Ikan Lele Sangkuriang
(Clarias gariepinus var. sangkuriang) merupakan salah satu komoditas perikanan
di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Secara umum produksi ikan lele
terus meningkat dengan pasar yang bertambah luas dan terbuka. Permintaan pasar
yang terus meningkat mengakibatkan tingginya nilai produksi budidaya ikan lele.
Berkembangnya usaha budidaya ikan lele juga berpengaruh terhadap peningkatan
kebutuhan area budidaya dan penambahan kebutuhan air, sehingga meningkatkan
biaya produksi. Budidaya dengan sistem tanpa ganti air bertujuan menghemat air
dan biaya produksi . Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi: keturunan, umur, ketahanan terhadap
penyakit, dan kemampuan memanfaatkan makanan, sedangkan faktor eksternal
meliputi suhu, kualitas dan kuantitas makanan, serta ruang gerak (Gusrina,
2008).
Salah
satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan lele sangkuriang adalah kualitas
air, selain kebutuhan oksigen, NH3 juga merupakan faktor penghambat dalam
pertumbuhan ikan. Pada tingkat konsentrasi 0,18 mg/l dapat menghambat
pertumbuhan ikan (Wedemeyer, 1996). Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus
var. sangkuriang) mempunyai keunggulan, dibandingkan dengan ikan lele dumbo
diantaranya saat pendederan pertumbuhan lebih cepat 40%, sementara itu untuk
tingkat pembesaran pertumbuhannya lebih 2 cepat 10%, selain pertumbuhannya,
indukan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var. sangkuriang) juga
memiliki jumlah telur 33,33% lebih banyak dibandingkan dengan ikan lele dumbo.
Menurut
Surnama (2004) dalam Widodo (2009), lele
Sangkuriang merupakan pemurnian genetik melalui cara silangbalik antara induk
betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6) Lele Dumbo.
Kelebihan yang dimiliki Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus var. sangkuriang
var. Sangkuriang) antara lain adalah pertumbuhan rata-ratanya yang lebih cepat
dibandingkan dengan Lele Dumbo (Clarias gariepinus var. sangkuriang). Hal ini
diduga salah satunya dipengaruhi oleh tingkah laku makannya. Kelebihan lain
yang dimiliki oleh Lele Sangkuriang adalah fekunditasnya yang tinggi,
mortalitasnya yang rendah dan anaknya yang tidak bersifat kanibal (tidak saling
memakan). Dengan kelebihan ini Lele Sangkuriang mampu berkembang biak lebih
cepat dibandingkan dengan Lele Dumbo.
KLASIFIKASI IKAN LELE
SANGKURIANG
Menurut
Suyanto (2007) dalam Widodo (2009),
klasifikasi Lele Sangkuriang adalah sebagai berikut :
Kingdom
|
:
Animalia
|
Phylum
|
: Chordata
|
Class
|
: Pisces Tingkah
|
Sub Class
|
:
Teleostei
|
Order
|
: Ostariophysi
|
Sub Order
|
:
Siluriidae
|
Family
|
: Clariidae
|
Genus
|
: Clarias
|
Species
|
: Clarias gariepinus var. sangkuriang
(Burchell)
|
HABITAT IKAN LELE
SANGKURIANG
Menurut
Sudarto (2004), Habitat atau lingkungan hidup lele (Clarias gariepinus var.
sangkuriang) ialah air tawar. Meskipun air yang terbaik untuk memelihara lele
ialah air sungai, air dari saluran irigasi, air tanah dari mata air, maupun air
sumur, tetapi lele juga relative tahan terhadap kindisi air yang menurut ukuran
kehidupan ikan dinilai kurang baik. Ikan lele (Clarias gariepinus var.
sangkuriang) juga hidup dengan padat penebaran tinggi meupun pada kolam yang
kadar oksigennya rendah karena lele (Clarias gariepinus var. sangkuriang)
mempunyai alat pernafasan tambahan yang disebut labirin yang memungkinkan lele
(Clarias gariepinus var. sangkuriang) mengambil oksigen langsung dari udara
untuk pernafasannya.
Lele
sangkuriang juga dapat hidup dengan padat penebaran tinggi maupun dalam kolam
yang kadar oksigennya rendah, karena ikan lele sangkuriang mempunyai alat
pernapasan tambahan yang disebut arborescent yang memungkinkan lele sangkuriang
mengambil oksigen langsung dari udara untuk pernapasan, faktor-faktor yang
berhubungan dengan lingkungan hidup ikan senantiasa harus dijaga dan
diperhatikan. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah: suhu berkisar antara
24 – 300C, pH 6,5 – 7,5, oksigen terlarut 5 – 6 mg/l. Dengan kondisi perairan
tersebut di atas ikan lele dapat hidup dengan baik mengenai kepesatan tubuhnya
maupun kemampuan dalam menghasilkan benih ikan.
FISIOLOGI IKAN LELE
SANGKURIANG
Menurut
Djokosetiyanto (2006), ikan lele sangkuriang mempunyai bentuk badan yang
berbeda dengan jenis ikan lainya. Seperti ikan mas, gurami dan tawes. Alat
pernafasan lele sangkuriang berupa insang yang berukuran kecil sehingga lele
sangkuriang sering mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan oksigen. Ikan
lele sangkuriang mengalami kesulitan dan memenuhi kebutuhan oksigen, akibatnya
lele sangkuriang sering mengambil oksigen dengan muncul ke permukaan. Alat
pernafasan tambahan terletak di rongga insang bagian atas, alat berwarna
kemerahan penuh kapiler darah dan mempunyai tujuk pohon rimbun yang biasa
disebut “arborescent organ”. 8 Untuk memudahkan berenang, lele sangkuriang (Clarias
gariepinus var. sangkuriang) dilengkapi sirip tunggal dan sirip berpasangan.
Sirip tunggal adalah sirip punggung dan sirip ekor . Sedangkan sirip
berpasangan adalah sirip perut dan sirip dada. Sirip dada yang keras disebut
patil.
Lele
Sangkuriang, pada kondisi lapar, memiliki kemampuan untuk memakan anak ikan
lebih banyak dibandingkan dengan Lele Dumbo. Keberadaan suatu jenis ikan di
perairan memiliki hubungan yang erat dengan keberadaan makanannya. Kebiasaan
makan ikan secara alami bergantung kepada lingkungan tempat ikan itu hidup.
Pada ikan yang berukuran sama, kapasitas lambung ikan berhubungan erat dengan
kategori dan bentuk tubuh ikan. Semakin besar ukuran ikan predator maka semakin
banyak pula mangsa yang dimakan. Demikian pula dengan ukuran mangsanya, semakin
besar ikan predator maka semakin besar pula ukuran mangsa yang dimakan. Diduga
Lele Sangkuriang memakan anak ikan lebih banyak dibandingkan dengan Lele Dumbo
disebabkan oleh sifat bawaannya, Lele Sangkuriang diduga memiliki organ
pengolahan makanan yang lebih efisien dibandingkan dengan Lele Dumbo, sehingga
Lele Sangkuriang makan anak ikan lebih banyak. Lele Sangkuriang memiliki rasio
konversi pakan yang lebih baik dibandingkan dengan Lele Dumbo.
MORFOLOGI IKAN LELE
SANGKURIANG
Menurut
Djokosetiyanto (2006), sebagaimana halnya ikan lele, lele sangkuriang (Clarias
gariepinus var. sangkuriang) memiliki ciri-ciri identik dengan lele dumbo
sehingga sulit untuk dibedakan. Secara umum, ikan lele sangkuriang dikenal
sebagai ikan berkumis atau catfish. Tubuh ikan lele sangkuriang ini berlendir
dan tidak bersisik serta memiliki mulut yang relatif lebar yakni ¼ dari panjang
total tubuhnya. Ciri khas dari lele sangkuriang adalah adanya empat pasang
sungut yang terletak di sekitar mulutnya. Keempat pasang sungut tersebut
terdiri dari dua pasang sungut maxiral/ rahang atas dan dua pasang sungut
mandibula/rahang bawah. Fungsi sungut bawah adalah sebagai alat peraba ketika
berenang dan sebagai sensor ketika mencari makan. Sirip lele sangkuriang
terdiri atas lima bagian yaitu sirip dada, sirip perut, sirip dubur, sirip
ekor, dan sirip punggung. Sirip dada lele sangkuriang dilengkapi dengan patil
(sirip yang keras) yang berfungsi untuk alat pertahanan diri.
Ikan
lele sangkuriang mempunyai bentuk badan yang berbeda dengan jenis ikan lainya.
Seperti ikan mas, gurami dan tawes. Alat pernafasan lele sangkuriang berupa
insang yang berukuran kecil sehingga lele sangkuriang sering mengalami
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan oksigen. Ikan lele sangkuriang mengalami
kesulitan dan memenuhi kebutuhan oksigen, akibatnya lele sangkuriang sering
mengambil oksigen dengan muncul ke permukaan. Alat pernafasan tambahan terletak
di rongga insang bagian atas, alat berwarna kemerahan penuh kapiler darah dan
mempunyai tujuk pohon rimbun yang biasa disebut “arborescent organ”. 8 Untuk
memudahkan berenang, lele sangkuriang (Clarias gariepinus var. sangkuriang var)
dilengkapi sirip tunggal dan sirip berpasangan. Sirip tunggal adalah sirip
punggung dan sirip ekor . Sedangkan sirip berpasangan adalah sirip perut dan
sirip dada. Sirip dada yang keras disebut patil.
CIRI-CIRI IKAN LELE
SANGKURIANG
Menurut
Prihatman (2000) dan Bahtiar (2006), ciri khas dari lele sangkuriang adalah
adanya empat pasang sungut yang terletak di sekitar mulutnya. Keempat pasang
sungut tersebut terdiri dari dua pasang sungut maxiral/ rahang atas dan dua
pasang sungut mandibula/rahang bawah. Fungsi sungut bawah adalah sebagai alat
peraba ketika berenang dan sebagai sensor ketika mencari makan. Sirip lele
sangkuriang terdiri atas lima bagian yaitu sirip dada, sirip perut, sirip
dubur, sirip ekor, dan sirip punggung. Sirip dada lele sangkuriang dilengkapi
dengan patil (sirip yang keras) yang berfungsi untuk alat pertahanan diri.
Disebutkan
dalam beberapa penelitian bahwa lele merupakan ikan nokturnal atau yang aktif
di malam hari. Namun pada keadaan lapar ternyata Lele Sangkuriang juga aktif
pada siang hari. Perbedaan aktivitas makan Lele Sangkuriang pada siang dan
malam hari hanya berbeda sedikit. Lele dapat aktif pada siang dan hari. Lele
membutuhkan lebih banyak makan pada siang hari. Hal ini ditunjukkan dengan
hasil penelitian tersebut bahwa pada ikan persentasi makan lebih besar pada
siang hari dibandingkan dengan pada malam hari.
REPRODUKSI IKAN LELE
SANGKURIANG
Menurut
Arhayu (2013), apabila telah dewasa, lele betina akan membentuk telur di dalam
indung telurnya. Sedangkan lele jantan membentuk sperma atau mani. Bila
telur-telurnya telah berkembang maksimum yaitu mencapai tingkat yang matang
untuk siap dibuahi maka secara alamiah ikan lele akan memijah atau kawin.
Perkembangan telur dan sperma berlangsung di dalam tubuh lele dengan mekanisme
pengaturan oleh zat yang disebut hormone kelamin gonadotropin atau gonade
stimulating hormone (GSH). Bila lele mencapai tingkat dewasa, hormone
gonadotropin secara alami akan terbentuk di dalam kelenjar hipofisa yang
terletak di bawah otak kecil. Awalnya
hormone gonadotropin yang terbentuk sedikit kemudian dialirkan melalui darah ke
dalam indung telur, sehingga terbentuklah telur-telur yang semakin besar dan
banyak jumlahnya di dalam indung telur.
Sampai
suatu saat telur-telur menjadi matang untuk dibuahi oleh sperma (fertilisasi).
Namun kematangan telur yang terjadi dalam indung telur belum tentu segera
diikuti oleh kemauan induk untuk memijah sehingga diperlukan rangsangan yaitu
dengan mengubah iklim atau sifat-sifat air yang dapat membei rangsangan bagi
lele untuk membentuk hormone gonadotropin lebih banyak lagi. Perkembangan
muakhir untuk merangsang pemijahan ikan lele saat ini dapat menggunakan hormone
buatan atau hormone sintetis yang telah banyak diproduksi. Beberapa jenis
hormone tersebut antara lain Ovaprim, HCG, LHRH. Persyaratan penggunaan hormone
sintetis adalah induk lele hsrus sudah mengandung telur yang siap untuk memijah
(matang gonad).
PERAN IKAN LELE
SANGKURIANG DI PERAIRAN
Seperti
halnya lele Dumbo terdahulu, lele sangkuriang memiliki sifat omnivore. Di alam
maupun budidaya lele sangkuriang dapat
memanfaatkan plankton, ikan kecil, udang, dan berbagai makanan untuk dimakan
(Departemen kelautan dan Perikanan, 2006). Habitat lele dialam adalah
diperairan tergenang yang relative dangkal, ada pelindung atau tempat yang agak
gelap, dan lebih menyukai substrat berlumpur. Ikan lele bersifat nocturnal,
yaitu aktif dimalam hari (Hernowo dan Suyanto, 2003).
TINGKAH LAKU IKAN
LELE SANGKURIANG
Lele
Sangkuriang bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan Lele Dumbo dalam mengenali
mangsanya. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa sebelum memakan mangsanya
sebagian besar dari Lele Sangkuriang adalah berenang hilir mudik di dalam
akuarium. Tingkah laku ikan dapat berubah disebabkan oleh lingkungan yang
berubah atau atau dalam keadaan tertekan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
lele banyak menghabiskan waktunya untuk berenang hilir mudik, kemudian
beristirahat di dasar perairan. Lele lebih banyak beraktivitas untuk makan pada
siang hari dibandingkan dengan malam hari (Dardiani, 2010). Secara jelas
gelombang listrik pasif digunakan oleh beberapa jenis ikan Clarias dalam
berkomunikasi dan berinteraksi. Beberapa jenis ikan juga menggunakannya untuk
mendeteksi mangsanya. Jika Lele Sangkuriang bereaksi lebih cepat dalam memangsa
makanannya, artinya lele ini lebih responsif dalam mengenali makanannya
dibandingkan dengan Lele Dumbo.
MANFAAT IKAN LELE SANGKURIANG
Ikan
lele sangkuriang (Clarias gariepinus var. sangkuriang) adalah salah satu ikan
air tawar yang banyak dibudi-dayakan dan dikonsumsi di Indonesia. Ikan ini
banyak dikonsumsi karena mudah diolah, banyak disukai, dan memiliki kandungan
protein yang tinggi. Selain itu, ikan ini juga dibudidayakan karena memiliki
waktu per-tumbuhan yang relatif cepat. Tingginya permintaan konsumen membuat
petani lele melakukan usaha yang intensif. Perkem-bangan usaha budidaya lele
membutuhkan penambahan area budidaya dan biaya untuk pakan serta peningkatan
kebutuhan air (Sitompul, 2012).
PENULIS
Nindi
Safitriani
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Alderton
D. 2005. Encyclopedia of Aquarium and Pond Fish. New York, USA: DK Publication
Inc.
Arhayu,
M. I. 2013. Fertilisasi. Jakarta
Bachtiar,
Y. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele Dumbo. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
Dardiani
dan I. R. Sary. 2010. Manajemen Pemeliharaan Induk. Diktat. Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta.
Elpawati.,
D. R. Pratiwi., dan N. Radiastuti. 2015. Aplikasi Effective Microorganism 10
(Em10) Untuk Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias Gariepinus Var.
Sangkuriang) Di Kolam Budidaya Lele Jombang, Tangerang. Jurnal Biologi. Vol 8 No 1 Hal 6-14
Fahri
H.,2011., Pemulian Ikan Hias Mas Koki.,Universitas Negri Jakarta.,Jakarta
Gusrina.
2008. Budidaya ikan. Departemen pendidikan nasional:Jakarta. 355 hal.
Hernowo
dan S.R Suyanto. 2010. Pembenihan dan Pembesaran Lele. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Lingga
Pinus dan Heru Susanto, 1989, Ikan Hias Air Tawar, Penebar Swadaya Jakarta.
Prihatman,
K. 2000. Budidaya Ikan Lele. Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta.
Pusat
Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. 2011. Budidaya Ikan Lele. Departemen
Perikanan dan Kelautan, Jakarta.
Saanin.
H., 1995., Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan., Bina Cipta., Bandung.
Saxby
A, Adams L, Snellgrove D, Wilson RW, Sloman KA. 2010. The effect of group size
on the behaviour and welfare of four fish species commonly kept in home
aquaria. Applied Animal Behaviour Science 125: 195–205.
Sudarto.
2004. Karakteristik genetik ikan lele. Balai riset perikanan budidaya air
tawar, bogor
Wemeyer.
1996. Physiology of fishin intensive Culture system. Chapman and hill
Post a Comment for "Ikan Lele Sangkuriang; Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll"