 dalam Koten et al.,2015).
PENGERTIAN BESI ( FE)
Besi atau ferrum (Fe)
adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Zat besi
terdapat dimana-mana baik di dalam air maupun di dalam tanah dalam berbagai
bentuk. Zat besi dalam air biasanya terlarut dalam bentuk senyawa atau garam
bikarbonat, garam sulfat, hidroksida dan juga dalam bentuk koloid atau dalam
keadaan bergabung dengan senyawa organik (Purba, 2013)
Besi
merupakan logam berat yang dibutuhkan dimana zat ini dibutuhkan dalam proses
untuk menghasilkan oksidasi enzim cytochrome dan pigmen pernapasan
(haemoglobin). Logam ini akan menjadi racun apabila keadaannya terdapat dalam
konsentrasi di atas normal (Hasbi, 2007).
JENIS-JENIS BUDIDAYA PERIKANAN
Menurut Sukadi (2002), jenis-jenis dari budidaya perikanan adalah sebagai
berikut :
BUDIDAYA AIR TAWAR
Potensi lahan
budidaya kolam yang dapat digunakan untuk pembu-didayaan ikan di kolam tercatat
375.800 ha, dan potensi budidaya mina padi yang dimungkinkan untuk budidaya
ikan bersama padi (mina padi) mencapai 240.000 ha. Jenis-jenis komoditas ikan
air tawar yang dapat dibudidayakan adalah ikan mas, gurame, patin, arwana,
nila, mola, tawes, sepat siam, tambakan, lele, udang galah, sidat, belut, kodok
lembu dan labi-labi. Perkembangan luas areal budidaya kolam selama enam tahun
(1994-2000) mengalami peningkatan rata-rata pertahun sebesar 2,l9Yo yaitu dari 60.892
ha pada tahun 1994 menjadi 68.690 ha pada tahun 2000, karamba/jaing apung
meningkat 53,1106 yaitu dari 15 ha tahun 1994 menjadi 5l ha tahun 2000, mina
padi meningkat 0,440 yaitu dari 138.277 ha tahun 1994 menjadi 141.270 ha tahun
2000. Perkembangan produksi perikan-an budidaya kolam selama enam tahun
(1994-2000) mengalami peningkatan rata-rata pertahun 4,57o/o yaitu 140,10 ribu
ton tahun 1994 menjadi 181,84 ribu ton pada tahun 2000, mina padi meningkat
6,66yo yaitu dari 78,20 ribu ton tahun 1994 menjadi 100,33 ribu ton tahun 2000,
jaring apung meningkat 35,86% yaitu dari 33,01 ribu ton tahun 1994 menjadi
65,50 ribu ton tahun 2000.
BUDIDAYA AIR PAYAU
Potensi lahan untuk
pembudi-dayan di pantai (tambak) sebesar 913.000 ha (Ditjen Perikanan
Budi-daya, 2002). Jenis-jenis komoditas budidaya di tambak masih didominasi
oleh udang windu, sedangkan jenis lain adalah udang lain (non windu) dan
bandeng. Perkembangan luas areal pembudidayaan di pantai (tarnbak) selama enam
tahun (1994-2000) mengalami peningkatan ratarata 4,12%o yaitu dari 326.908 ha
pada tahun 1994 menjadi 4ll.n0 ha pada tahun 2000, sedangkan produksinya
mengalami peningkatan sebesar 4,06yo pertahun yaitu 346,21 ribu ton pada tahun
1994 menjadi430,45 ton pada tahun 2000.
BUDIDAYA LAUT
Pelaksanaan kebijakan
pengem-bangan budidaya laut dirintis sejak diterbitkannya keputusan Presiden RI
No. 23 tahun 1982 dan Keputusan Menteri Pertanian No. 437 pada tahun yang sama
yang mengatur tentang pengembangan usaha budidaya laut. Dalam penerapannya usaha
budidaya laut yang berkembang pesat hanya pada budidaya kerang mutiara, rumput
laut dan kerapu.Potensi lahan dan perairan untuk pengembangan budidaya laut diperki-rakan mencapai sekitar
24.528. 178 ha (Ditjen Perikanan Budidaya, 2002), dengan rencana
pengembangan208.365 ha dengan komoditas kakap, kerapu, tiram mutiara, teripang,
abalone dan rumput laut. Lahan yang bisa digunakan untuk budidaya laut dan
pantai yaitu (a) pantai, (b) pasang surut (intertidat), (c) sublitoral, (d)
kolom permukaan air, (e) mid-water, (f) dasar perairan (sea bed). Peningkatan
produksi selama periode tahvn 1999-2000 meningkat 8,98o/o yaint dari 135,97
ribu ton tahun 1999 menjadi 148,18 ribu ton tahun 2000, sedangkan luas areal
selama periode tahun 1999-2000 mengalami peningkatan 3,74yo yaitu dari 374.000
ha tahun 1999 menjadi 388.000 ha tahun 2000.
FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI BUDIDAYA
Menurut Sukadi
(2002), faktor-faktor yang mempengaruhi budidaya yaitu faktor independen, faktor
manusia dan faktor dependen.
Faktor independen
Faktor independen
adalah faktor-faktor yang umumnya tidak di pengaruhi oleh faktor lain. Faktor
tersebut adalah lingkungan.
Ciri-ciri fisik
lingkungan yang penting bagi pengembangan budidaya perikanan sangat bergantung
kepada ketersediaan dan kecocokan fisik dari areal untuk pengembangan budidaya
perikanan yaitu:
a.
Tersedianya
lahan;
b.
Topografi
dan elevasi lahan;
c.
Sifat-sifat
tanah, teristimewa komposisi, tekstur dan kemampuan menahan air, sifat
oseanografi perairan;
d.
Frekuensi,
jumlahdan disfiibusi hujan;
e.
Mutu,
kuantitas, ketersediaan dan aksesibilitas
f.
Kondisi
cuaca, seperti suhu, laju penguapan, perubahan musim, frekuensi topan dan
lamanya
g.
Kualitas
dan kuantitas populasi;
h.
Akses ke
suplai dan pasar.
Faktor Manusia
Faktor manusia meliputi
sikap, adat istiadat dan gaya hidup dari warga, stabilitas dan kekuatan ekonomi
serta politik dari pemerintah. Faktorfaktor ini beragam dan kompleks,
contohnya:
a.
Sikap dan
keterampilan produsen relatif terhadap mengadopsi teknologi dan modal untuk ditanamkan
dalam produksi.
b.
Perminataan
pasar, sikap konsumen, daya beli.
c.
Kemauan dan
kemampuan pemerintah melengkapi prasarana, kredit dan sebagainya.
d.
Kemampuan
lembaga pemerintah melengkapi sistem dukungan pela-yanan bagi pengembangan
budidaya perikanan antara lain pelatihan bagi profesional, penelitian guna
mengembangkan teknologi baru, dan penyuluhan.
Faktor Dependen
Faktor dependen
adalah faktor-faktor yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Faktor-faktor
tersebut ialah wadah budidaya ikan, input hara, spesies ikan, dan teknologi
Wadah budidaya ikan seperti tambak, kolam, keramba dan sebagainya sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisik dan manusia misalnya:
a.
Kolam lebih
cocok di daerah lahan pegunungan
b.
Keramba
jaring apung dikembang-kan di perairan waduk dan laut
PENGARUH BESI (FE) TERHADAP BUDIDAYA PERIKANAN
Menurut Elfiana (2010), Secara fisik, keberadaan besi dalam air menyebabkan air
berwarna kuning kecoklatan, menimbulkan bau yang tidak enak, memberikan rasa
amis dalam air dan memberikan kesempatan tumbuhnya bakteri pengguna besi di
dalam sistem air distribusi sehingga dapat mengganggu kesehatan. Kandungan besi
maksimum yang diperbolehkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.416/MENKES/PER/IX/1990 tanggal 3 September 1990 adalah 0,3 mg/L. Banyak
metode telah dilakukan untuk menyisihkan logam besi dalam air, baik secara
fisika maupun kimia. Proses kimia yang sering dilakukan adalah metode aerasi
dan oksidasi menggunakan kalium permanganat. Oksidasi dengan kalium permanganat
justru menambah permasalahan baru terhadap endapan Mn2+ berwarna
hitam. Sedangkan metode aerasi air hasil olahannya masih mengalami perubahan
warna menjadi kuning kecoklatan setelah kontak dengan udara. Fenomena ini
menggambarkan besi terlarut bersenyawa kompleks dengan organik, dan sulit
dihilangkan melalui oksidasi biasa.
Menurut Purba (2013),
Adanya kandungan Fe dalam air menyebabkan warna air tersebut berubah menjadi
kuning coklat setelah beberapa saat kontak dengan udara. Disamping dapat
mengganggu kesehatan juga menimbulkan bau kurang enak serta menyebabkan warna
kuning pada dinding bak serta bercak-bercak kuning pada pakaian. Kondisi inilah
yang dikeluhkan oleh warga pemilik air sumur gali tersebut. Salah satu cara
untuk menghilangkan zat besi dalam air yakni dengan oksidasi dengan udara atau
aerasi. Aerasi telah digunakan secara luas untuk pengolahan air yang mengandung
besi atau mangan terlalu tinggi di atas ambang batas sebesar 1 mg/l.
Diantaranya Penelitian yang dilakukan oleh Benny (2008) pada air sumur yang
berlokasi di Dukuh Siwarak, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang,
kandungan Fe nya masih melebihi batas maksimum yang diperbolehkan yaitu sebesar
1,6 mg/l, setelah dilakukan proses aerasi menggunakan selama 20 menit dapat
memenuhi ambang batas yang diperbolehkan berdasarkan PERMENKES No.416/Menkes/
Per/IX/1990 untuk air bersih sebesar 1,0 mg/ l. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Saleh (2002) secara eksperimen terhadap penurunan zat Besi (Fe)
membuktikan bahwa dengan sistem ini mampu menurunkan rata-rata 93,8% kadar
zat besi dalam air sumur pompa tangan.
Hasil penelitian
terhadap mineral besi
(Fe) memnunjukkan penurunan kadarnya pada semua
akuarium. Ini disebabkan
adanya aerasi. Aerasi
bertujuan untuk meningkatkan kadar
oksigen terlarut di
dalam akuarium dengan
suatu alat berupa aerator yang
menghasilkan
gelembung-gelembung udara. Hal
ini menyebabkan oksidasi terhadap
mineral besi menjadi ferri
oksida (FeO3) yang bisa
mengendap. Endapan ini selanjutnya
disedot oleh pompa
menuju filter akuarium.
Salah satu faktor yang mempengaruhi
hal ini adalah pH. Kandungan mineral besi (Fe) awal air sungai Tuntungan
Medan adalah sebesar 3,2667 mg/L.
Hasil penelitian selama
50 hari memunjukkan bahwa
pada akuarium
air sungai pH =
5,5 didapatkan kandungan besi
(Fe) akhir 0,4343 mg/L.Sedangkan pada akuarium air sungai pH = 262 Prosiding
SNYuBe 2013 8,5 didapatkan kandungan besi (Fe) akhir 0,2246 mg/L. Hal ini
menunjukkan bahwa pengendapan Fe2O3 terbesar
terjadi pada lingkungan
basa sedangkan pada lingkungan asam masih dapat melarutkan
mineral besi (Fe) dalam jumlah yang lebih banyak. Bahkan hanya
dalam waktu 10
hari, pada akuarium
pH = 9,5
sudah didapatkan kandungan
besi (Fe) sebesar
0,2688 mg/L. Mineral besi
(Fe) sendiri memegang peranan yang penting dalam tubuh
ikan. Unsur ini sangat penting dalam pigmen
darah (hemoglobin dan
myoglobin) dan terlibat
dalam pengangkutan oksigen dalam darah dan urat daging (otot) serta pemindahan/transfer
electron.Ikan dapat menyerap zat besi terlarut dari air melalui insang, sirip
dan kulit.Kekurangan mineral ini
dapat menyebabkan anemia
pada ikan, konversi
pakan kurang, nafsu makan
menurun dan abnormalitas.Namun menurut [4], kelebihan
mineral ini menyebabkan gastrointestinal distress (penyakit saluran
pencernaan) pada ikan sehingga mengganggu pertumbuhan.Penyerapan berlebih
dapat terjadi pada lingkungan hidup
yang memiliki pH
rendah. Hasil penelitian
selama 50 hari menunjukkan bahwa
pada akuarium air
sungai pH =
5,5 dengan kandungan
Fe yang berfluktuasi antara
0,4343 mg/L –0,6020 mg/L
didapatkan pertumbuhan
paling minimum sebesar
88,02%. Sedangkan pertumbuhan
maksimum sebesar 120,50% terjadi
pada lingkungan sedikit basa
yaitu pada akuarium air sungai pada pH
= 8,5 dengan
kandungan Fe yang
berfluktuasi antara 0,2246 mg/L -0,5610 mg/L.
3. PENUTUP
KESIMPULAN
ü budidayan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan dan membiakkan
ikan dan memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol.
ü
Besi (Fe)
adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk.
ü
Jenis-jenis
budidaya perikanan adalah budidaya air tawar, budidaya air payau dan budidaya
air laut.
ü
Faktor-faktor
yang mempengaruhi budidaya antara lain faktor independen, faktor manusia dan
faktor dependen.
ü
Adanya
kandungan Besi (Fe) dalam perairan budidaya dapat mempengaruhi perairan
tersebut.
ü
dengan
adanya kandungan besi (Fe) air menjadi berwarna kuning kecoklatan, menimbulkan
bau yang tidak enak, memberikan rasa amis.
SARAN
Dengan
terselesainya makalah ini di harapkan agar penyusunan makalah ini dapat
bermanfaat bagi saya dan khususnya bagi orang lain yang membacanya. Penulis
sangat berharap pembaca setelah membaca makalah ini dapat meningkatan potensi
pembaca dalam mengetahui pengaruh Besi (Fe) dalam budidaya perikanan. Penulis
juga mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan.
Apabila ada kritik dan saran itu akan sangat membantu
kami untuk membuat makalah yang lebih baik lagi kedepannya.
PENULIS
Erlinda Arianti Putri
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery Purnomo Aji Sutrisno
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
PENULIS
Erlinda Arianti Putri
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery Purnomo Aji Sutrisno
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Reksono, Bayu. Herman Hamdani.Yuniarti. 2012. Pengaruh
Padat Penebaran Gracilaria sp.
Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hhidup Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Budidaya Sistem
Polikultur. Vol 3. No 3.ISSN : 2088-3137.
Koten, Elias. Lukas. .J.J. Mondaringin.Indra. R.NSalindeho.
2015. Evaluasi Usaha pembudidayaan Ikan di Desa matungkas.Vol 3. No 1: 203-210.
Ditjen Perikanan
Budidaya. 2002. Statistik Perikanan Budidaya Indonesia. Jakarta
Syahputra, Benny. 2008.
Penurunan Kadar Besi (Fe) Pada Air
Sumur Secara Pneumatiksystem.36.72.219.27/km/file_ebook/48Sumur%20Bor%20OKE.pdf.
Saleh, Muh. 2002. Penurunan Kadar Besi (Fe) Pada Air Sumur
Pompa Tangan dengan Metode Try Aerator di Kelurahan Tamallayang Kecamatan
Bontonompo Kabupaten Gowa. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Unhas.
Makassar.
Hasbi, R. 2007. Analisis Polutan Logam Tembaga (Cu) Dan
Timbal (Pb) Dalam Sedimen Laut Pelabuhan Pantoloan Berdasarkan Kedalamannya (skripsi).
UNTAD Press, Palu.
Elfiana. 2010. Penurunan Konsentrasi Besi Dalam Air Secara Oksidasi Kimia
Lanjut. Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology). Jurnal
Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.8 No.17, April 2010 ISSN
1693-248X. Jakarta
Purba, Dinata Maxell Findo. Hartini, Eko. 2013.
Penurunan Kandungan Zat Besi (Fe) Dalam Air Sumur Dengan Metode Aerasi.Junal
Penurunan
Kandungan Zat Besi. Semarang
Sukadi, M. Fatuchri. 2002.
Peningkatan Teknologi Budidaya Perikanan..Vol.2, No. 2.6l-66.ISSN 1693 – 0339. Jakarta
Imamsjah, R. 2001. Bahan Kimia
Beracun. http://www.w3.journal.unair.ac.d.html Diakses pada 8 Februari 2013.
Mahida,
U.N. 2003. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Penerbit CV.
Rajawali. Jakarta.
Post a Comment for "Pengaruh Besi (Fe) Terhadap Budidaya Ikan (Limnologi Atau Limnology)"