1. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Indonesia
terkenal sebagai salah satu negara maritim terbesar di dunia yang sebagian
besar wilayahnya terdiri atas perairan. Perairan indonesia kaya akan berbagai
jenis sumber hayati dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umum. Salah
satunya adalah kaya akan sumber daya alam lautnya terutama rumput laut yang
melimpah.
Rumput
laut merupakan tumbuhan laut jenis alga. Tanaman ini adalah gangang
multiseluler golongan divisi thallophyta. Berbeda dengan tanaman sempurna pada
umumnya, rumput laut tidak memiliki akar, batang dan daun. Jenis rumput laut
sangat beragam, mulai dari yang berbentuk bulat, pipih, tabung atau seperti
ranting dahan bercabang-cabang. Seperti layaknya tanaman darat pada umumnya,
rumput laut juga memiliki klorofil atau pigmen warna yang lain. Secara umum,
rumput laut yang dapat dimakan adalah jenis ganggang biru (cyanophyceae),
ganggang hijau (chlorophyceae), ganggang merah (rodophyceae) atau ganggang
coklat (phaeophyceae).
Indonesia
memiliki beragam jenis rumput laut yang
tersebar di perairan indonesia. Beberapa diantaranya telah dimanfaatkan sebagai
makanan maupun makanan. Dan beberapa jenis
mempunyai nilai ekonomis, seperti rumput laut penghasil agar (gracilaria
sp., gilidium sp., dan hypnea sp.),
alginate (sargassum sp., turbinaria sp., dan padina sp.), karaginan
(Eucheuma cottonii/ Kappaphycus alvarezii, E. spinosium, E. edule, E. serra),
dan Caulerpa yang dapat digunakan sebagai sayuran. Sedangkan rumput laut yang sudah
dimanfaatkan secara komersial adalah rumput laut agarofit seperti Gracilaria
dan Gilidium, karaginofit seperti Eucheuma cotonii/Kappaphycus alvarezii dan E.
spinosium. (Basmal, 2009).
Menurut
widyorini (2010), pemanfaatan rumput laut memiliki peranan penting dalam usaha
meningkatkan produksi perikanan untuk memenuhi pangan dan gizi, kebutuhan akan
pasar luar negeri untuk proses industri, memperluas lapangan kesempatan kerja,
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan dan petani serta meningkatkan
devisa non migas yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia.
Pemanfaatan
rumput laut dewasa ini semakin luas dan beragam, karena peningkatan pengetahuan
akan komoditas tersebut. Menurut Chen dan Duan (2000) dalam Priono (2013),
rumput laut banyak digunakan sebagai bahan makanan bagi manusia, sebagai bahan
obat-obatan (anticoagulant, antibiotics, antimehmetes, antihypertensive agent,
pengurang kolesterol, dilatory agent, dan insektisida). Rumput laut juga banyak
digunakan sebagai bahan pakan organisme di laut, sebagai pupuk tanaman dan
penyubur tanah, sebagai pengemas transportasi yang sangat baik untuk lobster
dan clam hidup (khususnya dari jenis Ascophyllum dan Focus), sebagai stabilizer
larutan, dan juga kegunaan lainnya. Perkembangan produk turunan dewasa ini juga
sudah banyak diolah menjadi kertas, cat, bahan kosmetik, bahan laboratorium,
pasta gigi, es krim, dan lain-lain (Indriani & Suminarsih, 1999 dalam
Priono, 2013).
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana
pengaruh Glacilaria sp. untuk kegiatan budidaya
|
Apakah
ada perbedaan hasil dari penambahan Glacilaria sp. pada kegiatan budidaya
|
TUJUAN
Mengetahui
pengaruh Glacilaria sp. untuk kegiatan budidaya
|
Mengetahui
apakah ada perbedaan hasil dari penambahan Glacilaria sp. pada kegiatan
budidaya
|
2. PEMBAHASAN
KLASIFIKASI DAN
MORFOLOGI GLACILARIA SP
Klasifikasi
Gracilaria verrucosa menurut Anggadiredja et al. (2006) dalam Puspasari (2010),
adalah:
Divisi
|
Rhodophyta
|
Kelas
|
Rhodophyceae
|
Bangsa
|
Gigartinales
|
Suku
|
Gracilariaceae
|
Genus
|
Gracilaria
|
Spesies
|
Gracilaria
verrucosa
|
Tumbuhan
ini memiliki ciri-ciri thalus silindris, halus, licin, pinggir bergerigi,
membentuk rumpun radial seperti umbi tanaman jahe, percabangan berseling tidak
beraturan dan memusat ke 6 arah pangkal. Ukuran thalus panjang 25 cm dan
diameter thalus 0,5 – 1,5 mm (Bold dan Wayne, 1978 dalam Suhardimansyah, 2004
dalam Puspasari 2010).
HABITAT DAN
PENYEBARAN GLACILARIA SP
Pertumbuhan
dan penyebaran rumput laut sangat tergantung dari faktor-faktor oseanografi
(fisika, kimia, dan dinamika air laut), serta jenis substratnya. Rumput laut
banyak dijumpai pada daerah perairan yang dangkal (intertidal dan sublitorral)
dengan kondisi perairan berpasir, sedikit lumpur, atau campuran keduanya
(Priono, 2013).
Gracilaria
sp. tumbuh melekat pada substrat batu, umumnya di daerah rataan terumbu karang.
Di perairan laut, Gracilaria sp. hidup di daerah litoral dan sublitoral sampai
kedalaman tertentu yang masih dapat ditembus oleh cahaya matahari. Beberapa
jenis hidup di perairan keruh, sungai, atau tempat yang sering terjadi
pengadukan yang tinggi akibat pencampuran air tawar dan air laut (Bold dan
Wayne, 1978 dalam Suhardimansyah, 2004 dalam Puspasari 2010).
Glacilaria
sp. adalah salah satu kelas dari alga merah yang tumbuh melekat pada substrat
tertentu. Glacilaria sp. Ialah salah satu jenis rumput laut dari kelas
Rhodophyceae yng termasuk kelompok penghasil agar. Glacilaria sp meruakan jenis
rumput laut yang mempunnyai toleransi tinggi terhadap lingkungannya, dapat
hidup di perairan yang tenang pada substrat berlumpur, kisaran salinitas antara
5-43% dan pH berkisarantara 6-9 (Hoyle, 1975 dalam Widyorini, 2010).
Rumput
laut jenis Glacilaria sp. dapat hidup pada suhu 27-29 0C sesuai dengan
pengamatan Santika (1985) dalam Widyorini (2010), selama percobaannya
berlangsung suhu air rata – rata 27-29 0C, hal tersebut tidak memberikan efek
negative terhadap pertumbuhan thallus.
PENGARUH GLACILARIA
SP UNTUK KEGIATAN BUDIDAYA
pada
umumnya pemanfaatan rumput laut Glacilaria sp. digunakan sebagai bahan pembuat
agar-agar. Akan tetapi rumput laut tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pangan tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk bebrapa hal yang bermanfaat untuk
kegiatan budidaya.
RUMPUT LAUT
GLACILARIA SP. DAPAT MEMPERBAIKI KUALITAS AIR PADA PERAIRAN
Menurut
Widyorini (2010), fungsi penanaman Gracilaria sp. ada manfaatnya sebagai
biofilter. Gracilaria sp memiliki thallus yang berfungsi mengabsorbsi dan
menyerap bahan-bahan organic pada
perairan seperti nitrogen dan forfor sisa dari limbah organisme pada perairan
umum atau budidaya. Sifat inilah yang membuat gracilaria sp. tergolongkan
sebagai tanaman biofilter dan juga digunakan sebagai media fitoremediasi.
fitoremediasi yaitu suatu teknologi pemanfaatan tumbuhan untuk mengurangi
bahkan menghilangkan kehadiran bahan pencemar didalam tanah dan air
(Komarawidjaja, 2005)
Rumput
laut Glacilaria sp. dimanfaatkan dalam kegiatan budidaya tambak untuk
memperbaiki kualitas air tambak dari polusi bahan organic yang berasal dari
sisa pakan yang terakumulasi di dasar tambak. Dengan sifat fitoekstraksi,
dinding thalus pada flora ini memiliki kemampuan mengabsorbsi dan
memanfaatkan nitrogen dan fosfor bahan
pencemar bagi pertumbuhannya.
Rumput
laut ini termasuk salah satu tanaman alternative yang dapat digunakan dalam
perbaikan lingkungan, karena memiliki kemampuan yang signifikan dalam menyerap
nutrient dari lingkungan perairan eutrofik. Selain itu Glacilaria sp. mampu
beradaptasi terhadap lingkungan yang sangat menonjol, baik terhadap perbedaan
salinitas, cahaya matahari maupun perubahan suhu yang tinggi.
RUMPUT LAUT
DIMANFAATKAN SEBAGAI BAHAN PUPUK ORGANIC
Pupuk
organic adalah pupuk yang terbuat dari bahan organic. Bahan-bahan yang termasuk
pupuk organic yaitu pupuk kandang, kompos, gambut, dan rumput laut.
Penggunaan
rumput laut sebagai bahan dasar pupuk organic sampai saat ini belum banyak
dimanfaatkan. Padahal pupuk organic sangat berguna bagi kegiatan budidaya untuk
meningkatkan unsur hara, memperbaiki unsur tanah, serta dapat menumbuhkan pakan
alami pada kolam budidaya.
Rumput
laut kaya akan trace mineral Fe, B, Ca, Cu, Cl,Mg, dan Mn, rumput laut juga
mengandung ZPT seperti auksin, sitokinin, giberelin, asam abisat, etilen, P, S,
Zn, dan Boron (B) yang dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman (Anon., 2008; Anon.,
2009 dalam Basmal, 2009). Hasil analisis menunjukkan bahwa rumput laut
mengandung nitrogen 1,00%; fosfor 0,05%; kalium potasium 10,00%; kalsium 1,20%;
magnesium 0,80%; sulfur 3,70%; tembaga 5 ppm; besi 1200 ppm; mangan 12 ppm;
seng 100 ppm; boron 80 ppm; senyawa organik 50–55% dan kadar abu 45–50% (Anon.,
2009b dalam Basmal, 2009). Rumput laut dari jenis Laminaria sp., Sargassum sp.,
Turbinaria sp., Eucheuma sp., dan Gracilaria sp. dapat secara langsung
digunakan sebagai pupuk organik atau dicampur dengan pupuk lainnya seperti
pupuk kompos dan kimia. Keistimewaan rumput laut sebagai pupuk organik
dikarenakan rumput laut menghasilkan giberelin yang memiliki fungsi sebagai
ZPT. ZPT berfungsi meningkatkan produksi buah, sayuran, bunga serta
memperpanjang usia tanaman. Selain itu ZPT juga dapat memperbaiki struktur
tanah. Dimana hal tersebut dapat menguntungkan untuk proses pemupukan pada
kolam budidaya.
Zia
(1990) dalam Zahid (1999) dalam Basmal (2009), melaporkan bahwa pupuk organik
dari rumput laut sangat berguna untuk peningkatan pertumbuhan dan peningkatan
produksi tanaman dikarenakan adanya bahan organik dan anorganik yang dapat
meningkatkan penyerapan nutrisi (nutrient uptake) serta membantu proses
asimilasi karbohidrat dan protein tanaman.
EKSTRAK RUMPUT LAUT
SEBAGAI AGEN IMUNOSTIMULAN SISTEM PERTAHANAN
Selain
digunakan sebagai bahan pembuatan agar-agar dan bahan pangan lainnya, rumput
laut dapat diekstraksi sebagai agen imunostimulan system pertahanan pada
organisme budidaya Rumput laut merupakan alga multiselular yang mengandung
substansi yang aktif secara imunologi. Pemanfaatan rumput laut selama ini masih
terbatas pada produk karagenan dan agar. Potensi rumput laut di bidang
pengendalian penyakit masih belum banyak di eskplorasi dan di eksploitasi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rumput laut mempunyai prospek yang masih
terbuka pengembangannya untuk bidang pengendalian penyakit. Ekstrak rumput laut
telah diketahui mempunyai aktivitas sebagai antitumor, meningkatkan aktivitas
kemotaksis macrophage, menstimulasi aktivitas sekresi radikal oksigen dan
fagositosis pada peritonial and splenic murine macrophage (Putra, 2014).
Tingginya
tingkat mortalitas udang budidaya diduga disebabkan oleh infeksi virus maupun
bakteri patogen. Salah satu penanggulangannya dan pencegahannya adalah melalui
peningkatan sistem pertahanan tubuh udang dengan menggunakan imunistimulan,
vitamin dan hormone (Ridlo dan Pramesti,2009).
Gracilaria
verrucosa merupakan bahan alami yang dapat digunakan sebagai imunostimulan karena
memiliki kandungan berupa komponen agar yang di dalamnya terdapat senyawa
polisakarida (Anggadiredja, 2006 dalam Puspasari, 2010). Selain itu, penggunaan
bahan ini dinilai aman dalam penggunaannya karena tidak berbahaya bagi
kesehatan manusia dan lingkungan serta bahan ini mudah diperoleh (Puspasari,
2010).
Polisakarida
dari alga merah (karageenan) dapat meningkatkan aktivitas phagocytic
macrophage. Polisakarida diketahui merupakan komponen essensial bagi semua
organisme dan mempunyai berbagai fungsi vital biologis diantaranya adalah
sebagai antitumor, antiinflamasi, antikoagulan, antikomplementer, imunologi dan
antivirus (Ridlo dan Pramesti,2009).
imunostimulasi
merupakan cara untuk memperbaiki fungsi sistem imun dengan menggunakan bahan
yang merangsang sistem tersebut. Sedangkan imunostimulan adalah suatu bahan
yang dapat meningkatkan resistensi (kekebalan) organisme terhadap infeksi
patogen dengan meningkatkan mekanisme respon imun non spesifik seperti sistem
fagositik. Penggunaan imunostimulan sekarang ini banyak dikembangkan dalam
dunia budidaya ikan. Hal ini terkait dengan pengurangan penggunaan bahan kemoterapi pada ikan yang
dapat menyebabkan resistensi terhadap bakteri tertentu (Puspasari, 2010).
Imunostimulan
dapat diberikan melalui pakan dalam jangka waktu yang lama, cara ini telah
memberikan keuntungan yang nyata melebihi penggunaan vaksin di kegiatan
budidaya. Penambahan bahan imunostimulan melalui pakan dapat diberikan dalam
jangka waktu 2 – 6 minggu (Treves-Brown, 2000 dalam Puspasari, 2010).
Sistem
pertahanan tubuh non spesifik udang L. vannamei terhadap aplikasi imunostimulan
dari rumput laut ditunjukkan oleh gambaran hematositnya yaitu jumlah total
hemosit dan aktivitas fagositosis. Hemosit merupakan salah satu bentuk
pertahanan tubuh secara selular. Hemosit mampu mematikan agen penyebab infeksi
melalui sintesis dan eksositosis molekul bioaktif protein mikrobisidal (smith
et al., 2003 dalam Ridlo dan Pramesti, 2009). Faktor-faktor immunoreaktif
seperti peroxinextin, peptida antibakteri dan clotting components disimpan
dalam hemosit, sehingga peningkatan jumlah hemosit merupakan ukuran kemampuan
suatu zat untuk menstimulasi system pertahanan tubuh udang (Ridlo dan Pramesti,
2009).
Menurut
hasil penelitian Ridlo dan Pramesti
(2009), Suplementasi ekstrak rumput laut Dictyota sp., Gracilaria sp.,
Padina sp. dan Sargassum sp. pada dosis 10 g/ kg pakan mampu meningkatkan
jumlah total hemosit dan aktivitas fagositosis udang L. vannamei. Sedangkan
Menurut hasil penelitian Puspasari (2010), menunjukkan bahwa ekstrak Gracilaria
verrucosa cukup efektif digunakan sebagai bahan imunostimulan untuk meningkatan
sistem imun pada ikan lele dumbo. Dosis yang paling baik dari hasil penelitian
ini adalah 1,0 g/kg pakan.
Dari
kedua sumber tersebut dapat disimpulkan bahwa rumput laut glacilaria sp. dapat
digunakan untuk peningkatan system pertahanan imunitas pada udang dan pada
ikan. Dan tentunya dapat menjadi pilihan terbaik untuk menjaga serta
meningkatkan produktivitas budidaya.
PERBEDAAN HASIL DARI
PENAMBAHAN GLACILARIA SP PADA KEGIATAN BUDIDAYA
Menurut
hasil penelitian Reksono et al. (2012), pertumbuhan bobot mutlak ikan sampel
pada system polikultur dengan Gracilaria Sp. dipengaruhi oleh semakin
meningkatnya kepadatan Gracilaria sp.
sedangkan pertumbuhan Gracilaria sp. dipengaruhi oleh adanya populasi ikan
bandeng.
Rendahnya
pertumbuhan bobot ikan pada perlakuan A (tanpa adanya Gracilaria sp.)
disebabkan karena ikan bandeng hanya memakan pakan alami berupa plankton dan
klekap yang tumbuh karena memanfaatkan unsure hara dari hasil dekomposisi bahan
organikpada pemupukan awal di dasar tambak. Sedangkan tingginya pertumbuhan
ikan pada polikultur dengan Gracilaria sp., mendapatkan pakan alami berupa
plankton dan klekap, serta ikan memanfaatkan organisme epifit pada thallus
Gracilaria sp.
ikan
– ikan dalam perairan memanfaatkan organism epifit pada thallus Gracilaria sp.
sebagai pakan alami. Oksigen terlarut yang bersal dari gerakan air akibat dari
aktivitas ikan ikan sangat berpengaruh terhadap kecepatan perubahan suspensi
bahan organic menjadi unsure hara yang dibutuhkan oleh Gracilaria sp. untuk
pertumbuhannya. (Reksono et al., 2012)
3. PENUTUP
KESIMPULAN
Pada
umumnya pemanfaatan rumput laut Gracilaria sp. digunakan sebagai bahan pembuat
agar-agar. Akan tetapi rumput laut tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pangan tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk bebrapa hal yang bermanfaat untuk
kegiatan budidaya. Beberapa contohnya yaitu:
Gracilaria
sp. dimanfaatkan sebagai biofilter untuk memperbaiki kualitas air pada suatu
perairan
|
Gracilaria
sp. digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk organic yang nantinya berguna
untuk proses pemupukna pada kegiatan budidaya.
|
Ekstrak
rumput laut Gracilaria sp. digunakan sebagai agen imunostimulan system
pertahanan pada organisme budidaya yang nantinya akan berpengaruh pada
produktivitas budidaya.
|
Dari
hasil penelitian beberapa sumber, didapatkan perbedaan dari penambahan
glacilaria pada kegiatan budidaya yang rata-rata menunjukkan efek positif bagi
kegiatan budidaya.
SARAN
Diharapkan
untuk kedepannya diadakan penelitian yang lebih mendalam mengenai pengaruh
rumput laut Gracilaria sp. terhadap perairan umum maupun kegiatan budidaya
ikan.
PENULIS
Wahyu Widia Ningrum
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery Purnomo Aji Sutrisno
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Basmal,J.2009.Prospek
Pemanfaatan Rumput Laut Sebagai Bahan Pupuk Imunostimulan
Sistem Pertahanan Non Spesifik Pada Udang (Litopennaeus vannamei). 14 (3):
133-137
Komarawidjaja,
W. 2005. Rumput laut Glracilaria sp. Sebagai Fitoremedian Bahan Organik
Perairan Tambak Budidaya. 6(2): 410-415
Organik.
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.
4(1): hal 2
Priono,
B. 2013. Budidaya Rumput Laut Dalam Upaya Penigkatan Industrialisasi Perikanan.
Pusat Penenlitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. 8(1): hal 2
Puspasari,
N. 2010. Efektivitas Ekstrak Rumput Laut Gracilaria Verrucosa Sebagai
Imunostimulan Untuk Pencegahan Infeksi Bakteri Aeromonas Hydrophila Pada Ikan
Lele Dumbo Clarias Sp. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. 89 hlm.
Putra,
M., Maulana. 2014. Efektifitas Ekstrak Rumput Laut (Gracilaria Sp) Sebagai
Imunostimulan Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Yang Diinfeksi Bakteri
Aeromonas Hydrophila. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan.
Universitas Muhammadiyah Malang. 44 hlm
Reksono,
B. H, Hermani. Yuniarti. 2012. Pengaruh Padat Penebaran Gracilaria Sp. Terhadap Pertumbuan Dan
Kelangsungan Hidup Ikan Bandeng (Chanos Chanos) Pada Budidaya System
Polikultur. Jurnal perikanan dan kelautan. 3(3):41-49.
Ridlo,
A. dan R, Pramesti. 2009. Aplikasi Ekstrak Rumput Laut Sebagai Agen
Widyorini,
N. 2010. Analisis Pertumbuhan Gracilaria sp. Di Tambak Udang Ditinjau Dari
Tingkat Sedimentasi. 6(1):30-36
Post a Comment for "Pengaruh Rumput Laut (Gracilaria Sp) Dalam Budidaya Ikan (Limnologi Atau Limnology)"