Ikan Baung (Mystus
nemerus) merupakan salah satu komoditas budidaya air tawar di Indonesia. Ketersediaan
ikan baung sebagai bahan pangan masyarakat sebagian besar masih berasal dari
hasil tangkapan di alam. Ikan Baung merupakan ikan perairan umum yang mempunyai
nilai ekonomis penting, yang banyak dijumpai di perairan Sumatera, Jawa dan Kalimantan
(Robert, 1989). Ikan ini merupakan salah satu spesies lokal yang telah dibudidayakan
sejak tahun 1980, baik di kolam maupun di sangkar bambu (keramba) dengan
menggunakan benih dari hasil tangkapan di alam (Suryanti dan Priyadi, 2002).
Ketersediaan ikan baung sebagai bahan pangan masyarakat sebagian besar masih
berasal dari hasil tangkapan di alam. Semakin meningkatnya minat konsumen
terhadap ikan baung, mendorong penangkapan yang berlebihan, sehingga kondisi
tersebut cukup mengkhawatirkan terhadap keberadaan dan ketersediaannya di alam.
Benih yang ditangkap dari alam tidak tersedia secara terus menerus sepanjang
waktu, jumlahnya terbatas, kualitas tidak terjamin dan ketersediaanya juga
masih bergantung pada kondisi lingkungan (Prabarini, 2017).
Morfologi
ikan baung adalah tubuhnya yang memanjang, agak pipih, kepala ikan besar, sirip
lemak di punggung sama panjang dengan sirip dubur, pinggiran ruang mata bebas,
bibir tidak bergerigi dan dapat digerakkan serta daun-daun insang terpisah.
Pada rahang terdapat 3-4 pasang sungut peraba yang panjang, sirip punggung
pendek, memiliki sepasang patil dan memiliki sirip punggung tambahan atau sirip
lemak. Sirip ekor bercagak dan tidak berhubungan dengan sirip punggung maupun
sirip dubur. Sirip dubur pendek dan sirip dada mempunyai jari-jari keras yang
sangat kuat serta bergerigi (Kottelat et al, 1993)
KLASIFIKASI IKAN
BAUNG
Menurut
Kottelat et al (1993) ikan baung yang termasuk dalam golongan catfish dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum
|
:
Chordata
|
Kelas
|
:
Osteichthyes
|
Ordo
|
: Siluriformes
|
Familia
|
: Bagridae
|
Genus
|
: Mystus
|
Spesies
|
: Mystus
nemerus
|
HABITAT IKAN BAUNG
Secara
umum ikan baung terdistribusi di beberapa daerah atau negara yaitu : Asia :
Mekong, Chao Phraya dan Xe Bangfai basins, juga dari Malay Peninsula, Sumatera,
Java dan Borneo (Sukendi, 2010).penyebaran ikan Baung (Mystus nemurus) di
indonesia meliputi pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan (Surayanti, 2002).
Ikan
baung banyak hidup di perairan tawar, daerah yang paling disukai adalah
perairan yang tenang, bukan air yang deras. Karena itu, ikan baung banyak
ditemukan di rawa-rawa, danau-danau, waduk dan perairan yang tenang lainya. Di
Sumatera, ikan baung banyak ditemukan di Danau Toba, tetapi populasinya terus
berkurang, karena adanya penangkapan yang tidak selektif. Selain itu ikan baung
juga sering ditemukan di sungai-sungai, tentu saja sungai yang berarusnya
lambat (Rukmini, 2012).
FISIOLOGI IKAN BAUNG
Secara
fisiologis ikan akan mengubah pigmen yang diperoleh dari makanannya, sehingga
menghasilkan variasi warna. Perubahan warna secara fisiologis adalah perubahan
warna yang diakibatkan oleh aktivitas pergerakan butiran pigmen atau kromatofor
(Evan, 1993). Pergerakan butiran pigmen secara mengumpul atau tersebar di dalam
sel pigmen warna, akibat dari rangsangan yang berbeda, seperti suhu, cahaya,
dan lain-lain.
Pigmentasi
pada ikan dikendalikan oleh sistem saraf dan dua zat kimia yang dihasilkan oleh
saraf, yaitu (1) epinefrin (adrenalin) merupakan neurohormon yang dikeluarkan
oleh organisme ketika terkejut atau takut sehingga menyebabkan butiran pigmen
berkumpul di tengah sel dan menyebabkan hewan tersebut kehilangan warna, (2)
asetilkolin adalah zat kimia yang dikeluarkan sel saraf menuju otot, sehingga
menyebabkan melanin menyebar dan mengakibatkan warna tubuh organisme menjadi
gelap (Evan, 1993). Penyerapan karotenoid dalam sel-sel jaringan mempengaruhi
kromatofor dalam lapisan epidermis ikan. Kromatofor yang terdapat di kulit
memungkinkan ikan untuk mengubah warna. Kandungan astaxanthin dalam karotenoid
akan meningkatkan pigmen warna merah pada eritrofor sehingga warna merah yang
dihasilkan akan tampak lebih jelas.
MORFOLOGI IKAN BAUNG
Ciri-ciri
umum dari ikan Baung (Mystus nemurus) adalah kepala ikan kasar, sirip lemak
dipunggung sama panjang dengan sirip dubur, pinggiran ruang mata bebas, bibir
tidak bergerigi yang dapat digerakkan, daun-daun insang terpisah.Langit-langit
bergerigi, lubang hidung berjauhan, yang dibelakang dengan satu sungut hidung.
Sirip punggung berjari-jari keras tajam. Ikan ini tidak bersisik, mulutnya
tidak dapat disembulkan, biasanya tulang rahang atas bergerigi, 1-4 pasang
sungut dan umumnya berupa sirip tambahan (Sukendi, 2010).
Bagridae
merupakan ikan berkumis yang terdapat di Eropa dan Asia. Ciri khusus dari ikan
famili ini tidak mempunyai sirip lemak, tidak mempunyai duri pada sirip
punggung dan sirip duburnya sangat panjang. Hidup di lapisan bawah
sungai-sungai dan danau-danau dan memakan ikan-ikan yang lebih kecil (Fithra
dan Siregar, 2010).
Ikan
baung mempunyai empat pasang sungut peraba yang terletak disudut rahang atas.
Sepasang dari sungut peraba sangat panjang sekali dan mencapai sirip dubur.
Sirip punggung mempunyai dua buah jari-jari keras, satu diantaranya keras dan
meruncing menjadi patil. Kepala besar dengan warna tubuh abu-abu kehitaman,
dengan punggung gelap, tapi perut lebih cerah. Badan ikan baung tidak bersisik,
bewarna coklat kehijauan dengan pita tipis memanjang jelas di tutup insang
hingga pangkal ekor, panjang totalnya lima kali tingginya, sekitar 3- 3,5
panjang kepala, serta mempunyai panjang maksimal 350 mm (Rukmini, 2012).
CIRI-CIRI IKAN BAUNG
Ciri
umum dari ikan baung adalah kepala ikan kasar, sirip lemak di punggung sama
panjang dengan sirip dubur, pinggiran ruang mata bebas, bibir tidak bergerigi,
lubang hidung berjauhan, yang di belakang dengan satu sungut hidung. Sirip
punggung berjari-jari keras tajam. Ikan ini tidak bersisik, mulutnya tidak
dapat di sembulkan, biasanya tulang rahang atas bergerigi, 1-4 pasang sungut
dan umumnya berupa sirip tambahan.
REPRODUKSI IKAN BAUNG
Selama
proses reproduksi, sebagian besar hasil metabolisme tertuju pada perkembangan
gonad. Hal ini menyebabkan terdapatnya perubahan dalam gonad itu sendiri.
Umumnya pertambahan dalam gonad ikan betina 10-25% dan pada ikan jantan 5-10%
dari bobot tubuh. Pengetahuan tentang perubahan atau tahap-tahap kematangan
gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan atau tidak
melakukan reproduksi. Pengetahuan tentang kematangan gonad juga didapatkan
keterangan bilamana ikan akan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah.
Ukuran ikan pada saat pertama kali gonadnya masak, ada hubungan dengan
pertumbuhan ikan dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya (Tang dan Affandi,
2001).
Ikan
baung, sebagaimana ikan-ikan yang hidup di perairan umum air tawar memijah pada
awal musim hujan. Hal ini merupakan fenomena umum karena saat musim hujan,
kawasan (daerah) yang kering pada musim kemarau akan ditumbuhi rerumputan dan
tergenang air. Di kawasan demikian, banyak terdapat makanan dan cukup
terlindungi bagi ikan untuk melakukan pemijahan. Alawi dkk (1992) dalam Kordi
(2009) melaporkan bahwa ikan baung di perairan Sungai Kampar (Riau) memijah
pada sekitar bulan Oktober sampai Desember.
PERAN IKAN BAUNG DI
PERAIRAN
Mustafakamal
et al (2012) menyatakan ikan baung memakan ikan, serangga air, krustacea,
detritus dan tumbuhan. Adapun menurut Mohammad (1987) menyebutkan ikan baung
ikan pemakan dasar yang memakan segala jenis makanan termasuk teleost,
krustacea, invertebrata bentik dan bahan bahan detritus. Ikan baung termasuk
sebagai predator di perairan.
TINGKAH LAKU IKAN
BAUNG
Usaha
penangkapan dan usaha budidaya ikan baung(Hemibagrus sp) sangat membutuhkan
pengetahuan tentang tingkah laku ikan tersebut. Kajian tingkah laku dan fungsi
system organ serta pengetahuan tentang biologi perikanan dapat membantu dalam
pengembangan teknik penangkapan dan jenis alat yang digunakan(Uyan et al.,
2006; von Brandt,1984; Nofrizal, 2009). Hal yang sangat penting dalam
mempelajari tingkah laku ikan adalah aktivitas renang ikan tersebut, yang
meliputi daya tahan, kecepatan dan daya tahan renang ikan. Dengan mempelajari
ketiga hal tersebut akan mengetahui karateristik aktivitas renang ikan.
Kajian
mengenai karateristik renang ikan sangat diperlukan dalam usaha budidaya ikan.
Dalam aktivitas renang ikan dapat kita bagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu
suistained, prolonged dan brust swimming speed.Ketiga kelompok kecepatan renang
ikan ini dapat memberikan gambarkan kondisi fisiologis ikan ketika berenang
(Nofrizal et al., 2009). Hal ini dibutuhkan dalam menentukan kecepatan maksimum
arus keramba apung di sungai tempat pembudidayaan ikan baung. Kecepatan arus
yang terlalu tinggi dapat memicu ikan berenang lebih cepat, hal ini tidak
menguntungkan dalam proses metabolisme dan pertumbuhan ikan (Nofrizal et al.,
2009). Selain itu, dengan mengetahui kecepatan maksimum (brust swimming speed)
renang ikan dapat mengetahui peluang lolosnya ikan baung dalam proses
penangkapan dengan alat tangkap.Sedangkan, kecepatan prolonged dapat
mengakibatkan stress yang tinggi pada ikan (Nofrizal et al., 2009dan Nofrizal
& Arimoto, 2011).
Permasalahan
yang mendasar dalam pengembangan usaha penangkapan dan budidaya ialah perlu
mengetahui tingkah laku renang, terutama kecepatan dan daya tahan renang ikan.
Sementara itu,setiap species memiliki karateristik dan kemampuan berenang yang
berbeda. Belum diketahuinya kemampuan dan karateristik renang ikan baung
merupakan hal yang penting untuk dilakukan kajian yang mendalam untuk
pengembangan usaha perikanan ikan baung kedepan.
MANFAAT IKAN BAUNG
Ikan
baung merupakan salah satu komoditas budidaya air tawar di Indonesia.
Ikan ini berpotensi untuk dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomis
tinggi. Keunggulan lain dari ikan baung adalah rasa dagingnya yang pulen, gurih
dan lezat. Selain itu ikan baung memiliki kandungan protein yang tinggi dan
rendah lemak (Prabarini, 2017).
PENULIS
Noerikke
Dwi N.
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Alawi,
H, M. Ahmad, Rusliadi, Pardinan. 1992. Some Biological Aspects of Catfish (Macronemus
nemurus CV) from Kampar River. Journal Terubuk Vol XVIII No 52 : 32-47.
Jalaprang.2008.Ciri
Khusus Ikan. Jakarta : Gramedia.
Kottelat,
M dan A.J Witten., Kartikasari, S.N dan S. Wirjoatmodjo 1993. Freshwater Fishes
Of Western Indonesia and Sulawesi. Barkeley Book.Pte Ltd, Terrer Road,
Singapore.
Mandala.
2010. Tingkah Laku Pemijahan Biota Akuatik. http://mandala-manik.blogspot.com/2010/07/tingkah-laku-pemijahan-biota-akuatik.html.
Diakses pada tanggal 26 Desember 2015.
Mohammad,
S.K. 1987. Some Aspect of The Biology og Ikan Baung (Mystus Nemerus) with
Reference to Chenderoh Reservior. Thesis. Universitas Putra Malaysia. Malaysia.
Mustafakamal,
A.S., I.S. Kamaruddin, A. Cristianus, S.K. Daud dan L. Yuabit. 2012. Feeding
Habits of Fishes in the Pangkalan Dawi – Pulau Dula Section of Kenyir Lake
Terengganu, Malaysia. Journal Asian Fisheris Science. 25: 144-157.
Prabarini,
D. 2017. Performa Pertumbuhan Ikan Baung Mystus Nemurus (Valenciennes, 1840)
Melalui Melalui Penambahan Komposisi Enzim Dalam Pakan Komersil Di Kolam Terpal.
SKRIPSI. Fakultas Pertanian, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Program Studi
Budidaya Perairan. 30 halaman.
Rukmini,
2012. Teknologi Budidaya Biota Air. Karya Purta Darwati, Bandung.
Sugianti
B., Enjang Hernandi Hidayat ,Nuah Japet ,Yeni Anggraen. 2014. Daftar Pisces
Yang Berpotensi Sebagai Spesies Asing Invasif Di Indonesia Cetakan ke-2 (Edisi
Revisi).Kementerian Kelautan Dan Perikanan Badan Karantina Ikan, Pengendalian
Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Pusat Karantina Ikan. Jakarta.
Sukendi.
2010. Biologi Reproduksi dan Pengendaliannya Dalam Upaya Pembenihan Ikan Baung
(Mystus nemurus CV) Dari Perairan Sungai Kampar Riau.IPB, Bogor.
Tang,
U.M dan Affandi, R. 2001. Biologi Reproduksi Ikan. IPB Press, Bogor.
Www.wikipedia.com.
Diakses 30 Desember 2015
Post a Comment for "Ikan Baung; Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll"