Ikan Bandeng (Chanos-Chanos) adalah ikan yang termasuk suku chanidae, satu satunya yang masih ada. Pengertian Ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya adalah mempunyai tulang belakang, insang dan sirip. Dan terutama ikan sangat bergantung atas air sebagai medium dimana tempat mereka tinggal. Ikan memiliki kemampuan didalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuh nya sehingga tidak tergantung pada air atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. (Burhanuddin, 2014).
secara umum ikan adalah hewan vertebrata yang berdarah dingin. Pergerakan dan keseimbangannya menggunakan sirip. Pada umumnya bernafas menggunaka insang, ikan dan segala aspek aspek yang berhubungan dengan ikan adalah ichtyologi (leven, 2009).
menurut widyawati et,al (2009), ikan adalah hewan hewan yang hidup di perairan baik disungai maupun di laut. Tubuh ikan dilengkapi dengan sirip-sirip yang membantu mereka berenang dan menjaga keseimbangan tubuh.
KLASIFIKASI IKAN BANDENG
Menurut
Sudrajat (2008) taksonomi dan klasifikasi ikan bandeng adalah sebagai berikut:
Kingdom
|
:
Animalia
|
Phylum
|
: Chordata
|
Subphylum
|
: Vertebrata
|
Class
|
:
Osteichthyes
|
Ordo
|
: Gonorynchiformes
|
Family
|
: Chanidae
|
Genus
|
: Chanos
|
Spesies
|
: Chanos
chanos
|
Nama
dagang
|
: Milkfish
|
Nama lokal
|
: Bolu,
muloh, ikan agam
|
Secara
taksonomi sistematika bandeng menurut Nelsen (2012) adalah sebagai berikut :
Phylum
|
:
Chordate
|
Subphylum
|
:
Vertebrate
|
Superklas
|
: Gnathostomata
|
Klas
|
:
Osteichthyes
|
Subklas
|
: Teleostei
|
Ordo
|
:
Gonorynchiformies
|
Subordo
|
: Chanoidei
|
Famili
|
: Chanidae
|
Genus
|
: Chanos
|
Species
|
: Chanos
chanos
|
MORFOLOGI IKAN
BANDENG
Ikan
bandeng bentuk tubuhnya ramping, mulut terminal, tipe sisik cycloid, Jari –
jari semuanya lunak, jumlah sirip punggung antara 13 – 17, sirip anal 9 –11,
sirip perut 11 – 12, sirip ekornya panjang dan bercagak, jumlah sisik pada
gurat sisi ada 75 – 80 keping, panjang maksimum 1,7 in, biasanya 1,0 in (Moyle
and Joseph, 2010).
Ikan
bandeng memiliki tubuh yang panjang, ramping, padat, pipih, dan oval.
menyerupai torpedo. Perbandingan tinggi dengan panjang total sekitar 1 :
(4,0-5,2). Sementara itu, perbandingan panjang kepala dengan panjang total
adalah 1 : (5,2-5,5) (Sudrajat, 2008). Ukuran kepala seimbang dengan ukuran
tubuhnya, berbentuk lonjong dan tidak bersisik. Bagian depan kepala (mendekati
mulut) semakin runcing (Purnomowati, dkk., 2007).
Morfologi
Ikan bandeng Menurut Djuhanda (2006) mempunyai tubuh yang ramping dan ditutupi
oleh sisik dengan jari-jari yang lunak. Sirip ekor yang panjang dan bercagak.
Mulut sedangdan non protractile dengan posisi mulut satu garis dengan sisi
bawah bola mata dan tidak memilikisungut. Ikan ini memiliki tubuh langsing
dengan sirip ekornya bercabang sehingga mampuberenang dengan cepat. Warna
tubuhnya putih keperak – perakan. mulut tidak bergerigi sehingga
menyukai makanan ganggang biru yang tumbuh di dasar perairan (herbivora).
SISTEM PENCERNAAN
IKAN BANDENG
Sistem
pencernaan terdiri dari mulut, oesophagus, lambung, usus, dan anus, dengan hati
dan pankreas sebagai kelenjar pencernaan. Bentuk gigi dari ikan bandeng adalah
semacam lapisan tulang rawan yang menutupi sebagian besar rahang atas dan
rahang bawah, atau bisa disebut dengan gigi palsu. Dilihat dari bentuk insang,
pada ikan bandeng mungkin ada hubungannya dengan apa jenis makanan yang dimakan
walaupun tidak ada hubungannya secara langsung. Namun insang juga berperan dalam
menyaring (filter) dari zat makanan yang masuk (Rahardjo, 2010).
Ikan
bandeng mempunyai kebiasaan makan pada siang hari. Di habitat aslinya ikan
bandeng mempunyai kebiasaan mengambil makanan dari lapisan atas dasar laut,
berupa tumbuhan mikroskopis seperti: plankton, udang renik, jasad renik, dan
tanaman multiseluler lainnya. Makanan ikan bandeng disesuaikan dengan ukuran
mulutnya, (Purnomowati et.al, 2007).
Pada
waktu larva, ikan bandeng tergolong karnivora, kemudian pada ukuran fry menjadi
omnivore. Pada ukuran juvenil termasuk ke dalam golongan herbivore, dimana pada
fase ini juga ikan bandeng sudah bisa makan pakan buatan berupa pellet. Setelah
dewasa, ikan bandeng kembali berubah menjadi omnivora lagi karena mengkonsumsi,
algae, zooplankton, bentos lunak, dan pakan buatan berbentuk pellet (Alamsyah,
2008).
SISTEM PENAFASAN IKAN
BANDENG
Organ
utama untuk pernafasan dari dalam media air pada ikan adalah insang. Udara
pernafasan diambil melalui mulut dan keluar melalui dubur. Insang terdapat di
dalam rongga insang yang berasal dari kantong insang. Pada waktu embrio,
kantong merupakan sepasang penonjolan ke arah luar dari lapisan endodermal di
daerah anterior saluran pencernaan embrio (Rahardjo,2015).
Ikan
membutuhkan oksigen untuk kelangsungan hidupnya. Pada umumnya, oksigen masuk ke
dalam tubuh ikan melalui jaringan dalam insang dengan cara difusi, yaitu
terbawa dalam aliran darah dimana molekul oksigen ini menempel pada hemoglobin
darah yang kemudian akan diedarkan ke seluruh tubuh. Peredaran darah dalam
filamen insang merupakan pertemuan antara pembuluh darah yang berasal dari
jantung. Pada tiap filamen ingsang ini terdiri dari lamela insang, yaitu tempat
terjadinya pertukaran gas (Rahadjo, 2010).
Sistem
respiratoria pada ikan bandeng terdiri dari insang yang terdiri dari 5 lapis,
dengan insang terdiri dari tulang lengkung insang, tapis insang, dan lamella
insang, serta tulang tambahan tutup insang sebanyak 4 pasang. Bagian yang
berperan dalam pengikatan oksigen dari air adalah filamen insang sehingga
filamen insang dilengkapi dengan kapiler-kapiler darah. Selain itu ikan bandeng
memiliki lembar insang yang jarang-jarang atau kurang rapat.Hal ini disebabkan
dari habitat hidup dari bandeng sendiri yang memiliki jenis euryhaline yang
tahan terhadap perubahan salinitas yang panjang (Rahardjo, 2010).
SYARAF IKAN BANDENG
Sistem
saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf periferi. Sistem saraf
pusat terdiri otak dan medulla spinalis. Sistem saraf periferi terdiri dari
saraf cranial dan spinal beserta cabang-cabangnya. Sistem saraf otonom
merupakan bagian dari sistem perifera, mempengaruhi otot polos dan kelenjar.
Bagian-bagian otak ikan yaitu medulla spinalis (sumsum tulang belakang), medula
oblongata, cerebellum (otak kecil), mesecephalon ( lobus opticus) sebagai tonjolan
yang bulat, epiphyse (kelenjar), cerebrum di depannya terdapat lobusol
foktorices yang memberi syaraf ke hidung yaitu nevus olfaktorious (Renta, 2008).
Ikan
menerima rangsang dari lingkungan nya melalui perasa. Rangsangan tersebut
selanjutnya diteruskan dalam bentuk impuls ke otak. Respon yang diberikan oleh
otak dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku (Omar, 2011).
Menurut
Omar (2011), sistem saraf pada vertebrata dapat dibedakan atas :
1.
Sistem saraf pusat (sistem nervorum centrale) disusun oleh otak (encephala) dan
sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
2.
Sistem saraf tepi (system nervorum peri phericum), disusun oleh saraf otak
(nervi cerebralis) dan saraf spinal (nervi spinalis)
3.
Sistem saraf otonom, disusun oleh sistem saraf parasymphatic dan sistem saraf
simpatic
4.
Organ perasa khusus (special sense organ) terdiri atas gurat sisi (linea
lateralis), hidung, telinga, dan mata.
UROGENITAL IKAN
BANDENG
Alat
reproduksi pada ikan Bandeng terletak di dekat sirip anus. Struktur genital
osteichthyes pada dasarnya sama dengan chondroichthyes. Testis berbentuk
memanjang dan menggantung pada bagian atas rongga tubuh, sedangkan ovarium
berbentuk memanjang, terletak di bawah atau di samping gelembung gas (Rahardjo,
2011).
Sistem
Urogenitalia ini akan nampak dengan cara mengangkat bagian-bagian pada sistem
digestoria. Bagian-bagian yang nampak adalah berupa organ genital seperti
gonat, sinus urogenitalis dan porus urogenitalis. System urogenitalia. Bagian
ventral terdapat anus, dan lubang urogenital. Colossoma macropomum betina
memiliki satu lubang urogenital, namun jantung lubangnya terpisah antara lubang
geniotal dengan lubang urinnya. Terdapat siripnya bersinar/mengkilap dengan
dilapisi membrane yang licin, sirip berfungsi menjaga kesetabilan ikan dan
mengatur pergerakannya (Berka, 2006).
SISTEM PEREDARAN
DARAH IKAN BANDENG
Sistem
peredaran darah ikan bandeng berfungsi mengalirkan darah keseluruh bagian
tubuh, terdiri atas jantung dan pembuluh-pembuluh darah. Ikan mempunyai sistem
peredaran darah tunggal, berarti darah masuk ke jantung hanya sekali. Jantung
hanya mengandung darah yang miskin akan oksigen. Jantung berda di dalam rongga
perikardinal, yaitu rongga yang terletak pada bagian antriventral tubuh,
dibagian posterior insang. Menurut (Zoelkifli, 2009),
IKAN BANDENG MEMILIKI
JANTUNG TERDIRI ATAS EMPAT RUANG
Sistem
Sirkulasi Ikan Bandeng memiliki jantung terdiri atas empat ruang, yaitu:
•
Sinus venosus : Merupakan ruang jantung pertama yang menerima darah. Berdinding
tipis berwarna merah tua, terletak di dasar rongga pericardia.
•
Atrium : Merupakan kantung segi tiga yang besar, terletak anterior dari sinus
venosus dorsal dan ventrikel, dindingnya tebal dari pada sinus venosus.
•
Ventrikal : Terletka setelah atrium dan sinus venosus dan mempunyai dinding
yang tebal.
•
Bulbus artenosus : Merupakan tabung yang keluar dari ventrikel, dinding tebal
dan berwarna putih, memanjang sebagai aorta ventralis.
Menurut
(pasha, 2012) pada umumnya sistem peredaran darah pada ikan adalah peredaran
darah tunggal.Sistem peredaran darahnya terdiri dari jantung yang berfungsi
sebagai pemompa darah, vena berfungsi sebagai pembawa darah ke jantung, dan
arteri berfungsi sebagai pembawa darah dari jantung dan kapiler berfungsi
sebagai penghubung antara arteri dan vena.
SISTEM RANGKA IKAN
BANDENG
Sistem
rangka pada ikan bandeng terdiri dari tulang caudal dan abdominal. Sistem
muscularia pada ikan bandeng terdiri dari atrium, sinus venosus, bulous
arteriosus, dan ventral aorta yang kesemuanya berkaitan erat dengan sistem
peredaran darah. Letak jantung bandeng sendiri ada di dekat insang (Rahardjo,
2010).
Pada rangka ikan Bandeng (Chanos-chanos) merupakan
tempat melekatnya otot. Adanya tulang maka tubuh ikan bandeng memiliki bentuk yang tetap, hal ini merupakan
beberapa fungsi dari tulang ikan bahwa tulang-tulang dalam tubuh vertebrata
membentuk rangka. Rangka pada ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang
atau menyokong organ-organ tubuh, melindungi organ-organ tubuh ikan dan
berfungsi pula dalam pembentukkan butir darah merah (Rahardjo, 2005).
HABITAT IKAN BANDENG
Ikan
bandeng termasuk jenis ikan pelagis yang mencari makanan di daerah
permukaan dan sering di jumpai di
perairan dekat pantai atau daerah litoral. Secara geografis ikan ini hidup di
daerah tropis maupun sub tropis antara 300 – 400 LS dan antara 400 BT – 1000
BB. Ikan ini suka hidup bergerombol dalam kelompok kecil antara 10 – 20 ekor.
Berenang di permukaan perairan pantai terutama pada saat air pasang (Ahmad dan
Ratnawati, 2007).
Ikan
Bandeng merupakan salah satu jenis ikan budidaya air payau sehingga dapat
ditemukan hidup di laut maupun perairan tawar. Memiliki nama ilmiah Chanos
chanos dan terdapat dalam famili chanidae dan dikenal juga dengan nama
milikfish. Menurut Nico (2010), ikan bandeng mampu beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan seperti suhu, pH, dan kekeruhan air serta tahan terhadap
serangan penyakit.
CIRI – CIRI KHUSUS
IKAN BANDENG
Ikan
bandeng tergolong jenis ikan euryhelline yaitu mempunyai daya penyesuaian (toleransi)
yang tinggi terhadap perubahan kadar garam perairan mulai 0 — 60 %. Salinitas
yang baik untuk perturnbuhan bandeng berkisar antara 20 30 %. Selain itu ikan
bandeng juga memiliki ketahanan terhadap suhu perairan yang tinggi mencapai
40°C (Girl et al, 2013).
Musim
pemijahan bandeng di Indonesia terjadi dua kali dalam satu tahun yaitu bulan
Februari - Mei dengan puncak antara bulan Maret - April dan bulan Juli -
Desember dengan puncak antara bulan September - Oktober (Girl et al, 2013).
Ikan
bandeng menurut Djuhanda (2006) mempunyai tubuh yang ramping dan ditutupi oleh
sisik dengan jari-jari yang lunak. Sirip ekor yang panjang dan bercagak. Mulut
sedang dan non protractile dengan posisi mulut satu garis dengan sisi bawah
bola mata dan tidak memiliki sungut.
LETAK MULUT IKAN BANDENG
Menurut
Bond (2009), berikut merupakan letak atau posisi mulut ikan dapat dibedakan
atas :
1.
Inferior, yaitu mulut yang terletak di bawah hidung, misalnya pada ikan pare
kembang (Neotrygon kuhlii (Müller & Henle, 1841)) dan ikan cucut
(Chaenogaleus macrostoma (Bleeker, 1852)).
2.
Subterminal, yaitu mulut yang terletak dekat ujung hidung agak ke bawah, misalnya
pada ikan kuro/senangin (Eleutheronema tetradactylum (Shaw, 1804)) dan ikan
setuhuk putih (Makaira indica (Cuvier, 1832)).
3.
Terminal, yaitu mulut yang terletak di ujung hidung, misalnya pada ikan
tambangan (Lutjanus johni (Bloch, 1792)) dan ikan mas (Cyprinus carpio carpio
Linnaeus, 1758).
4.
Superior, yaitu mulut yang terletak di atas hidung, misalnya pada ikan
julung-julung (Hemirhamphus far (Forsskål, 1775)) dan ikan kasih madu (Kurtus
indicus Bloch, 1786).
Menurut
Omar (2011), tipe mulut pada ikan dapat dibedakan atas :
1.
Terminal : mulut yang terletak di ujung hidung atau membuka tepat di ujung
hidung.
2.
Subterminal : mulut yang terletak dekat ujung hidung
3.
Inferior : mulut yang terletak dibawah hidung
4.
Superior : mulut yang terletak diatas hidung
SISIK IKAN BANDENG
Menurut
Rahardjo (2010), berikut merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai jenis -
jenis ikan :
1.
Sisik Placoid : jenis sisik ini karakteristik bagi golongan ikan bertulang
rawan (Chondrichthyes). Bentuk sisik tersebut menyerupai bunga mawar dengan
dasar yang bulat atau bujur sangkar.
2.
Sisik Cosmoid : sisik ini hanya ditemukan pada ikan fosil dan ikan primitive
yang sudah punah dari kelompok Crossopterygii dan Dipnoi.
3.
Sisik Ganoid : jenis sisik ini dimiliki oleh ikan ikan lepidosteus (holostei)
dan Scaphyrynchus (Chondrostei). Sisik ini berupa garam – garam an-organik.
4.
Sisik Cycloid dan Ctenoid : Sisik ini ditemukan pada golongan ikan teleostei.
Perbedaan antara sisik Cycloid dengan Ctenoid hanya meliputi adanya sejumlah
duri-duri halus yang disebut ctenii beberapa baris di bagian posteriornya.
Menurut
Bond (2009) bentuk sisik ikan dapat dibedakan atas beberapa tipe, yaitu :
1.
Cosmoid, terdapat pada ikan-ikan purba yang telah punah
2.
Placoid, merupakan sisik tonjolan kulit, banyak terdapat pada ikan yang
termasuk kelas Chondrichthyes.
3.
Ganoid, merupakan sisik yang terdiri atas garam-garam ganoin, banyak terdapat
pada ikan dari golongan Actinopterygii.
4.
Cycloid, berbentuk seperti lingkaran, umumnya terdapat pada ikan yang
berjari-jari sirip lemah (Malacopterygii).
5.
Ctenoid, berbentuk seperti sisir, ditemukan pada ikan yang berjari-jari sirip
keras (Acanthopterygii)
LINEA LATERALIS IKAN BANDENG DAN PENGERTIAN
Setiap
jenis ikan mempunyai garis rusuk yang berbeda-beda. (Affandi et al., 2006)
memperlihatkan beberapa contoh garis rusuk yang ditemukan pada berbagai jenis
ikan. Ada yang hanya memiliki satu dan ada yang lebih, ada yang lengkap tetapi
ada pula yang terputus-putus, ada yang berbentuk garis lurus dan ada pula yang
bengkok, ada yang menyerupai garis melengkung ke atas dan ada pula yang seperti
garis melengkung ke bawah.
Selain
beberapa bagian-bagian yang telah disebutkan di atas, menurut (Affandi et al.,
2006) pada badan ikan juga sering ditemukan :
1.
Finlet (jari-jari sirip tambahan), merupakan sembulan-sembulan kulit yang tipis
dan pendek, umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang mempunyai satu jari-jari.
2.
Scute (skut, sisik duri), merupakan kelopak tebal yang mengeras dan tersusun
seperti genting.
3.
Keel (kil, lunas), merupakan rigi-rigi yang pada bagian tengahnya terdapat
puncak yang meruncing, ditemukan pada bagian batang ekor ikan. Kil
4.
Adipose fin (sirip lemak), merupakan sembulan kulit di belakang sirip punggung
dan sirip dubur, agak panjang dan tinggi tetapi agak tipis sehingga serupa
dengan selaput tebal dan banyak mengandung lemak.
5.
Interpelvic process (cuping), merupakan pertumbuhan kulit yang menyerupai
lidah-lidah yang terdapat di antara kedua sirip perut.
BENTUK EKOR DAN TIPE
EKOR IKAN BANDENG
Kent
(2012) membagi bentuk ekor ikan atas empat macam. Pembagian ini berdasarkan
perkembangan arah ujung belakang notochord atau vertebrae, yaitu:
1.
Protocercal, ujung belakang notochord atau vertebrae berakhir lurus pada ujung
ekor, umumnya ditemukan pada ikan-ikan yang masih embrio dan ikan Cyclostomata.
2.
Heterocercal, ujung belakang notochord pada bagian ekor agak membelok ke arah
dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris.
3.
Homocercal, ujung notochord pada bagian ekor juga agak membelok ke arah dorsal
sehingga cauda terbagi secara tidak simetris bila dilihat dari dalam tetapi
terbagi secara simetris bila dilihat dari arah luar, terdapat pada Teleostei.
4.
Diphycercal, ujung notochord lurus ke arah cauda sehingga sirip ekor terbagi
secara simetris baik dari arah dalam maupun dari arah luar.
Menurut
(Affandi et al., 2006), Jika ditinjau dari bentuk luar sirip ekor, maka secara
morfologis dapat dibedakan beberapa bentuk sirip ekor, yaitu:
1.
Rounded (membundar), misalnya pada ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis
(Valenciennes, 1828)).
2.
Truncate (berpinggiran tegak), misalnya pada ikan tambangan (Lutjanus johni
(Bloch, 1792)).
3. Pointed (meruncing), misalnya pada ikan
sembilang (Plotosus canius Hamilton, 1822).
4.
Wedge shape (bentuk baji), misalnya pada ikan gulamah (Argyrosomus amoyensis
(Bleeker,
1863)).
5.
Emarginate (berpinggiran berlekuk tunggal), misalnya pada ikan lencam merah
(Lethrinus obsoletus (Forsskål, 1775)).
6.
Double emarginate (berpinggiran berlekuk ganda), misalnya pada ikan
ketang-ketang (Drepane punctata (Linnaeus, 1758)).
7.
Forked / Furcate (bercagak), misalnya pada ikan cipa-cipa (Atropus atropos
(Bloch & Schneider, 1801)).
8.
Lunate (bentuk sabit), misalnya pada ikan tuna mata besar (Thunnus obesus
(Lowe, 1839)).
9.
Epicercal (bagian daun sirip atas lebih besar), misalnya pada ikan cucut martil
(Eusphyra blochii (Cuvier, 1816)).
10.
Hypocercal (bagian daun sirip bawah lebih besar), misalnya pada ikan terbang
(Exocoetus volitans Linnaeus, 1758).
LETAK DAN BENTUK GIGI
IKAN BANDENG
Menurut
Burhanuddin (2008), letak gigi atau tipe gigi sebagai berikut:
1.
Incisore : gigi insore mempunyai pinggiran tajam digunakan untuk memotong
2.
Canine : menyerupai bentuk taring, panjang dan mengerucut atau melengkung
disesuaikan untuk mencengkram
3.
Molar : gigi yang permukaan nya rata digunakan untuk menumbuk dan menggerus
makanan
4.
Villiform : berbentuk panjang dan membentuk rumbai-rumbai, lebih pendek, tajam
dan runcing
INSANG IKAN BANDENG
Menurut
Fujaya (2008), insang berperan dalam pertukaran gas. Insang terbentuk dari
lengkung tulang rawan yang mengeras dengan beberapa filamen insang didalam nya.
Filamen unsang terdiri atas lamella, yaitu tempat pertukaran gas. Struktur
insang terdiri dari operkulum, pseudobranch, hemibranch, lengkung insang dan
holobranch pertama. Jumlah dan ukuran lamella sangat besar variasi nya.
Tergantug tingkah laku ikan.
PENULIS
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Affandi,
R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 2006. Iktiologi. Suatu Pedoman
Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Ahmad,
T, dan Ratnawati, E. 2007. Budidaya Bandeng Secara Intens'. Penebar
Swadaya.Bogor.
Aslamyah,
S. 2008. Pembelajaran Berbasis SCL pada Mata Kuliah Biokimia Nutrisi. UNHAS.
Makassar.
Berka
R. 2006., The Transport of Live Fish.A Review. EIFAC Tech. Pap.FAO
Bond,
C.E. 2009. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Burhanuddin,
A.L. 2008. Pengetahuan Konsepsi Sistematika. Pemahaman Sistem Organ Ikan yang
Berbasis SCL pada Matakuliah Ikhtiologi. UNHAS.
Burhanuddin.2014.
Pengetahuan Konsepsi Sistematika & Pemahaman Sistem Organ Ikan yang
Berbasis SCL pada Matakuliah Ikhtiologi. Makassar : UNHAS
Djuhanda,
T. 2006. Taksonomi, Morfologi, dan Istilah-istilah Teknik Perikanan. Akademis
Perikanan, Bandung
Fujaya,
Y. 2008. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Girl,
N. A, A. Pn'yono, dan Tridjoko, 2013. Pemijahan dan Pemeliharaan Larva Bandeng
(Chanos chanos).Budidaya Pantai H (1-2). Bandung.
Google
Image. 2016. http://www.googleimage.com/. Diakses pada tanggal 25 Februari 2016
Kent,
G.G. 2012. Comparative Anatomy of the Vertebrates. McGraw Hill Book Company,
Inc., New York
Leven,
2009. Pengertian-ikan-secara-umum. Diakses pada 19 februari 2016, pada pukul
12.15 wib
Moyle,
P. B., dan Cech, J. J. 2010. Fishes An Introduction to Ichthyology, fourth
edition. Prentice-Hall, Inc: USA
Nelson,
J.S. 2012. Fishes of The World. 2 Edition. Jonh Wiley Son Inc. USA. 121p.
Nico,
Kholis. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Lele.Jakarta: Niaga Swadaya
Omar,
A. 2011. Ikhtiologi. Makasar: UNHAS.
Omar,
A. 2011. Ikhtiologi. Makasar: UNHAS.
Pasha.2012.sistempencernaanpadaikan.http://pustakasekolah.com/2012/02/sistem-pencernaan-pada-ikan.
Diakses pada 19 februari. Pada pukul 13.00 wib
Purnomowati,
I., Hidayati, D., dan Saparinto, C. 2007. Ragam Olahan Bandeng. Kanisius.
Yogyakarta.
Rahardjo,
M.F. 2015. Ictiologi Sebagai Pedoman Kerja Praktikum. Bogor : IPB
Rahardjo,
MF.2010. Ichtyologi. Bogor: IPB
Rahardjo,
MF.2010. Ichtyologi. Bogor: IPB
Rahardjo,
MF.2011. Taksonomi, Morfologi, ichtyologi. Bogor: IPB
Renta,
Iskandar, 2008., Sistem Saraf. Makassar: Unhas Press
Sudradjat,
A. 2008. Budidaya 23 Komoditas Laut Menguntungkan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Widyawati.
S. S. N. Rochmah dan Zubaedi 2009. Biologi SMA dan MA kelas X. pusat perbukuan
departemen pendidikan. Jakarta P. 2009
Zoelkifli,O.
2008. Pengetahuan Konsepsi Sistematika & Pemahaman Sistem Organ Ikan yang
Berbasis SCL pada Matakuliah Ikhtiologi. Makassar : UNHAS
Post a Comment for "Ikan Bandeng; Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll"