1. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Indonesia
mempunyai luas wilayah serta adanya sumber daya alam yang mendukung untuk dapat
mengembangkan usaha budidaya udang/ikan. Sistem budidaya udang/ikan terdiri
dari sistem ekstensif (tradisional) dan sistem intensif. Sistem ekstensif
(tradisional) masih mendominasi tambak-tambak rakyat Indonesia. Tambak
udang/ikan sistem ekstensif (tradisional) adalah tambak yang sistem
pengelolaannya benar-benar bergantung pada kemurahan alam. Sistem ekstensif
(tradisional) sangat sederhana sehingga pengelolaannya tidak rumit. Budidaya
tambak udang/ikan sistem intensif memerlukan biaya yang lebih besar
dibandingkan dengan budidaya sistem ekstensif. Budidaya sistem intensif lebih
banyak menggunakan input produksi. Salah satu ciri dari sistem budidaya
intensif adalah padat tebar yang tinggi (Utami et al., 2014).
Menurut
Baras (2009) dalam Priyadi et al. (2010), pengetahuan mengenai pengaruh padat
adalah sangat penting untuk menunjang upaya produksi massal dari ikan yang saat
ini coba dikembangkan. Hal ini akan menjadi sangat penting apabila di masa yang
akan datang, para importir ikan membatasi produk mereka dengan produk-produk
perikanan yang hanya diproduksi melalui proses budidaya. Upaya peningkatan
padat tebar harus diiringi dengan kemampuan ikan untuk tumbuh dan
mempertahankan tingkat sintasan yang maksimal. Peningkatan padat tebar tanpa
disertai dengan kualitas air yang terkontrol akan menyebabkan penurunan
sintasan ikan dan pertumbuhan yang lambat. Dengan demikian, untuk dapat
meningkatkan sintasan larva ikan, selain memperhatikan faktor padat tebar juga
harus diperhatikan kualitas air media pemeliharaannya.
Dalam budidaya perikanan perlu
mengetahui tingkatan padat tebarnya. Apabila semakin tinggi padat tebarnya,
maka semakin banyak pula kegiatan yang dilakukan oleh pengelolaannya.
Peningkatan padat tebar dilakukan untuk memperbanyak produksi dan pemanfaatan
lahan secara optimal. Padat tebar merupakan jumlah kepadatan ikan setiap meter per
segi nya (m¬2). Pada sistem budidaya intensif biasanya padat tebar tinggi dan
pakan yang diberikan tidak hanya pakan alami tetapi, juga pakan buatan sebab
pakan alami tidak mencukupi kebutuhan ikan. Sedangkan pada sistem budidaya semi
intensif biasanya padat tebar tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah
serta pakan yang diberikan yaitu pakan alami dan buatan. Terakhir pada sistem
budidaya ekstensif biasanya padat tebar rendah dan pakan yang diberikan yaitu
pakan alami.
RUMUSAN MASALAH
Adapun
rumusan masalah adalah sebagai berikut:
|
|
1.
|
Apakah
yang dimaksud dengan densitas/padat tebar?
|
2.
|
Bagaimana pengaruh densitas bagi budidaya
ikan?
|
3.
|
Metode apa
saja yang digunakan untuk mengetahui pengaruh padat tebar?
|
4.
|
Apa yang menyebabkan densitas tinggi pada
kegiatan budidaya?
|
TUJUAN
Adapun
tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
|
|
1.
|
Mengetahui
maksud dari densitas/padat tebar.
|
2.
|
Mengetahui pengaruh densitas bagi budidaya
ikan.
|
3.
|
Mengerti
metode yang digunakan untuk mengetahui pengaruh padat tebar.
|
4.
|
Mengerti penyebab densitas tinggi pada
kegiatan budidaya.
|
2. PEMBAHASAN
PENGERTIAN DENSITAS
ATAU PADAT TEBAR
Menurut
Priyadi et al. (2010), padat tebar merupakan salah satu variabel yang sangat
penting dalam bidang budidaya karena berpengaruh secara langsung terhadap
sintasan, pertumbuhan, tingkah laku, kesehatan, dan kualitas air. Lebih
lanjutnya bahwa hubungan yang negatif maupun positif antara padat tebar dengan
pertumbuhan telah dilaporkan, dan pola dari interaksi ini muncul secara
spesifik pada tiap-tiap spesies. Tingkat padat tebar yang tepat akan memberikan
kesempatan bagi ikan dalam memanfaatkan pakan, oksigen, dan ruang sehingga
pertumbuhan berjalan secara optimal dan menghasilkan sintasan yang tinggi.
Padat
penebaran ikan merupakan jumlah ikan yang ditebar dalam wadah budidaya per
satuan luas atau volume. Kepadatan benih ikan pada pendederan I (ukuran 4-6 cm)
umumnya adalah 1 ekor/liter. Kepadatan yang berbeda sangat berpengaruh nyata
(P<0,01) terhadap pertumbuhan, tetapi tidak berpengaruh nyata dengan
kelulushidupan ikan dengan pada sistem resirkulasi. Hal ini diduga ikan pada
perlakuan A mempunyai ruang gerak yang lebih luas sehingga konsumsi pakan
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan B maupun perlakuan C yang
berpengaruh pada nafsu makan (Alfia et al., 2013).
Menurut
Wardoyo et al. (2007) dalam Karlyssa et al., (2014), pertumbuhan ikan dipengaruhi
oleh beberapa faktor salah satunya adalah padat penebaran. Padat penebaran
merupakan satu diantara aspek budidaya yang perlu diketahui karena menentukan
laju pertumbuhan, rasio konversi pakan dan kelangsungan hidup yang mengarah
kepada tingkat produksi. Permasalahan yang timbul akibat ikan ditebar dalam
keadaan padat adalah kompetisi untuk mendapatkan pakan dan ruang gerak.
Perbedaan dalam memanfaatkan pakan dan ruang gerak mengakibatkan pertumbuhan
ikan bervariasi. Dan jika kualitas air sebagai media hidup bagi ikan memburuk
dapat menurukan pertumbuhan ikan bahkan dapat menyebabkan menurunnya
kelangsungan hidup ikan/kematian.
PENGARUH DENSITAS
BAGI BUDIDAYA IKAN
Menurut
Kadarini et al. (2010) dalam Yunus et al., (2013), padat penebaran selain dapat
menyebabkan kompetisi ruang gerak dan perebutan oksigen terlarut pada ikan. Hal
ini juga dapat menyebabkan ikan mengalami stres, sehingga menghambat
metabolisme dan mengakibatkan nafsu makan ikan menurun. Ikan yang mengalami
stres diduga karena tidak dapat menerima kondisi lingkungan yang tidak sesuai
dengan kehidupannya. Padat penebaran yang berbeda memberikan pengaruh yang
sangat nyata terhadap pertumbuhan berat benih ikan.
Tingkat
padat tebar akan mempengaruhi keagresifan ikan. Ikan yang dipelihara dalam
kepadatan yang rendah akan lebih agresif, sedang ikan yang dipelihara dalam
kepadatan yang tinggi akan lambat pertumbuhannya karena tingginya tingkat
kompetisi dan banyaknya sisa-sisa metabolisme yang terakumulasi dalam media
air. Selama masa pemeliharaan, berat dan panjang benih ikan lele menunjukkan
peningkatan untuk setiap kepadatan. Pertambahan bobot ikan diiringi dengan
pertambahan panjang ikan tersebut atau laju pertumbuhan bobot harian berbanding
lurus dengan laju pertumbuhan panjang harian ikan. Diduga pengaruh terhadap
panjang sudah terjadi pada awal pemeliharaan karema adanya perbedaan kepadatan.
Ruang gerak ikan yang semakin sempit dalam suatu wadah dapat menyebabkan
pertumbuhan ikan menjadi terganggu (Waker et al., 2015).
METODE UNTUK
MENGETAHUI PENGARUH PADAT TEBAR
Menurut
Waker et al. (2015), metode yang digunakan untuk melakukan penelitian tentang
pengaruh padat tebar (densitas) pada suatu perairan yaitu menggunakan
rancangan acak lengkap
(RAL) dengan tiga perlakuan dan
masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali, yaitu :
1. Perlakuan P1 dengan padat tebar 600 ekor/m³.
2. Perlakuan P2 dengan padat tebar 700 ekor/m³.
3. Perlakuan P3 dengan padat tebar 800 ekor/m³.
Penelitian
untuk mengetahui padat tebar menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan
tiga perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali yaitu; Perlakuan 1 dengan
padat tebar 1 ekor/liter (P1) ; Perlakuan 2 dengan padat tebar
1,5 ekor/liter (P2)
; Perlakuan 3 dengan padat tebar 2 ekor/liter (P3). Rancangan ini
digunakan karena keragaman kondisi lingkungan, alat, bahan dan
media yang digunakan adalah homogen atau letak/posisi
masing- masing unit
tidak mempengaruhi hasil percobaan, dan percobaan ini dilakukan pada kondisi terkendali atau
setiap unit percobaan secara keseluruhan memiliki peluang yang sama besar untuk
menempati akuarium percobaan (Hanafiah,
2007 dalam Siregar et al., 2015).
Metode
yang digunakan dalam penelitian pengaruh padat penebaran Gracilaria sp adalah
metode eksperimental dengan rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan pada
penelitian ini adalah perbedaan padat tebar ikan bandeng dan Gracilaria sp.
Sebagai berikut : tanpa Gracilaria sp (A), Gracilaria sp. sebanyak 250 kg (B),
Gracilaria sp. sebanyak 500 kg (C). Prosedur penelitian ini terdiri dari
persiapan tambak, penyiapan hewan uji dan tumbuhan uji, dan pelaksanaan
penelitian. Penyesuaian pH dan salinitas anatar air yang ada didalam kantong
dengan air tambak. Ikan bandeng yang telah menyesuaikan diri akan berenang
keluar kantong plastic menuju perairan tambak. Setelah tambak, ikan bandeng
dan Gracilaria sp. beradaptasi, lalu
penelitian dilaksanakan (Reksono et al., 2012).
PENYEBAB DENSITAS
TINGGI PADA KEGIATAN BUDIDAYA
Menurut
Yunus et al. (2013), pada tingkat kepadatan yang terlalu tinggi, sering
menyebabkan laju pertumbuhan individu dan pemanfaatan pakan pada ikan menurun.
Selain itu, tingginya tingkat kepadatan pada setiap perlakuan mengakibatkan
semakin rendahnya panjang benih ikan. Pada padat penebaran yang terlalu tinggi,
ikan akan berkompetisi untuk mendapatkan ruang gerak, pakan, dan kebutuhan
oksigen antar individu yang menyebabkan ikan stres dalam jangka waktu yang
lama. Keadaan ikan yang stres secara terus menerus menyebabkan fungsi normal
ikan akan terganggu sehingga pertumbuhan ikan menjadi lambat. Jika ikan
dipelihara dalam padat penebaran rendah maka pertumbuhannya lebih baik
dibandingkan pada padat penebaran tinggi.
Ikan
yang dipelihara pada padat tebar tinggi memiliki bobot individu yang lebih
rendah daripada ikan yang dipelihara pada padat tebar rendah. Rendahnya bobot
ikan pada perlakuan kepadatan tinggi ini berkorelasi dengan jumlah konsumsi
pakan per individu ikan dan laju pertumbuhan yang juga lebih rendah. Walaupun
jumlah konsumsi pakan dan pertumbuhan tertekan dengan tingginya padat tebar,
namun efisiensi pakan perlakuan padat tebar tinggi nilainya sama dengan
perlakuan padat tebar rendah. Oleh karena itu, peningkatan padat tebar secara
nyata mempengaruhi nafsu makan ikan. Ikan yang dipelihara pada kepadatan tinggi
menunjukkan penurunan nafsu makan yang ditandai dengan jumlah konsumsi pakan
yang lebih rendah bila dibandingkan dengan pada kepadatan rendah. Terjadinya
penurunan nafsu makan ini berkorelasi dengan nilai amonia (NH3) dan nitrit,
yakni pada perlakuan padat tebar tinggi yang memiliki rentang nilai lebih
tinggi. Semakin meningkatnya padat tebar mengakibatkan semakin banyaknya amonia
yang diekskresikan (Sofian et al., 2016).
3. PENUTUP
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan dari makalah tersebut diatas adalah sebagai berikut:
|
|
1.
|
Densitas/padat
tebar merupakan jumlah ikan yang ditebar dalam wadah budidaya per satuan luas
atau volume.
|
2.
|
Densitas dapat mempengaruhi kelangsungan
hidup ikan, karena akan terjadi kompetisi ruang gerak, perebutan oksigen
terlarut dalam perairan, serta penurunan pertumbuhan benih ikan.
|
3.
|
Metode
yang digunakan untuk melakukan penelitian tentang pengaruh padat tebar
(densitas) pada suatu perairan yaitu menggunakan rancangan acak
lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan masing-masing
perlakuan diulang sebanyak 3 kali.
|
4.
|
Densitas/padat tebar yang tinggi akan
menyebabkan penurunan laju pertumbuhan individu, penurunan pemanfaatan pakan
pada ikan, kandungan oksigen menjadi rendah, meningkatnya amonia (NH3),
nitrit, dan karbondioksida di perairan.
|
SARAN
Disarankan
para pembaca untuk membaca makalah ini, karena akan memperoleh pengetahuan yang
sebelumnya tidak diketahui. Apabila terdapat kritik maupun saran, akan sangat
membantu untuk pembuatan makalah yang lebih baik ke depannya. Sekiranya
terdapat kesalahan, mohon dapat dimaafkan dan dimaklumi sebab manusia tidak
luput dari kesalahan.
PENULIS
Sherly
Oktaviyanti
Farida
Mauludia
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Alfia,
Averus R., Endang A., Tita E. 2013. Pengaruh Kepadatan yang Berbeda Terhadap Kelulushidupan
dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Pada Sistem Resikurlasi
Dengan Filter Bioball. Journal of
Aquaculture Management and Technology. Vol. 2 No. 3: hal 86-93.
Karlyssa,
Frizca J., Irwanmay., Rusdi L. 2014. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap
kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Nila Gesit (Oreochromis niloticus).
Jurnal Perikanan. Hal 76-85.
Priyadi,
Agus., Rendy G., Asep P., Jacques S. 2010. Tingkat Densitas Larva Biota
(Chromobotia macracanthus) Dalam Satuan Volume Air Pada Akuarium Sistem
Resirkulasi. Jurnal Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Hal 439-446.
Reksono,
Bayu., Herman H., Yuniarti MS. 2012. Pengaruh Padat Penebaran Gracilaria sp. Terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Bandeng (Chanos chanos ) Pada Budidaya Sistem Polikultur. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. Vol. 3 No. 3: hal 41-49.
Siregar,
Riwaldy., Eryusni., Indra Lesmana. 2015. Pengaruh Padat Tebar Terhadap
Pertumbuhan Ikan Redfin (Epalzeorhynchos frenatum). Jurnal Perikanan.
Sofian.,
Dedi J., Sri N. 2016. Pertumbuhan dan Status Antioksidan Ikan Gurami yang
Diberi Level Suplementasi Astaxanthin Berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia.
Vol. 15 No. 1: 24-31.
Utami,
Rizki., Tavi Supriana., Rahmanta Ginting. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produksi Tambak Udang Sistem Ekstensif dan Sistem Intensif. Jurnal
Perikanan.
Waker,
M. Bobbie., Yunasfi., Syammaum. U. 2015. Pengaruh Padat Tebar Tinggi Terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal
Perikanan.
Yunus,
Taufiq., Hasim dan Rully. 2013. Pengaruh Padat Penebaran yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus ) di Balai Benih
Ikan (BBI) Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo. Jurnal Perikanan.
Post a Comment for "Pengaruh Densitas Terhadap Budidaya Ikan (Limnologi Atau Limnology)"