BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Plankton
yang mempunyai sifat selalu bergerak dapat juga dijadikan indikator pencemaran
perairan. Plankton akan bergerak mencari tempat yang sesuai dengan hidupnya
apabila terjadi pencemaran yang mengubah kondisi tempat hidupnya. Dengan
demikian terjadi perubahan susunan komunitas organisme di suatu perairan di
mana hal ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya pencemaran di perairan. Dalam
hal ini terdapat jenis-jenis plankton yang dapat digunakan sebagai petunjuk
untuk mengetahui hal tersebut sesuai dengan kondisi biologi perairan tersebut.
Perubahan
terhadap kualitas perairan dapat ditinjau dari kelimpahan dan komposisi
fitoplankton. Keberadaan fitoplankton di suatu perairan dapat memberikan
informasi mengenai keadaan perairan. Fitoplankton merupakan parameter biologi
yang dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat
kesuburan suatu perairan (bioindikator). Salah satu cara untuk mengukur
kualitas suatu perairan yakni dengan mengetahui nilai koefisien saprobik.
Koefisien saprobik adalah suatu indeks yang erat kaitannya dengan tingkat
pencemaran. Hal inilah yang akan mengindikasikan tingkat kualitas air di suatu
perairan. Koefisien saprobik ini akan terlihat setelah mengetahui struktur
komunitas fitoplankton di suatu perairan tersebut (Wijaya dan Hariyati,2009)
Dalam
rantai makanan di suatu ekosistem air, fitoplankton termasuk ke dalam kelompok
produsen karena kemampuannya melakukan fotosintesis. Oleh karena itu keberadaan
fitoplankton di suatu ekosistem air menjadi sangat penting terutama dalam
mendukung kelangsungan hidup organisma air lainnya, seperti zooplankton,benthos
ikan dan sebagainya. Sebagai organisme air, plankton mempunyai kisaran
toleransi tertentu terhadapat perubahan berbagai faktor lingkungan abiotik
seperti temperatur air, pH,kadar oksigen terlarut (DO) dan sebagainya. Sehingga
perubahan nilai dari berbagai faktor lingkungan abiotik tersebut secara
langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi keanekaragaman plankton
(Barus,2011).
RUMUSAN
MASALAH
|
Apa pengertian fitoplankton ?
|
Apa pengaruh fitoplankton terhadap lingkungan budidaya ?
|
Apa klasifikasi dari fitoplankton
|
Bagaimana pengaruh fitoplankton terhadap budidaya ikan ?
|
TUJUAN
MAKALAH
|
Untuk mengetahui pengertian fitoplankton.
|
Untuk mengetahui pengaruh fitoplankton terhadap lingkungan budidaya
|
Untuk mengetahui klasifikasi fitoplankton
|
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh fitoplankton terhadap budidaya
ikan.
|
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN
FITOPLANKTON
Plankton
merupakan organisme yang hidup melayang didalam air. Organisme ini mempunyai
kemampuan gerak yang sangat terbatas, sehingga sebaran organisme ini
dipengaruhi oleh kondisi arus perairan. Plankton dapat dibagi menjadi dua yaitu
fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton (plankton hewani). Plankton
(fitoplankton dan zooplankton) mempunyai peran yang sangat besar dalam
ekosistem perairan, karena sebagai sumber makanan bagi hewan perairan lainnya. Distribusi
fitoplankton dipengaruhi oleh ketersediaan cahaya dalam perairan atau tersebar
dalam zona eufotik. Kemampuan membentuk zat organik dari zat anorganik dalam
perairan menjadikan fitoplankton dikenal sebagai produsen primer (Nontji, 1993
dalam Radiarta,2013).
Fitoplankton
bersifat autotrof yaitu dapat menghasilkan sendiri makanannya. Selain itu
fitoplankton juga mengandung klorofil yang mempunyai kemampuan berfotosintesis
dengan menggunakan energi matahari untuk mengubah bahan anorganik menjadi bahan
organik. Bahan organik inilah yang menjadi makanannya dan sebagai sumber energi
yang menghidupkan seluruh fungsi ekosistem di perairan(Nontji, 2006).
Fitoplankton
adalah golongan plankton yang mempunyai klorofil di dalam tubuhnya. Daerah
hidup fitoplankton adalah di lapisan yang masih terdapat sinar matahari.
Fitoplankton dapat membuat makanannya sendiri dengan mengubah bahan anorganik
menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis dengan menggunakan bantuan
sinar matahari(Mulyanto, 1992).
PENGARUH FITOPLANKTON
TERHADAP LINGKUNGAN BUDIDAYA
Perairan
yang subur tentunya dapat mendukung keanekaragaman sumberdaya biota yang
tersedia. Kesuburan perairan dapat diindikasikan dengan kelimpahan fitoplankton
yang tersedia. Perubahan terhadap kualitas perairan dapat ditinjau dari
kelimpahan dan komposisi fitoplankton. Keberadaan fitoplankton di suatu
perairan dapat memberikan informasi mengenai kondisi perairan tersebut. Bahkan
beberapa penelitian menggunakan indek ekologi fitoplankton sebagai indikator pencemaran
(Spellerberg, 1993 dalam Gao and Song, 2005)
Fitoplankton
dapat dijadikan indikator biologi yang dapat menentukan kualitas perairan baik
melalui pendekatan keragaman spesies maupun spesies indikator. Fitoplankton
sebagai indikator biologis bukan saja menentukan tingkat kesuburan perairan,
tetapi juga fase pencemaran yang terjadi dalam perairan(Basmi,1998).
Selain
itu Fitoplankton juga dapat dijadikan sebagai indikator biologis dalam
pencemaran air sungai. Bila keanekaragaman Fitoplankton di ekosistem tinggi
menandakan kualitas air baik dan bila keanekaragaman Fitoplankton sedikit
menandakan air tercemar (Sastrawijaya, 1991 dalam Widiana, 2009).
Fitoplankton memiliki siklus hidup pendek
sehingga cepat sekali memberi reaksi terhadap perubahan kualitas air yang
disebabkan oleh pencemaran. Dampak pencemaran dapat mempengaruhi perubahan
struktur dan fungsi ekosistem sungai, baik hewan maupun tumbuhan. Banyaknya
bahan pencemar dalam perairan akan mengurangi keanekaragaman organisme dan pada
umumnya akan meningkatkan populasi jenis yang tahan terhadap kondisi perairan
tersebut. Indikator biologi digunakan untuk menilai secara makro perubahan
keseim-bangan ekologi khususnya ekosistem akibat pengaruh limbah (Sastrawijaya,
1991 dalam Widiana, 2009).
KLASIFIKASI
FITOPLANKTON
Fitoplankton
terdiri dari alga, yaitu kelompok organisme yang termasuk ke dalam divisi
Thallophyta. Tujuh kelas yang ada dalam divisi tersebut, kebanyakan hidup
sebagai plankton, perifiton dan bentos. Kelas yang bersifat plankton adalah
Clorophyceae, Cyanophyceae, Euglenophyceae, Chrysophyceae dan Phyrophyeae
(Dinoflagelata), sedangkan Phaeophyceae dan Rhodophyceae sebagai rumput laut.
Penentuan jenis Fitoplankton tergantung pada warna atau pigmen yang
dikandungnya. Kelas yang hidup sebagai Fitoplankton adalah Chlorophyceae,
Cyanophyceae, Euglenophyceae, Chrysophyceae dan Bacillariophyceae (Sachlan,
1974 dalam Widiana,2009).
Menurut
habitatnya, Arinardi et al. (1995) dalam Indriany (2005) membagi plankton
menjadi dua kelompok yaitu plankton bahari dan plankton air tawar. Plankton
bahari terdiri dari plankton oseanik, plankton neritik serta plankton air
payau. Berdasarkan divisinya terbagi fitoplankton menjadi tujuh divisi yaitu
Cyanophyta, Chlorophyta, Chrysophyta, Euglenophtya, Pyrrophyta, Phaeophyta dan
Rhodophyta.
Fitoplankton
terdiri dari divisi Chyrsophyta (diatom), Chlorophyta dan Cyanophyta. Biasanya
Chlorophyta dan Cyanophyta mudah ditemukan pada komunitas plankton perairan
tawar, sedangkan Chyrsophyta dapat ditemukan diperairan tawar dan asin.
Komunitas fitoplankton umumnya mendominasi oleh jenis fitoplankton yang
berukuran lebih kecil dari 10mm (Soetrisno,2002).
PENGARUH FITOPLANKTON
TERHADAP BUDIDAYA IKAN
Pakan
merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya perikanan, karena berpengaruh
terhadap ketahanan dan perkembangan larva. Jenis pakan yang dapat diberikan
pada ikan ada dua jenis, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami adalah
sejenis pakan ikan yang berupa organisme air renik seperti, fitoplankton
(Basri,2013).
Unsur
P dan N adalah dua unsur yang bertanggung jawab terhadap terjadinya blooming
fitoplankton di suatu ekosistem dan unsur fosfor lebih sering sebagai penyebab
utamanya. Keadaan ini terjadi karena adanya fenomena denitrifikasi pada senyawa
nitrogen, sehingga nitrogen tidak mengalami akumulasi di sedimen, seperti
halnya yang terjadi pada senyawa P.
Menurut
Ghufran dan Kordi (2011), kadar fitoplankton pakan dapat mempengaruhi tinggi
rendahnya pertumbuhan organisme. Kekurangan fitoplankton berpengaruh negatif
terhadap konsumsi pakan, akibatnya terjadi penurunan pertambahan bobot ikan ,
sedangkan peningkatan fitoplankton akan meningkatkan daya konsumsi pakan alami
ikan. Fitoplankton menurun sejalan dengan meningkatnya energi pakan. Hal ini
diduga karena peningkatan energi pakan akan menurunkan konsumsi pakan alami
ikan , maka akan mengakibatkan menurunnya laju pertumbuhan.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
|
Fitoplankton adalah golongan plankton yang mempunyai klorofil di dalam
tubuhnya.
|
Fitoplankton bersifat autotrof yaitu dapat menghasilkan sendiri
makanannya.
|
Fitoplankton terdiri dari beberapa kelas, yaitu Chlorophyceae,
Cyanophyceae, Euglenophyceae, Chrysophyceae dan Bacillariophyceae.
|
Fitoplankton terdiri dari beberapa divisi, yaitu Cyanophyta,
Chlorophyta, Chrysophyta, Euglenophtya, Pyrrophyta, Phaeophyta dan
Rhodophyta.
|
Fitoplankton terdiri dari alga, yaitu kelompok organisme yang termasuk
ke dalam divisi Thallophyta.
|
Fitoplankton adalah jenis pakan alami buat ikan.
|
Komunitas fitoplankton umumnya mendominasi oleh jenis fitoplankton yang
berukuran lebih kecil dari 10mm.
|
Faktor yang menyebabkan blooming fitoplankton yaitu banyak kandungan P
, N dan terjadinya denitrifikasi nitrogen.
|
SARAN
Untuk
meningkatkan fitoplankton dalam budidaya ikan diperlukan unsur hara yaitu P dan
N namun, jumlah tidak terlalu banyak. Jika terlalu banyak maka akan terjadi
blooming dan harus adanya manajemen kontrol pemeliharaan baik kolam maupun
pakan. Disarankan juga diadakan penelitian lanjutan tentang fitoplankton yang
lebih banyak agar bisa diperoleh data akurat mengenai kisaran terhadap pengaruh
fitoplankton terhadap budidaya ikan.
PENULIS
M. Noorhadiansyah Alam
Angga Dwi Sapto R.
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery Purnomo Aji Sutrisno
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Barus,
T A. 2004. Faktor-Faktor Lingkungan Abiotik dan Keanekaragaman Plankton Sebagai
Indikator Kualita Perairan Danau Toba. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Vol. XI, No. 2. Hal 64-72.
Basmi,
J. 1997. Planktonologi : Terminologi dan Klasifikasi Zooplankton Laut. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Basri
S. 2013. Pakan dan pemberian pakan. Kendari: Universitas Haluoleo.
Gao,
X. and Song, J. 2005. Phytoplankton distribution and their relationship with
the environment in the Cahngjiang Estuary, China. Marine Pollution Bulletin,
50. 327-335.
Ghufran
M, Kordi K. 2011. Marikultur: Prinsip dan Praktik Budidaya Laut. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Indriany,
M. 2005. Struktur Komunitas Diatom dan Dinoflagellata Pada Beberapa Daerah
Budidaya di Teluk Hurun, Lampung. Program Studi Biologi. Universitas Negeri
Jakarta. Jakarta.
Kabupaten
Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Bumi Lestari. Vol. 13 No.2 : 234-243.
Mulyanto,
S. 1992. Lingkungan Hidup Untuk Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Jakarta.
Nontji,
A.2006. Plankton. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pusat Penelitian
Oseanografi. Jakarta.
Radiarta.
I Nyoman. 2013. Hubungan Antara Distribusi Fitoplankton Dengan Kualitas
Perairan Di Selat Alas,
Sastrawijaya,
T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta: Jakarta.
Soetrisno,
H. 2002. Struktur Komunitas Fitoplankton dan Kaitannya dengan Unsur Hara N dan
P di Muara Sungai Cimandiri, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor:
Bogor.
Widiana,
Rina. 2009. Komposisi Fitoplankton Yang Terdapat Di Perairan Batang Palangki
Kabupaten Sijunjung
Wijaya,
T R. Hariyati, R. 2009. Struktur Komunitas Fitoplankton sebagai Bio Indikator
Kualitas Perairan Danau Rawapening Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Jawa
Tengah.
Post a Comment for "Pengaruh Fitoplankton Dalam Budidaya Ikan (Limnologi Atau Limnology)"