Kisaran Suhu Optimal Ikan, Nilai Kecerahan Kelangsungan Hidup Ikan, Oksigen Terlarut Dalam Air (Dissolved Oxygen = Do), Karbondioksida (C02) Dalam Air, Ph Perairan, Nitrit Nitrat Nitrogen Perairan, Kadar Amonia (Nh3) Suatu Perairan Tercemar, Amonia (Nh3) Di Perairan, Orthofosfat Perairan, Pengaruh Cahaya Pada Suhu Air, Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Perairan, Kecerahan Perairan, Oksigen Terlarut (Do) Pagi Dan Sore, Karbondioksida (Co2) Merupakan, Kadar Karbondioksida (Co2) Perairan, Kisaran Ph Di Air, Pengertian Ph Adalah, Peningkatan Nitrat (No3) Di Perairan, Kadar Nitrat (No3) Perairan, Kadar Ammonia (Nh3) Untuk Kehidupan Ikan, Kandungan Ammonia (Nh3) Yang Bisa Mematikan Ikan Nila, Menurunkan Kadar Ammonium, Kandungan Fosfat Di Perairan Alami, Rasio Konversi Pakan Atau Feed Conversion Ratio (Fcr), Rasio Koversi Pakan (Fcr) Adalah, Survival Rate (Sr) Merupakan, Pengertian Kelangsungan Hidup (Sr), Pertumbuhan Ikan Gr (Growth Rate), Perlakuan Pakan Yang Memberikan Laju Pertumbuhan Mutlak, Produksi Ikan Nila Secara Monokultur, Lama Pemeliharaan (Pembesaran) Ikan Nila Antara Umur 3 – 6 Bulan
Suhu, Kecerahan, DO, CO2, PH, Nitrat, Nitrogen, NH3, Orthofosfat, Cahaya, Kecerahan, Ammonium, FCR, SR, GR (Dasar Akuakultur Atau Aquaculture)
KISARAN SUHU OPTIMAL IKAN
DI PERAIRAN TROPIS
Kisaran
suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis adalah antara 280 C - 320
C. Pada kisaran tersebut konsumsi oksigen mencapai 2,2 mg/g berat tubuh/jam.
Dibawah suhu 250 C, konsumsi oksigen mencapai 1,2 mg/g berat tubuh/jam. Pada
suhu 12 - 180 C mulai berbahaya bagi ikan, sedangkan di bawah 120 C ikan tropis
mati kedinginan. Secara teoritis, ikan tropis masih hidup normal pada suhu 30 -
350 C apabila konsentrasi oksigen terlarut cukup tinggi (Kordi dan Tancung,
2005 dalamKamsuri, 2013). Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme,
karena itu penyebaran organisme baik dilautan maupun di perairan tawar dibatas
oleh suhu perairan tersebut.Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
kehidupan biota air.Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan
kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan
kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim (drastis) (Kordidan Andi, 2009)
NILAI KECERAHAN
KELANGSUNGAN HIDUP IKAN
Menurut
Asmawai (1993) dalam Suyantri (2011), nilai kecerahan perairan yang baik untuk
kelangsungan organisme yang hidup di dalamnya adalah lebih besar dari 45 cm.
Bila kecerahan lebih kecil dari 45 cm, maka pandangan ikan akan terganggu. Pendapat
Cholik (1986) dalam Rukmini (2011) bahwa nilai kecerahan yang baik dan layak
untuk kelangsungan hidup ikan dan organisme lainnya adalah lebih dari 45 cm.
Adapun menurut Chairuddin (1989) dalam Rukmini (2011) nilai kecerahan perairan
rawa pada umumnya > 30 cm karena warna air coklat hitam.
OKSIGEN TERLARUT
DALAM AIR (DISSOLVED OXYGEN = DO)
Oksigen
terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan
energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan
untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber
utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara
bebas dan hasil foto sintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut
(Salmin, 2008). Oksigen adalah salah satu unsur kimia yang sangat penting
sebagai penunjang utama kehidupan berbagai organisme. Oksigen dimanfaatkan oleh
organisme perairan untuk proses respirasi dan menguraikan zat organik menjadi
zat anorganik oleh mikroorganisme. Oksigen terlarut dalam air berasal dari
difusi udara dan hasil fotosintesis organisme berklorofil yang hidup dalam
suatu perairan dan dibutuhkan oleh organisme untuk mengoksidasi zat hara yang
masuk kedalam tubuhnya (Nybakken, 1988 dalam Simanjuntak, 2007).
KARBONDIOKSIDA (C02) DALAM
AIR
Karbondioksida
merupakan produk dari respirasi yang dilakukan oleh tanaman maupun hewan. Ketersediaan
karbondioksida adalah sumber utama untuk fotosintesis, dan pada banyak cara
menunjukkan hubungan keterbalikan dengan oksigen. Meskipun suhu merupakan
faktor utama dalam regulasi konsentrasi oksigen dan karbondioksida, tetapi hal
ini juga tergantung pada fotosintesis tanaman, respirasi dari semua organisme,
aerasi air, keberadaan gas – gas lainnya dan oksidasi kimia yang mungkin
terjadi (Goldman dan Horne, 1983) dalam Apridayanti, 2008). Menurut Saeni
(1989) dalam Kasry dan El Fajri, 2013, gas karbondioksida yang terdapat dalam
air dihasilkan dari penguraian bahan – bahan organik oleh bakteri. Bahkan
ganggang mempergunakan karbondioksida dalam fotosintesis dan menghasilkannya
melalui proses metabolisme dalam keadaan tanpa cahaya.
PH PERAIRAN
Tingkat
keasaman (pH) perairan merupakan parameter kualitas air yang penting dalam
ekosistem perairan tambak. Perubahan pH ditentukan oleh aktivitas fotosintesis
dan respirasi dalam ekosistem. Fotosintesis memerlukan karbon di oksida, yang
oleh komponen autotrof akan dirubah menjadi monosakarida. Penurunan karbon
dioksida dalam ekosistem akan meningkatkan pH perairan. Sebaliknya, proses
respirasi oleh semua komponen ekosostem akan meningkatkan jumlah karbon
dioksida, sehingga pH perairan menurun (Wetzel, 1983 dalam Izzati, 2008). Hasil
pengukuran pH air menunjukkan kisaran pH 6.8 – 7.6 dengan nilai rerata 6.99.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai pH relatif mendekati netral. Nilai pH tanah
menunjukkan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan air yaitu berkisar 5.7
– 7.4 dengan nilai rerata 6.48 dan cenderung asam. Kecenderungan nilai pH tanah
lebih rendah dari pada pH air ini mungkin disebabkan karena adanya akumulasi
zat organik berupa akar-akar kayu dan dedaunan di dasar perairan dan yang
sedang mengalami pembusukan. Proses ini akan menghasilkan CO2 yang berpengaruh
pada nilai pH dan menurunkan kandungan oksigen terlarut (Zonneveld et al., 1993
dalam Muchlisin,2009).
NITRIT NITRAT
NITROGEN PERAIRAN
Nitrit (NO2) biasanya
ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit lebih sedikit dari pada nitrat,
karena tidak stabil dengan keberadaan oksigen.Nitrit merupakan bentuk peralihan
(Intermediate) antara amonia dan nitrat (Nitrifikasi). NitrifikasiReduksi
nitrat (Denitrifikasi) oleh aktivitas mikroba pada kondisi anaerob, yang
merupakan proses yang biasa terjadi pada pengolahan limbah, juga menghasilkan
gas amonia dan gas-gas lain, misalnya N2O, NO2, NO dan N2.Nitrogen dan
senyawanya tersebar secara luas dalam biosfer. Lapisan atmosfer bumi mengandung
sekitar 78% gas nitrogen. Bebatuan juga mengandung nitrogen. Pada tumbuhan,
hewan senyawa nitrogen ditemuka n sebagai penyusun protein dan klorofil. Di
perairan, nitrogen berupa nitrogen anorganik dan organik. Nitrogen anorganik
terdiri atas amonia (NH3), ammonium (NH4), nitrit (NO2), nitrat (NO3) dan
molekul gas N2, sedikit nitrogen organik berupa protein, asam amino dan urea.(Effendi,2003
dalam Ida, 2009)
KADAR AMONIA (NH3) SUATU
PERAIRAN TERCEMAR
Kadar
Amonia (NH3) suatu perairan yang
tercemar memiliki kisaran nilai yang berbedabeda. Terdapat pada zona A2
dan terendah terdapat pada zona A1. Kadar NH3 di zona A3 yang memiliki nilai
paling tinggi yaitu 2,16 mg/L. Pada zona A1 dengan kisaran rata-rata antara
0,2-0,3 mg/L. Padahal, untuk perikanan maksimal kadar amonia adalah 0,016 mg/l.
Dengan NH3 maksimal yang diperbolehkan untuk pemeliharaan udang yaitu _ 0,1 ppm
(Mintardjo et al, 1984 dalam hendrawati et al., 2008)
AMONIA (NH3) DI PERAIRAN
Jika
pH kolam tinggi, daya racun ammonia meningkat sebab sebagian besar berada dalam
NH3. Sedangkan ammonia dalam bentuk molekul dapat menembus bagian membrane sel
lebih cepat dari ion NH4. Presentase NH3 dari ammonia total dipengaruhi oleh
salinitas, konsentrasi oksigen, suhu dan pH air. Semakin suhu pH air semakin
tinggi penetrasi konsentrasi NH3, dalam artian peluang biota budidaya beracun
NH3 lebih besar daripada suhu dan juga pH yang tinggi ( Kordi,2010). Menurut
Spencer (2006), bahwa kadar ammonia dipicu oleh tinggi rendahnya suhu pada
perairan. Fluktuasi tersebut akan menyebabkan perbedaan tingkat respirasi
bakteri yang akan mengakibatkan perombakan protein dalam perairan. Oksidasi
ammonia juga berjalan dengan cepat sehingga substansi itu menjadi NO2 dan NO3
pada air mengalir dengan bantuan pengikat nitrogen.
ORTHOFOSFAT PERAIRAN
Menurut
Astuti (2015), Fosfat merupakan hara penting untuk tumbuhan air dan alga, serta
merupakan salah satu factor pembatas untuk pertumbuhan alga. Konsentrasi
ortofosfat dalam perairan mengalami fluktuasi (naik turun) selama aerasi. Aerasi selama beberapa minggu di lapisan
hipolimnion dapat menyebabkan penurunan orthofosfat pada lapisan hipolimnion.
Selama aerasi, konsentrasi fosfat di permukaan perairan menurun sementara di
dasar perairan meningkat yang diduga di dasar perairan mendapat tambahan fosfat
dari pelepasan fosfat dari dasar perairan. Konsentrasi orthofosfat yang dapat
menyebabkan eutrofikasi adalah 0.031 – 0.1 mg/L. Setiap senyawa fosfat terdapat
dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat dalam bentuk terlarut. Dalam
air limbah senyawa fosfat dapat berasal dari limbah penduduk, industri dan
pertanian. Di daerah pertanian ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk
ke dalam sungai melalui drainase (mengalirkan) dan aliran air hujan. Polifosfat
dapat memasuki sungai melalui air buangan penduduk dan industri yang
menggunakan bahan deterjen yang mengandung fosfat seperti industri pencucian,
industri logam dan sebagainya. Fosfat organik terdapat dalam air buangan
penduduk (tinja) dan sisa makanan. Fosfat organik dapat pula terjadi dari
ortofosfat yang terlarut melalui proses biologis karena baik bakteri maupun
tanaman menyerap fosfat bagi pertumbuhan (Rumondang, 2009 dalam Yogiarti et al
., 2014)
PENGARUH CAHAYA PADA
SUHU AIR
Menurut
Closset et al.(2006) dalam Retnaningdyah et al.(2011), cahaya juga berfungsi
dalam memanasi air sehingga terjadi perubahan suhu pada perairan. Pengaruh
cahaya pada suhu yaitu semakin lama dan besar intensitas cahaya, maka suhu air
akan semakin meningkat. Perubahan suhu mempengaruhi tingkat kesesuaian perairan
sebagai habitat, karena pada organisme memiliki kisaran minimum dan maximum
suhu untuk kehidupannya.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
SUHU PERAIRAN
Menurut
Yumameet et al.(2013), terdapat factor-faktor yang mempengaruhi suhu perairan.
Faktor-faktor tersebut antara lain letak ketinggian dari permukaan laut, letak
tempat terhadap garis edar matahari, musim, cuaca, waktu pengukuran, kedalaman
air dan kegiatan manusia di sekitar perairan, misalnya industry dan pemukiman.
Proses pencernaan yang dilakukan oleh ikan, akan berjalan sangat lambat pada
suhu yang rendah, tetapi lebih cepat pada perairan yang suhunya lebih tinggi.
KECERAHAN PERAIRAN
Menurut
Effendi (2003) dalam Pujiastuti et al. (2013), kecerahan merupakan transparansi
perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk.
Kecerahan perairan sangat dipengaruhi oleh keberadaan padatan tersuspensi,
zat-zat terlarut, partikel-partikel dan warna air. Pengaruh kandungan lumpur
yang dibawa oleh aliran sungai/kolam dapat mengakibatkan tingkat kecerahan
rendah sehingga dapat menurunkan produktivitas. Menurut Sari dan Usman (2012),
kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan cahaya untuk
menembus periaran air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami kecerahan
sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas fotosintesa. Ala yang
digunakan biasanya secchi disk.
OKSIGEN TERLARUT (DO)
PAGI DAN SORE
MenurutHuboyodanZaman
(2007), Sebaran temperatur sangat berkaitan dengan sebaran oksigen terlarut, semakin
tinggi temperatur semakin rendah oksigen terlarutnya. Pola penaikan oksigen terlarut
(DO) pada pagi hari sampai sore hari sebanding dengan pola penurunan temperatur
pada pagi hari sampai sore dariSelatan ke Utara. Persebaran temperatur diatas
temperatur normal ini diperkirakan akan menimbulkandampak seperti mempengaruhi
metabolisme kehidupan akuatik (sensitif terhadap racun, migrasibiota) serta menurunkan
kadar oksigenterlarut.
KARBONDIOKSIDA (CO2) MERUPAKAN
Karbondioksida
merupakan senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara
kovalen dengan sebuah atom karbon, berbentuk gas pada keadaan suhu dan tekanan
standar dan berada di atmosfer bumi, karbondioksida adalah gas yang tidak
berwarna dan berbau. Karbondioksida dihasilkan oleh semua hewan,
tumuh-tumbuhan, fungi dan mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan
oleh tumbuhan pada proses fotosintesis. Oleh karena itu, karbondioksida
merupakan komponen pentig dalam kultivasi (Borowitzka, 1988 dalam Zumaritha,
2011).
KADAR KARBONDIOKSIDA (CO2) PERAIRAN
Menurut
Effendi (2003) dalam Adawiyah (2011), bahwa kadar karbondioksida di perairan
dapat mengalami penurunan bahkan hilang akibat proses fotosintesis, evaporasi,
dan agitasi perairan. Perairan yang diperuntukan bagi kepentingan perikanan
sebaiknya mengandung kadar karbondioksida bebas < 5 mg/liter. Kadar
karbondioksida bebas sebesar 10 mg/liter masih dapat di tolerir oleh organisme
akuatik, asal disertai dengan kadar oksigen yang cukup. Sebagian besar
organisme akuatik masih dapat bertahan hidup hingga kadar karbondioksida
mencapai 60 mg/liter.
KISARAN PH DI AIR
Keasaman
air di ukur dengan ph, yang mempunyai kisaran nilai antara 1-14. Semakin asam
keadaan air, nilai ph semakin kecil. Sebaliknya, semakin basa kondisi air,
nilai ph semakin besar.kondisi netral ditunjukkan dengan nilai ph 7. Kondisi ph
air yang sesuai bagi ikan tergantung pada jenis dan daerah asal ikan tersebut.
Kebanyakan ikan hias hidup pada ph netral. Namun, ikan siklid dari daerah
Afrika lebih menyukai air yang bersifat basa. Sementara, ikan siklid Amerika
lebih menyukai kondisi asam. Ikan-ikan yang berasal dari Indonesia sebagian
besar hidup pada kondisi ph netral 7 (Kuncoro, 2008).
PENGERTIAN PH ADALAH
ph
adalah ukuran keasaman atau kebasaan suatu larutan. Secara khusus, ph adalah
ukuran + ion hidronium H3O. hal ini didasarkan pada skala logaritmik dari 0
sampai 14. Air murni memiliki ph 7.0. jika ph kurang dari 7, air tersebut
bersifat asam. Jika ph lebih besar dari 7, air bersifat basa/alkalis (Herwibowo
et al., 2014).
PENINGKATAN NITRAT (NO3) DI
PERAIRAN
Hal
ini sesuai dengan pendapat Hutagalung dan Rozak (1997) yang menyatakan bahwa
peningkatan kadar nitrat di perairan disebabkan oleh masuknya limbah domestik
atau pertanian (pemupukan) yang umumnya banyak mengandung nitrat. Oleh karena
itu, diperlukan peran pemerintah dalam hal ini untuk memberikan pemahaman
kepada masyarakat tentang pentingnya penggunaan pupuk dan dampak yang dapat
timbul jika pemberian pupuk tersebut berlebihan (hutagalung dan rozak, 1997
dalam hendrawati et al., 2008).
KADAR NITRAT (NO3)
PERAIRAN
Nitrat
(NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien
utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat merupakan salah satu sumber
utama nitrogen di perairan. Kadar nitrat pada perairan alami tidak pernah lebih
dari 0,1 mg/liter. Kadar nitrat lebih dari 5 mg/liter menggambarkan terjadinya
pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan
(Notodarmojo, 2005 dalam agus et al., 2013).
KADAR AMMONIA (NH3)
UNTUK KEHIDUPAN IKAN
Menurut
Daelami(2012), bahwa sifat-sifat fisika dan kimia air sangat penting
diperhatikan. Hal tersebut bertujuan agar kondisi air sesuai dengan kehidupan
ikan. Salah satu sifat kimia yang diperhatikan adalah ammonia(NH3) harus
kurang dari 0,5 mg/L.
KANDUNGAN AMMONIA (NH3) YANG BISA MEMATIKAN IKAN NILA
Amonia
merupakan salah satu senyawa beracun didalam air yang berbahaya bagi kehidupan
ikan nila . gas yang berbau sangat menusuk ini dapat berasal dari proses
metabolisme ikan dan proses pembusukan bahan organic yang dilakukan oleh
bakteri. Batas konsentrasi kandungan ammonia yang bisa mematikan ikan nila
adalah <0,1 mg/L (Khairuman dan Amri, 2007 dalam Susanto et al., 2010).
MENURUNKAN KADAR
AMMONIUM
Penurunan
kadar orthofosfat juga didukung oleh diversitas tanaman yang terdapat di zona
riparian sehingga kualitas air irigasi meningkat. Penanaman vegetasi riparian
sepanjang 125 m selama 50 hari belum secara signifikan menurunkan kadar
ammonium, namun penanaman sepanjang 275 m telah secara signifikan mampu
menurunkan kadar ammonium. Kadar ammonium setelah penanaman vegetasi riparian
ini berada dalam kategori kelas tiga berdasarkan PP 82 tahun 2001 tentang
kajian kriteria mutu air. Penurunan kadar ammonium juga dipengaruhi oleh vegetasi
yang berperan sebagai tempat terakumulasinya ammonium (Hamdani et al,2013).
KANDUNGAN FOSFAT DI
PERAIRAN ALAMI
Kandungan
fosfat di perairan alami umumnya tidak lebih dari 0,1 ppm. Apabila kandungan
fosfat cukup tinggi diperairan akan menimbulkan perairan tersebut subur,
sehingga akibat penyuburan terjadi blooming. Sehingga perairan tersebut menjadi
perairan yang anaerob. Hal ini dapat menyebabkan kematian massal bagi organisme
perairan (ikan) diikuti terbentuknya senyawa beracun [H2S dan NH3 dan
sebagainya (Wahono, 1996 dalam Robert J.R, 2002).
RASIO KONVERSI
PAKAN ATAU FEED CONVERSION RATIO (FCR)
Menurut
Setiaji (2007) dalam Mulyadi (2010), Efisiensi penggunaan pakan dapat diukur
melalui rasio konversi pakan atau feed conversion ratio (FCR), yaitu antara
berat pakan yang digunakan dengan jumlah berat ikan yang dihasilkan. FCR pakan
untuk ikan dan udang berkisar antara 2-2,5 atau kurang dari itu, dengan kata
lain 2-2,5 kg pakan yang di berikan menghasilkan 1 kg daging ikan. Makin kecil
FCR nya, berarti semakin efisien penggunaan pakannya. Nila FCR dapat di hitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
FCR=
(berat pakan yang diberikan)/(berat ikan yang dihasilakan)
RASIO KOVERSI PAKAN
(FCR) ADALAH
Rasio
koversi pakan (FCR) adalah indeks dari pemanfaatan total pakan untuk
pertumbuhan atau jumlah gram pakan yang diperlukan ikan untuk menghasilakan 1gr
berat basah ikan. Nilai konversi pakan dapat diperoleh dengan membandingkan
antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan petambahan berat ikan uji dan berat
ikan uji yang mati selama penelitian berlangsung. Semakin rendah nilai koversi
pakan, maka efisiensi pemanfaatan pakannya semakin membaik (stickney, 1979
dalam rachmawatu dan istuyanto,2014).
SURVIVAL RATE (SR)
MERUPAKAN
Menurut
zonneveld (1991), Survival Rate (SR), merupakan indeks kelangsungan hudup suatu
jenis ikan dalam suatu proses budidaya dari awal ikan ditebar hingga ikan di
panen. Nilai SR dihitung dalam bentuk angka presentasi mulai dari 0%-100%.Rumus
SR :jumlah ikan yang di panen/jumlah ikan yang di tebar x 100%.kelulushidupan
ikan diuji untuk membandingkan jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian
dengan jumlah awal penelitian.
PENGERTIAN
KELANGSUNGAN HIDUP (SR)
Menurut
(Effendie, 1979), Kelangsungan hidup (SR) adalah perbandingan jumlah ikan yang
hidup dengan ikan pada awal pemeliharaan. Rumus yang digunakan untuk menghitung
kelangsungan hidup (SR) adalah sebagai berikut:
SR
= No/ Nt x 100%
Keterangan
:
SR
= Survival rate / kelangsungan hidup (%)
Nt
= Jumlah benih di akhir pemeliharaan (ekor)
N0
= Jumlah benih di awal peme SR = No/ Nt x 100%
PERTUMBUHAN IKAN GR
(GROWTH RATE)
Menurut
yulaipi dan aunurohi (2013) Pertumbuhan ikan yang diukur adalah GR (Growth
Rate) dan pertambahan panjang harian ikan. GR(Growth Rate) dan pertambahan
panjang harian mengalami kenaikan pada 0%LC5096jam (kontrol) karena pada
kontrol memiliki respon yang baik terhadap makanan sehingga laju pertumbuhannya
naik, sedangkan pada konsentrasi 2,5%; 5%, dan 10%LC5096jam mengalami
penurunan.
PERLAKUAN PAKAN YANG
MEMBERIKAN LAJU PERTUMBUHAN MUTLAK
Menurut
Hany (2011), perlakuan yang memberikan
laju pertumbuhan mutlak tertinggi dicapai pada pakan dengan tingkat substitusi
15% sebesar 0,81. Kemudian pakan dengan tingkat substitusi 0% memiliki
rata-rata pertumbuhan mutlak sebesar 0,57. Selanjutnya pakan dengan tingkat
substitusi 30% memiliki rata-rata pertumbuhan mutlak sebesar 0,55. Pakan dengan
tingkat substitusi 45% memiliki rata-rata pertumbuhan mutlak sebesar 0,44.
Maka, syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembuatan pakan ikan antara
lain: kandungan nutrisi suatu bahan pakan harus cukup sesuai dengan kebutuhan
ikan, disukai oleh ikan, mudah dicerna dan jika dilihat dari nilai ekonominya
pakan yang dihasilkan dari pemanfaatan tepung Azolla mempunyai harga yang
relatif lebih murah jika dibanding dengan penggunaan tepung kedelai sehingga
dengan pemanfaatan tepung Azolla dapat menekan biaya produksi pakan.
PRODUKSI IKAN NILA
SECARA MONOKULTUR
Budidaya
ikan nila secara monokultur di kolam rata-rata produksinya adalah 25.00
kg/ha/panen, dikeramba jaring apung 1000 kg/unit/panen dan ditambak sebanyak
15.000kg/Ha/panen. Budidaya ikan nila ditambak, pertumbuhannya lebih cepat
dibandingkan dikolam atau di jaring apung. Nila ukuran 5-8 cm yang dibudidayakan
di tambak selama 2,5 bulan dapat mencapai 200 gr. Sedangkan dikolam untuk
mencapai ukuran yang sama diperlukan waktu 4 bulan (Warintek,2010).
LAMA PEMELIHARAAN
(PEMBESARAN) IKAN NILA ANTARA UMUR 3 – 6
BULAN
Lama
pemeliharaan (pembesaran) ikan nila antara umur
3 – 6 bulan, tergantung pada tujuan produksi akhir, tempat, sistem dan
metode pemeliharaan. Hasil penelitian dalam budidaya ikan nila menunjukkan
fakta sebagai berikut: (1) Produksi akhir ikan nila yang dipelihara sistem
ekstensif dengan padat penebaran 0,5 ekor/m², bobot awal 10 g/ekor selama 3
bulan masa pemeliharaan mencapai 25 g/m² dengan bobot 50 g/ekor, sedang
produksi akhir ikan nila yang dipelihara dengan sistem intensif dengan metode
campur kelamin, bobot awal 15 g/ekor dan padat penebaran 30 ekor/m², setelah 4
bulan mencapai bobot 90 g/ekor ( Masarrang,2009).
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Agus I. Kamsuri, N. P. L. Pangemanan, Reiny A. Tumbol. 2013.
Kelayakan Lokasi
Budidaya Ikan Di Danau Tondano Ditinjau Dari Parameter Fisika Kimia Air.
Budidaya Perairan. 1 ( 3). 31 – 42.
Apridayanti, Eka. 2008. Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Perairan Waduk
Lahor Kabupaten Malang Jawa Timur (Tesis). Semarang : Universitas Diponegoro.
Astuti,LP. 2015. Intervensi Internal Terhadap Biodegradasi Bahan Organik
Limbah Karamba Jaring Apung Di Waduk Ir. H. Djuanda Dalam Upaya Memperbaiki
Kualitas Perairan. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Daelami, A.2012.Kandungan CO2 dan Ammonia Diperairan.Budidaya Perairan.
3(1):7:10.
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Hamdani D.P dan Catur R, 2013. Peningkatan Kualitas Air Irigasi Akibat
Penanaman Vegetasi Riparian dari Hidromakrofita Lokal selama 50 Hari.
Laboratorium Ekologi dan Biodiversitas Hewan. Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya.
Hany, Handajani.2011. Optimalisai Substitusi Tepung Azolla Terfermentasi
Pada Pakan Ikan Untuk Meningkatkan Produktivitas Ikan Nila Gift. Jurusan
Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang.Jurnal Tehnik Industri. 12(2)
177-181.
Hedrawati., heru, P.T., Nurbani. R.N. 2008. Analisis Kadar Phosfat Dan
N-Nitrogen (Amonia, Nitrat, Nitrit) Pada Tambak Air Payau Akibat Rembesan
Lumpur Lapindo. Badan riset kelutan dan perikanan. Jakarta.
Hendrawati. Prihadi, Tri Heru. Rohma. Nurbani, Nuni. 2008. Analisis Kadar
Phosfat dan N-Nitrogen (Amonia, Nitrat, Nitrit) pada Tambak Air Payau akibat
Rembesan Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Jurnal kimia. UIN Syarif
Hidayatullah: Jakarta.
Herwibowo, kunto., N.S. Budiana. 2014. Hiodroponik Sayuran: Jakarta.
Adawiyah, Robiatul. 2011. Diversitas Fitoplankton Di Danau Tasikardi Terkait
Dengan Kandungan Karbondioksida Dan Nitrogen.Skripsi. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah : Jakarta.
Huboyo, H S Dan B. Zaman. 2007. Analisis Sebaran Temperatur Dan Salinitas
Air Limbahpltu-Pltgu Berdasarkan Sistem Pemetaaan Spasial (Studi Kasus :
Pltu-Pltgu Tambak Lorok Semarang). Jurnal Presipitasi Vol. 3 No.2 September
2007, Issn 1907-187x. Undip. Semarang.
Ida, Yustina. 2009. Penentuan Kadar Nitrit Padabeberapa Air Sungai Di Kota
Medan Dengan Metode Spektrofotometri (Visible). Skripsi Program Diploma 3 Kimia
Analis. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera
Utara: Medan.
Izzati, Munifatul. 2008. Perubahan Konsentrasi Oksigen Terlarut dan Ph Perairan
Tambak setelah Penambahan Rumput Laut Sargassum Plagyophyllumdan
Ekstraknya. Jurnal Perubahan Konsentrasi Oksigen Terlarut. 60 – 69. Jurusan
Biologi, FMIPA : UNDIP.
Kamsuri, Agus I,. Pengemanan N.P.L ., Tumbol A,Reiny. 2013. Kelayakan
Lokasi Budidaya
Ikan Di Danau Tondano Ditinjau Dari Parameter Fisika
Kimia Air.Budidaya
Perairan.Vol. 1 No. 3: 31 – 42.
Kasri,Adnan dan El Fajri, Nur.2013.Kualitas Perairan Muara Sungai Siak
Ditinjau Dari Sifat Fisik-Kimia Dan Makrozoobenthis. Berkala Perikanan
Terubuk.Vol 41 no.1 hal 37-52.
Kordi, K Ghufrondan Andi Baso Tancung.2009.PengelolaanKualitas Air dalam
BudidayaPerairan.RinekaCipta: Jakarta.
Kordi,Roshahim.2010. Transformasi Industri Akuakultur Pantai Timur ke
Arah Kecepatan Teknikal. Proshiding Perkem VII. Jilid 1 : 260-268.
Fakultas Penguruan dan Ekonomi Universiti Malaysia Terengganu.
Kuncoro, Eko Budi.2008. AQUASCAPE. Pesona Taman Akuarium Air Tawar.Kanisius:Yogyakarta.
Masarrang, e. 2009. analisis usaha ikan nila (oreochromis niloticus) di kolam
melalui pola agribisnis di distrik muara tami kota jayapura. program
pascasarjana universitas hasanuddin makassar. makassar.
Muchlisin, Z.A. 2009. Studi Pendahuluan Kualitas Air Untuk
Pengembangan Budidaya Perikanan di Kecamatan Sampoinit Aceh Jaya Pasca
Tsunami.
Mulyadi, Joyo.2010. Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Buatan
Terhadap Kelulushidupan dan Pertumbuhan Benih Ikan Selais (Kryptopterus
lais). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau Pekanbaru.
N. Zonneveld, (1991). Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 318 hal.. j : PT. Gramedia Utama Pustaka.
Pujiastuti, P., B. Ismail; dan Pranoto. 2013. Kualitas dan beban pencemaran
perairan waduk Gajah Mungkur. FMIPA. Universitas Sebelas Maret.
Rachmawati,Diana. Istiyanto Samidjan. 2014. Penambahan Fitase Dalam Pakan
Buatan Sebagai Upaya Peningkatan Kecernaan, Laju Pertumbuhan Spesifik Dan
Kelulushidupan Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Saintek
Perikanan. ISSN:1858-4748.Vol.10.No.1:48-55.
Retnaningdyah, C., N. Marwati., A. Soegiantodan B. Irawan. 2011. Media
Pertumbuhan IntensitasCahayadan Lama Penyinaran yang Efektif Untuk Microcystis,
Hasil Isolasi dan Waduk Sutami di Laboratorium. JEP. 13 (2) : 123-130
Robert J. Rompas,2002.Pengukuran Parameter Fisika-Kimia Pada Budidaya
Karamba Di Sungai Tondano, Kelurahan Ternate: Manado.
Rukmini. 2011. Karakteristik Ekologis Habitat Larva Ikan Betok (Anabas
Testudineus Bloch)di Perairan Rawa Monoton Danau Bangkau Kalimantan Selatan.
Fakultas Perikanan, Unlam Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Salmin. 2008. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biological (BOD)
sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal Oceano.
Vol. 30 (3): 21-26.
Sari, T.E.Y., dan Usman. 2012. Studi parameter fisika dan kimia daerah
penangkapan ikan perairan selat asam kabupaten kepulauan meranti propinsi Riau.
Universitas Riau.
Simanjuntak, Marojahan. 2007. Oksigen Terlarut dan Apparent Oxygen
Utilization di Perairan Teluk Klabat, Pulau Bangka. Jurnal Ilmu Kelautan. Vol.
12 (2): 59-66.
Spencer, C. P. 2006. The Micronotnent Element Inchemical Oceanograpy New
York : J.P. Rilley and Knowledge Akademis Press London.
Susanto, Hervy. F. H.Taqwa dan Yulisman. 2010. Pengaruh lama waktu pingsan
saat pengangkutan dengan system kering terhadap kelulusan hidup benih ikan nila
(Oreochromis niloticus).Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia.2(2):202-214(2014).
Suyantri, Eni. 2011. Sintasan (Survival Rate) Ikan Mujair (Oreochromis
Mossambicus) Secara In-Situ di Kali Mas Surabaya. Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya.
Warintek.2010.Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus).Jurnal
Budidaya Perikanan Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Jakarta.
Yogiarti, Ni Luh Putu Rista., Didik Setiawan., Ida Ayu Manik
Parthasutema. 2014. Analisis Kadar Fosfat Air Sungai Di Desa Beng, Gianyar
Dengan Metode Spektrofotometri UV-VIS. STIKes Wira Medika PPNI. Bali
Yulaipi,s dan aunurohim.2013. Bioakumulasi logam berat timbal(pb) dan
Hubungan nya dengan Laju Pertumbuhan ikan mujair. jurnal sains dan seni pimits.
2(2):2337-3520.
Yumame, R. Y., R. Rompas dan N.P.L Pangemanan. 2013. Kelayakan Kualitas Air
Kolam di Lokasi Pariwisata Embung Klamalu Kabupaten Sorong Provinsi Papua
Barat. Budidaya Perairan. 1 (3) : 56-62
Zumaritha, F. (2011). “Pemanfaatan Karbondioksida (CO2) Untuk Kultivasi
Mikroalga Nannochloropsis sp. Sebagai Bahan Baku Biofuel. Skripsi FPIK,
Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Post a Comment for "Suhu, Kecerahan, DO, CO2, PH, Nitrat, Nitrogen, NH3, Orthofosfat, Cahaya, Kecerahan, Ammonium, FCR, SR, GR (Dasar Akuakultur Atau Aquaculture)"