Corydoras sp.
Termasuk dalam familia collichthyidae, kelas siluridae dan sangat dikenal olah
para hobiis ikan hias air tawar. Genus Corydoras yang berasal dari amerika
selatan ini mempunyai banyak spesies tetapi yang banyak beredar dan sudah
dibudidayakan ada 10 spesies yaitu Corydoras aeneus, Corydoras adolfoi, Corydoras
barbatus, Corydoras paleatus, Corydoras panda, Corydoras pygmaeus, Corydoras
rabauti, Corydoras septentrionalis, Corydoras sterbai, dan Corydoras sychri.
Selain ukurannya yang umumnya kecil (maksimum 7,5 cm) dibandingkan dengan jenis
catfish lain, jenis ini mempunyai dua baris sisik keras. Bentuk badannya kompak
agak pipih ke samping dengan mulut menghadap ke bawah. Hidup merayap di dasar
pada suhu 24°c--28°c (tergantung spesiesnya); ph 7,0--7,5; dan hardness sekitar
10° dh. Disebut “tukang bersihbersih” karena senang membersihkan dinding akuarium
dengan mulutnya. Tingkah laku reproduksinya amat unik. Sebelum ovulasi induk betina
akan menempatkan mulutnya kearah genital induk jantan yang dikenal dengan
“posisi t” dan akan mengisap spermanya. Sperma ini akan dilepas melewati usus
bersama dengan lepasnya telur kedalam “kantong” yang dibentuk oleh kedua sirip
perutnya. Pembuahan efektif terjadi di sini. Kemudian telur akan dilekatkan ke
substrat atau objek (daun, batu datar, dan sebagainya) yang sebelumnya telah
dibersihkan oleh induk jantannya. Telur yang ditinggalkan akan menetas di
substrat bila kondisi airnya sesuai dan cukup baik (Satyani, 2008).
Genus
ini mempunyai banyak spesies. Menurut Sterba (1983), tercatat ada 95 spesies
tetapi Matsuzaka (1993) dalam Kohda et al. (1995) telah menemukan ada 120 spesies.
Namun demikian, yang banyak beredar di pasar dan sudah dibudidayakan di
Indonesia khususnya daerah Jabodetabek adalah sekitar 10 spesies dan hanya 4 (empat)
spesies yang banyak dibudidayakan di Jabodetabek, yaitu: Corydoras aeneus, Corydoras
adolfoi, corydoras barbatus, corydoras paleatus, corydoras panda, Corydoras
pygmaeus, Corydoras rabauti, Corydoras septentrionalis, Corydoras sterbai, dan Corydoras
sychri. dari 10 spesies terdapat lagi varietas albino yaitu pada Corydoras
aeneus, Corydoras paleatus, dan Corydoras sterbai. Jenis-Jenis Ikan Corydoras Menurut
Satyani (2008):
Corydoras aeneus disebut juga sebagai
bronze corydoras. warnanya adalah coklat hijau kemerahan seperti perunggu. ukuran
maksimalnya 6,0 cm. mempunyai varietas albino dengan badan putih dan mata
merah.
Corydoras adolfoi dengan nama umum
adolfo’s cory. ukuran maksimalnya 6,0 cm. warnanya putih kebiruan dengan pita
hitam vertikal pada daerah mata. pita ini terdapat membujur di punggung mulai
dari ujung sirip punggung sampai ke pangkal ekor. ada warna kuning sampai merah
terang di antara kedua pita tersebut.
Corydoras barbatus dengan nama umum
giant corydoras atau barbatus catfish. merupakan corydoras yang berukuran paling
besar yaitu mencapai 8 cm. disebut juga “king of corys”. warnanya coklat dengan
bercak hijau kehitaman di seluruh tubuh sampai ke sirip-siripnya.
Corydoras paleatus disebut sebagai
peppered corydoras. spesies dengan habitat bersuhu optimum yang lebih rendah
dari yang lain (18°c--20°c), terutama saat pemijahan (geis, 2000). warnanya
coklat gelap, lebih gelap dari corydoras aeneus. di sekitar kepala warna agak
kebiruan. ukuran maksimalnya 7,5 cm. varietas albino berwarna putih dengan mata
merah terang.
Corydoras panda atau panda’s cory.
warna jenis ini putih agak kemerahan (pink) dengan pita atau garis lebar melintang
di daerah kepala dan ekor. sirip punggung juga hitam. ukurannya mencapai 5,0
cm; yang kecil warnanya lebih terang dan bagus dari yang besar, sehingga yang
laku di pasaran umumnya yang ukuran kecil di bawah 5,0 cm.
Corydoras pygmaeus atau pygmy cory.
ukuran maksimalnya hanya 3,0 cm. warnanya kuning mengkilat agak coklat hijau
seperti perunggu terang. ciri khasnya adanya pita hitam di tengah badan membujur
mulai dari ujung mulut sampai ke pangkal ekor.
Corydoras rabauti dengan nama umum
myer’s catfish. ukuran maksimal 6,0 cm. warnanya hijau kehitaman dengan punggung
yang agak lebih gelap. matanya relatif besar dibanding corydoras lainnya.
Corydoras
septentrionalis
atau biasa disebut southern green cory. ukuran maksimal 6,0 cm. warnanya hijau
agak gelap dengan bercak lebar hijau kehitaman di tiga tempat yaitu ujung
daerah kepala, tengah, dan badan belakang dekat ekor. bentuk badannya lebih
panjang atau langsing dibanding jenis yang lain.
Corydoras
sterbai disebut juga Sterba’s Cory.
Warnanya coklat dengan lurik (titik-titik halus berjajar) coklat tua. Sirip dada
dan perut berwarna jingga terang. Ukuran dapat sampai 7,5 cm. Varietas albino
luriknya tidak jelas.
Corydoras
sychri yang disebut juga Dotted
Cory. Ukuran maksimal adalah 5,0 cm. Warnanya putih dengan bintikbintik coklat
hitam di seluruh tubuhnya. Ada pita lebar vertikal memotong daerah mata dari
atas ke bawah.
KLASIFIKASI IKAN
CORYDORAS
Klasifikasi
ikan Corydoras panda menurut Hoedemen (1975) dalam Mudjiutami (2000) adalah
sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Actinopterygii
Ordo : Siluriformes
Subordo : Siluroidei
Famili : Callichthydae
Genus : Corydoras
Spesies : Corydoras panda
HABITAT IKAN
CORYDORAS
Habitat ikan ini di sungai sungai dan rawa-rawa, Genus
Corydoras berasal dari perairan Amerika Selatan yaitu daerah Brazil, Trinidad
sampai Argentina (Alderton, 1997; Axelrod et al., 1995; Sakurai et al., 1990).
Ikan ini termasuk dalam familia Collichthyidae, Kelas Siluridae.
Ikan
corydoras berasal dari kawasan Amerika Selatan, yaitu Brazil, Uruguay,
Argentina, Venezuela, Colombia, dan Afrika, yakni Trinidad. Kisaran suhu air
yang cocok untuk corydoras bergantung kepada ketinggian tempat ditemukan ikan
ini, yaitu sekitar 10⁰ – 12⁰C di daerah subtropis
dan hingga 32⁰C di daerah tropis. Suhu pemeliharaan yang
optimal untuk ikan corydoras adalah 22⁰ – 27⁰C
dengan nilai pH air yang baik antara 6 – 8 dan kesadahan 90 – 180 mg/liter CaCO
3 (Mudjiutami, 2000).
Corydoras
merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang banyak diminati pencinta
ikan hias dan mempunyai peluang ekspor. Ikan ini berasal dari Amerika Selatan,
tetapi sejak lama telah berhasil dibudidayakan di Indonesia (Radman, 2008).
FISIOLOGI IKAN
CORYDORAS
Bentuk
badan kompak, bungkuk di punggung, agak pipih ke samping dengan mulut menghadap
ke bawah dan dilengkapi dengan sungut khas kelompok "Catfish". Sungut
ini berjumlah dua pasang di atas dan di bawah mulut, yang berfungsi sebagai
sensor atau peraba dalam mencari makan maupun saat perkawinan (Geis, 2000).
Namun tidak seperti kebanyakan catfish yang tidak bersisik, tubuh Corlrloras
diliputi oleh dua baris sisik besar yang clisebut plate (Sterba, 1983).
Corydoras
bersifat omnivora tetapi senang pakan alami. Pakannya adalah cacing, kutu air,
maupun hewan air lain yang kecil. Ikan ini juga menggunakan usus untuk bernafas,
mengambil udara melalui mulut dan melewati perut sampai keujung usus (Kohda et
al., 1997). Oksigen akan terserap langsung ke peredaran darah melalui usus yang
sudah termodifikasi dengan banyak pembuluh darah (Sakurai et al., 1990; Bailey
& Sandford, 1999). Kemampuan inilah yang akan memfasilitasi dalam
melewatkan sperma secara cepat saat pemijahan (Satyani, 2008).
MORFOLOGI IKAN
CORYDORAS
Ciri-ciri
morfologi dari genus Corydoras antara lain tubuhnya pendek dan gemuk, punggung
lebih melengkung dibanding perut, kedua sisi ikan dilengkapi dengan lempengan
seperti tulang yang tersusun dalam dua baris, serta pada rahang atas dan bawah
terdapat dua pasang kumis (Mudjiutami, 2000).
Bentuk
badan kompak, bungkuk di punggung, agak pipih ke samping dengan mulut menghadap
ke bawah dan dilengkapi dengan sungut khas kelompok "Catfish". Sungut
ini berjumlah dua pasang di atas dan di bawah mulut, yang berfungsi sebagai
sensor atau peraba dalam mencari makan maupun saat perkawinan (Geis, 2000).
Namun
tidak seperti kebanyakan catfish yang tidak bersisik, tubuh Corydoras diliputi
oleh dua baris sisik besar yang disebut plate (Sterba, 1983). Sirip dada dan
sirip perut sepasang sementara sirip punggung dan yang lainnya tidak
berpasangan. Sirip dada mempunyai tulang lancip dan keras yang digunakan
sebagai senjata. Corydoras juga sering mengeluarkan bunyi seperti catfish lain,
terutama saat pemijahan atau stress (ditangkap).
Menurut
Geis (2000), bunyi terjadi dari gesekan pada sendi sirip dengan gelembung
renang sebagai pengeras (sound system). Ikan ini hidup merayap di dasar
perairan dengan suhu optimal 24 - 280 C (tergantung spesies), pH antara 7 – 7,5
dan kesadahan 100 dH (Alderton, 1997 ; Axelrod et al., 1995 ; Mills, 1986 ;
Sakurai et al., 1990).
Diperkuat
menurut Satyani (2008), Bentuk badan kompak, bungkuk di punggung, agak pipih ke
samping dengan mulut menghadap ke bawah dan dilengkapi dengan sungut atau kumis
khas kelompok “Catfish”. Sungut berjumlah 2 (dua) pasang di atas dan di bawah
mulut berfungsi sebagai sensor atau radar untuk mencari makan maupun saat
perkawinan (Geis, 2000). Tidak seperti kebanyakan catfish yang tidak besisik, Corydoras
badannya diliputi oleh dua baris sisik besar yang disebut plate (Sterba, 1983).
Sirip dada dan perut sepasang, sementara sirip yang lain tunggal. Sirip dada jari-jari
pertamanya terdiri atas tulang yang lancip dan keras digunakan sebagai senjata.
Corydoras juga sering mengeluarkan bunyi seperti ikan catfish lain, terutama saat
pemijahan atau stres (ditangkap). Menurut Geis (2000), bunyi terjadi dari gesekan
pada sendi sirip dengan gelembung renang sebagai pengeras (sound system).
CIRI-CIRI IKAN
CORYDORAS
Warna
tubuhnya kuning atau coklat muda dengan tanda hitam menyilang di beberapa
bagian tubuh, yaitu mata, sirip punggung, dan ekor. Perpaduan warna ditubuhnya
tersebut menyebabkan penampilan mirip panda sehingga dinamakan Corydoras panda
(Mudjiutami, 2000).
Bentuk
badan kompak, bungkuk di punggung, agak pipih ke samping dengan mulut menghadap
ke bawah dan dilengkapi dengan sungut khas kelompok "Catfish". Sungut
ini berjumlah dua pasang di atas dan di bawah mulut, yang berfungsi sebagai
sensor atau peraba dalam mencari makan maupun saat perkawinan (Geis, 2000).
REPRODUKSI IKAN
CORYDORAS
Menurut
Lesmana dan Dermawan (2004), biasanya Corydoras panda akan bertelur atau
memijah pada pagi hari sekitar pukul 06.30 – 07.30 waktu setempat. Pemijahan
Corydoras panda dapat berlangsung secara massal dengan perbandingan jantan
betina 1 : 2 – 4. Setelah didapatkan induk yang siap pijah, induk diukur
panjang tubuhnya dan ditimbang berat tubuhnya terlebih dahulu. Setelah semua
siap, kemudian induk dimasukkan dalam akuarium pemijahan. Setelah induk
dimasukkan dalam akuarium pemijahan, kemudian pengamatan dilakukan 2 minggu
yang digunakan induk untuk proses adaptasi pada akuarium yang baru. Ikan
Corydoras panda ini suka pada tempat yang gelap. Terlebih lagi pada saat mereka
kawin, mereka lebih suka pada tempat yang tenang dan tidak berisik, maka dari
itu dibuat akurium yang gelap dengan mendesain akuarium yang telah ditutupi
dengan plastik hitam.
Tingkah
laku dalam reproduksinya amat unik. Sebelum memijah induk jantan dan betina
yang sudah matang gonad akan berenang berendengan mencari tempat untuk
meletakkan telur (sarang). Waktu bertelur biasanya jam 5.00 - 7.00 pagi
(setelah subuh sampai matahari terbit). Walaupun mereka ikan dasar, tetapi
untuk tempat telur biasanya dipilih tempat di kolom air, pada dinding akuarium,
potongan paralon, batang dan permukaan dan atau obyek lain. Peternak umumnya
memberikan potongan paralon sebagai sarang. Tempat tersebut akan dibersihkan
permukaannya dengan mulut. Jantan umumnya lebih aktif daripada betina (Axelrod
dan Vordenwinkler, 1983).
Sesudah
itu induk akan lebih aktif berenang, sesekali mereka bersinggungan. Sebelum
ovulasi induk betina akan menempatkan mulutnya di lubang genital jantannya dan
dikenal dengan "posisi T" dan sperma akan diisapnya (Kohda et al.,
1995).
Ovulasi
akan teljadi setelah itu dan induk akan diam di dasar selama 1 – 1,5 menit,
telur yang keluar sebanyak 2 - 5 butir ( Sterba, 1983 ; Geis, 2000). Telur ini
akan ditempatkan di "kantong" yang dibentuk oleh pasangan sirip perut
yang dibengkokkan (seperti tangan tengadah). Setelah itu baru induk betina
membawanya ke tempat yang sudah dibersihkan dan rneletakkan telur disitu.
Sementara induk jantan akan selalu menunggu di belakang betina untuk proses
ulang. Proses ini diulangi beberapa kali sampai telur semua terevolusi.
Biasanya satu induk mengeluarkan 50 – 200 butir telur tergantung dari
spesiesnya (Sterba, 1983; Sakurai et al., 1990).
Tingkah
laku reproduksinya juga sangat unik. Biasanya dipijahkan secara massal dalam
bak atau akuarium dengan perbandingan jantan dan betina 1:3 atau 1:4. Waktu memijah
adalah saat musim penghujan. Sebelum memijah induk jantan dan betina yang sudah
matang gonad akan berenang berendengan mencari tempat untuk meletakkan telur
(sarang). Waktu bertelur biasanya pukul 05.00--07.00 pagi (setelah subuh sampai
matahari terbit). Walaupun termasuk ikan dasar tetapi untuk tempat telur
biasanya dipilih di kolom air, pada dinding akuarium, potongan paralon yang
digantung, batang, dan permukaan daun atau objek lain. Peternak umumnya
memberikan potongan paralon sebagai sarang. Tempat tersebut akan dibersihkan permukaannya
dengan mulut, jantan akan lebih aktif dari yang betina (Axelrod &
Vordenwinkler, 1983) dalam (Satyani, 2008).
Sesudah
selesai membersihkan tempat telur, induk akan aktif berenang kesana kemari dan
sesekali mereka bersinggungan. Kadang mengeluarkan suara. Sebelum ovulasi
terjadi induk betina akan menempatkan mulutnya di lubang genital jantannya dan
dikenal dengan “Posisi T” dan sperma akan diisapnya (Kohda et al., 1995; Bailey
& Sandford, 1999) dalam (Satyani, 2008).
Ovulasi
akan terjadi setelah itu dan induk betina akan diam di dasar selama 1,0--1,5
menit, telur yang keluar sebanyak 2--5 butir (Sterba, 1983; Geis, 2000). Telur
ini akan ditempatkan di “kantong” yang dibentuk oleh pasangan sirip perut yang
dibengkokkan (seperti tangan ditangkupkan).
Setelah itu baru induk betina membawanya ke tempat objek yang sudah dibersihkan
dan dilekatkan di situ. Sementara induk jantan akan selalu menunggu di belakang
betina untuk proses ulang. Proses ini akan berulang sampai semua telur
terovulasi yaitu sebanyak 50--200 butir sekali pemijahan tergantung dari spesiesnya
(Sterba, 1983; Sakurai et al., 1990; Bailey & Sandford, 1999). Telur-telur
akan ditinggalkan dan tidak dirawat oleh induknya (Satyani, 2008).
Ada
banyak teori mengenai bagaimana cara pembuahan pada Corydoras ini. Ada pendapat
sperma disemprot dari mulut ke bawah badan betina, pada saat ia diam di dasar wadah,
kemudian membuahi telur di “kantong”. Pendapat lain adalah sperma disemprotkan
ke tempat telur yang disediakan, lalu dibuahi di tempat itu. Ada lagi pendapat bahwa
sperma mengalir sepanjang badan betina sampai ke “kantong” (Axelrod &
Vordenwinkler, 1983; Sterba, 1983; Sakurai et al., 1990; Matsuzaka, 1993 dalam
Kohda et al., 1995). Tetapi dari penelitian Kohda et al. (1995) yang mengikuti
jalan sperma dengan cairan berwarna seperti Metil Biru didapatkan hasil bahwa
sperma ini ditelan oleh induk betina melewati usus dan dikeluarkan bersamaan
saat ovulasi kedalam “kantong”. Pembuahan efektif terjadi di “kantong” itu pada
saat induk berdiam di dasar wadah (Satyani, 2008).
Tingkah
laku reproduksi lebih dari 20 spesies Corydoras telah dilaporkan berlangsung
seperti di atas dan diduga hampir semua spesies seperti itu (Kohda et al.,
1995). Menurut Kohda et al. (1995), ada 3 (tiga) kondisi karakteristik yang
dapat memfasilitasi proses pemijahan seperti di atas dapat berlangsung yaitu:
(1) usus Corydoras yang amat pendek, (2) letak sirip perut yang amat dekat dengan
lubang anus, dan (3) seringnya ikan mengambil udara lewat mulut untuk bernafas
melalui usus. Kondisi nomor 3 (tiga) ini memberikan kebiasaan yang baik dalam
melewatkan sperma melalui usus (Satyani, 2008).
Telur
Corydoras merupakan telur yang melekat (adhessive eggs). Perlekatannya amat erat
dan susah untuk diambil atau dipindahkan dari objeknya. Para peternak umumnya
memindahkan telur yang akan ditetaskan bersama dengan sarangnya atau induknya
yang dipindahkan saat
inkubasi. Telur akan menetas 2--3 hari tergantung dari suhu dan akan mulai
berenang sesudah 5--6 hari. Sayang bahwa informasi mengenai reproduksi ikan ini
di alam atau habitatnya hampir tidak ada. Tetapi dengan adanya proses sperma
yang aktif dalam “kantong” kecil diduga
merupakan adaptasi terhadap lingkungan dalam memberikan efektivitas pembuahan.
Demikian pula telur yang melekat sangat erat pada objek yang tidak mudah hanyut
dalam air berarus yang merupakan habitat ikan Corydoras di alam (Burgess, 1992;
Matsuzaka, 1993 dalam Kohda
et al., 1995) dalam (Satyani, 2008).
Tingkah
laku dari ikan Corydoras terutama dalam reproduksinya adalah amat unik. Proses
yang unik yaitu menelan sperma untuk pembuahan yang efektif dalam “kantong” di
mana telur yang akan ditempatkan diduga merupakan evolusi dari adaptasi ikan
kecil dalam lingkungan perairan yang berarus untuk mempertahankan generasinya (Satyani,
2008).
PERAN IKAN CORYDORAS DI
PERAIRAN
Genus
ini mempunyai banyak spesies. Menurut Sterba (1983), tercatat ada 95 spesies
tetapi Matsuzaka (1993 dalam Kohda et al., 1995) telah rnenemukan ada 120
spesies. Namun demikian yang banyak dibudidayakan oleh petani saat ini hanya
empat spesies yaitu Corydoras aeneus, Corydoras paleatus, Corydoras panda dan Corydoras
sterbai. dari spesies tersebut varietas albino terdapat pada Corydoras aeneus
dan Corydoras sterbai. Ikan ini berperan sebagai penyeimbang rantai makanan di
lingkungan tempat tinggalnya, yaitu menjadi sumber energi bagi predator.
TINGKAH LAKU IKAN
CORYDORAS
Corydoras
merupakan ikan dasar dan senang merayap. Pakan yang tenggelam atau di dasar
merupakan yang paling baik untuknya seperti cacing sutera (Tubnifex sp.),
cacing darch (Chironomus sp.), atau pakan buatan tenggelam. Pada waktu kecil
ikan senang berkelompok terutama dekat atau pada substrat. Sesudah dewasa
bersifat soliter, walaupun di alam Corydoras yang sejenis atau sewarna akan
berenang dalam rombongan (Sakurai et al., 1990).
Tingkah
laku dalam reproduksinya amat unik. Sebelum memijah induk jantan dan betina
yang sudah matang gonad akan berenang berendengan mencari tempat untuk
meletakkan telur (sarang). Waktu bertelur biasanya jam 5.00 - 7.00 pagi
(setelah subuh sampai matahari terbit). Walaupun mereka ikan dasar, tetapi
untuk tempat telur biasanya dipilih tempat di kolom air, pada dinding akuarium,
potongan paralon, batang dan permukaan dan atau obyek lain. Peternak umumnya
memberikan potongan paralon sebagai sarang. Tempat tersebut akan dibersihkan
permukaannya dengan mulut. Jantan umumnya lebih aktif daripada betina (Axelrod
dan Vordenwinkler, 1983).
Sesudah
itu induk akan lebih aktif berenang, sesekali mereka bersinggungan. Sebelum
ovulasi induk betina akan menempatkan mulutnya di lubang genital jantannya dan
dikenal dengan "posisi T" dan sperma akan diisapnya (Kohda et al.,
1995).
Tingkah
laku ikan ini amat unik selain senang merayap dan membersihkan dinding akuarium
dengan mulutnya, kelakuan saat pemijahannya amat menarik untuk diamati (Axelrod
& Vordenwinkler, 1983; Sakurai et al., 1990; Kohda et al., 1995). Pemijahan
yang terjadi melalui proses perkawinan yang amat unik yaitu dengan adanya pengisapan
sperma oleh induk betina yang dikenal dengan “posisi T” (Kohda et al., 1995).
Pembuahan dalam “kantong” yang dibentuk dari pasangan sirip perut untuk kemudian
telur yang sudah dibuahi diletakkan di sarang (substrat) atau objek (Satyani,
2008).
Corydoras
merupakan ikan dasar dan senang merayap. Pakan yang tenggelam atau di dasar
merupakan yang paling baik untuknya seperti cacing sutera (Tubifex sp.), cacing
darah (Chironomus sp.), atau pelet. Pada waktu kecil ikan ini senang
berkelompok terutama dekat atau pada substrat,
tetapi sesudah dewasa agak solitair. Walaupun demikian di alamnya menurut
Sakurai et al. (1990) Corydoras yang sejenis atau sewarna akan berenang dalam
rombongan (Satyani, 2008).
Ikan
Corydoras amat sosial dan damai, tidak agresif baik sesama teman maupun dengan
ikan jenis lainnya. Mempunyai kebiasaan menyapu atau membersihkan dinding
akuarium dengan mulutnya, sehingga disebut “tukang bersih-bersih”. Kotoran
hasil sapuannya sering teronggok di dasar akuarium (Satyani, 2008).
MANFAAT IKAN
CORYDORAS
Ikan
hias air tawar akhir-akhir ini sudah amat populer sebagai mata dagangan baik
lokal maupun ekspor. Semakin banyaknya penggemar atau hobiis yang memelihara
ikan hias komoditas ini semakin berharga secara ekonomis (Satyani, 2008).
Di
antara ratusan jenis ikan hias air tawar, Corydoras termasuk yang cukup
terkenal dan amat bagus untuk komunitas akuarium. Banyak peternak atau
pembudidaya yang membiakkan dan memeliharanya, dan pasarnya pun cukup bagus (Satyani,
2008).
Menurut
Satyani (2008), Ikan corydoras berasal dari perairan Amerika Selatan dan telah
diperdagangkan ke seluruh dunia dengan banyak spesies. Sterba (1983) mencatat
ada 95 spesies sementara yang terakhir Matsuzaka (1993) dalam Kohda et al.
(1995) telah menyatakan genus ini mempunyai 120 spesies. Namun demikian yang
masuk pasar saat ini terutama yang sudah dibudidayakan di Indonesia khususnya
daerah Jabodetabek adalah 10 spesies yaitu Corydoras aeneus, Corydoras adolfoi,
Corydoras barbatus, Corydoras paleatus, Corydoras panda, Corydoras pygmaeus,
Corydoras rabauti, Corydoras septentrionalis, Corydoras sterbai, dan Corydoras
sychri. Ukuran ikan jenis ini cukup kecil maksimal 7,5 cm; sehingga amat cocok
untuk akuarium. Dibandingkan dengan ikan catfish lain yang kebanyakan tidak
bersisik, Corydoras mempunyai dua baris sisik besar. Sirip dadanya dilengkapi pula
dengan tulang keras sebagai senjata (Sterba, 1983; Alderton, 1997).
PENULIS
Reni Ekowati P
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Alderton
D. 1997. The Hamlin book of tropical freshwater fish. Reed Intewrnational Book
Ltd. Singapore and Toronto. 100 – 103. Jurnal Iktiologi Indonesia. Volume 5 No.
1: 15 – 18.
Axelrod
H.R. and W. Vordenwinkler. 1983. Encyclopaeclia of tropical .fishes. TFH Publications,InCorydoras
New York-USA. Jurnal Iktiologi Indonesia. Volume 5 No. 1: 15 – 18.
Axelrod
H.R., W.E. Burgess, N. Pronek and J.G. Walls. Dr. Axelrod's atlas of freshwater
aquarium fishes. 1995.Eight edition. TFH. Publications, InCorydoras
NewYolk-IlSA. Jurnal Iktiologi
Indonesia. Volume 5 No. 1: 15 – 18.
Dermawan,
I. dan Lesmana, D, S. 2004. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Jakarta: Penebar Swadaya.
Geis
R. 2000. Caffish keeping & breeding them in captivity. TFH. Publications,
InCorydoras NewYork – USA. 31 – 33. Jurnal Iktiologi Indonesia. Volume 5 No. 1:
15 – 18.
Kohda
M., M. Tanimura., M. K. Nakamura & S Yamagishi. 1995. Sperm drinking by female
catfishes: a novel mode of Sterba G. 1983. Tlre acluaris't encyclopaedia. insemination.
Environmental Biology of fishes 42: l-6. Jurnal Iktiologi Indonesia. Volume 5
No. 1: 15 – 18.
Mills
D. 1986. You and your aquarium. Alfred A.
Knopf,InCorydoras Toronto, Canada. 75p. Jurnal Iktiologi Indonesia.
Volume 5 No. 1: 15 – 18.
Mudjiutami,
E. 2000. Ikan Hias Air Tawar: Corydoras. Jakarta: Penebar Swadaya.
pukul 19.07 WIB.
Radman.
2008. Pembenihan Ikan Corydoras. http://www.radmanblog.com. Diakses pada tanggal
1 Desember 2015 pukul 15.08 WIB.
Satyani,
D. 2008. Catfish Kecil Unik, Corydoras sp. Untuk Akuarium, Tingkah Laku Biologi
dan Reproduksinya. Media Akuakultur Volume 3 Nomor 2 Tahun, Halaman 93-97.
Post a Comment for "Ikan Corydoras Atau Ikan Tikus; Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll"