Ikan Sapu-Sapu berasal dari Amerika Selatan. Menurut Hasanah (2019), Ikan Sapu-Sapu yang
ada di Indonesia merupakan hasil introduksi dari Brazil (Rueda-Jasso dan
Mendoza, 2013). Ikan ini juga dikenal dengan sebutan janitor fish atau ikan
pembersih karena memakan alga yang berada di dasar perairan. Penyebarannya
dimulai dari Amerika Latin kemudian ke berbagai negara tropis seperti
Indonesia, Malaysia, Filipina melalui kolektor ikan hias yang minat dengan ikan
ini (Jumawan, et al 2016). Ikan sapu-sapu pada masa awal diperkenalkan banyak
menjadi peliharaan di akuarium, namun ikan ini dapat tumbuh dengan cepat dan
memakan apa saja. Hali ini yang menjadikan ikan tersebut kemudian dibuang ke
sungai oleh kolektor atau pemilik akuarium dan menjadi invasif di alam (Wu, et
al, 2011). Di sungai, ikan sapu-sapu mendiami habitat yang perairan dangkal
memiliki arus lambat, dasar perairan yang landai atau berbatu (Hosain, et al,
2018)
Menurut Qoyyimah, et al. (2016), Ikan
sapu-sapu merupakan salah satu jenis ikan yang termasuk dalam invasive species.
Invasive species dapat menjadi predator maupun kompetitor terhadap spesies asli
(Hill & Lodge 1999), selain itu ikan ini dapat menyebabkan hibridisasi
tidak terduga (Mallet 2007). Keberadaan ikan sapu-sapu dapat diketahui dari
lubang lubang yang terlihat dalam bentuk kumpulan di sepanjang lereng pinggir
sungai. Lubang tersebut berfungsi sebagai tempat peletakkan telur ikan (Nico et
al. 2012).
Menurut Qoyyimah, et al. (2016), Genus
ikan sapu-sapu yang ada di Indonesia adalah Pterygoplichthys (Page dan Robins,
2006). Genus tersebut memiliki 22 spesies (Fishbase, 2015). Page dan Robins
(2006) mengatakan bahwa di Indonesia hanya terdapat 2 spesies ikan sapu-sapu, yaitu
P.pardalis dan P.disjunctivus. Muthmainnah (2008), menyatakan bahwa kelimpahan
ikan sapu-sapu di bagian hili sungai Ciliwung (area Jakarta Selatan) sangat
tinggi yaitu 58 individu per meter persegi.
KLASIFIKASI
IKAN SAPU-SAPU
Menurut Kotellat et al. (1993) dalam
Istanti (2005), klasifikasi ikan sapu-sapu adalah sebagai berikut:
Filum
|
: Chordata
|
Subfilum
|
: Vertebrata
|
Kelas
|
:
Pisces
|
Ordo
|
: Siluridea
|
Famili
|
:
Loricarinae
|
Genus
|
: Hypostosmus
|
: Hyposarcus
|
|
Spesies
|
: Hypostosmus sp
|
: Hyposarcus
pardalis
|
HABITAT
IKAN SAPU-SAPU
Habitat asli ikan sapu-sapu adalah
sungai dengan aliran air yang deras dan jernih, tetapi dapat juga hidup di
perairan tergenang seperti rawa dan danau. Ikan sapu-sapu dapat hidup di
perairan dengan kadar oksigen terlarut yang rendah, sehingga hanya sedikit
spesies lain yang dapat hidup di perairan tersebut (sampai hanya ikan sapu-sapu
yang dapat bertahan hidup) (Istanti, 2005).
Ikan sapu-sapu berasal dari Amerika
Selatan tepatnya dari Argentina Utara, Uruguay, Paraguay, dan Brazil bagian
Selatan yaitu di sungai Rio de Plate, Rio Paraguay, Rio Panama dan Rio Uruguay
(Kottelat et al. 1993 dalam Istanti 2005). Selain terdapat di kawasan Jakarta dan
sekitarnya, ikan sapu-sapu (Hyposarcus pardalis) sudah menyebar hingga di
kawasan Depok bahkan daerah Bogor dengan jumlah yang sangat besar
(Prihardhyanto 1995 dalam Istanti 2005).
Menurut Qoyyimah, et al. (2016), Ikan
sapu-sapu dapat ditemukan pada berbagai lokasi, salah satunya adalah sungai
Ciliwung. Sungai tersebut merupakan aliran yang berasal dari Gunung Pangrango yang
melewati Bogor, Depok, dan berakhir pada teluk Jakarta (Hendrawan, 2008).
Sungai Ciliwung termasuk sungai di Indonesia yang paling banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat. Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai di dunia yang memiliki
tingkat polusi sangat tinggi. Penyebab polusi terbesar di sungai tersebut
adalah limbah domestik (International River Foundation, 2011).
Menurut Qoyyimah, et al. (2016), Berdasarkan
studi literatur yang dilakukan oleh (Wowor, 2010), pada tahun 1910 ditemukan
187 jenis ikan yang hidup pada DAS Ciliwung. Tahun 2009 hanya terdapat 20 jenis
ikan dengan 5 jenis lainnya adalah jenis asing. Penurunan keanekaragaman jenis
ikan di sungai Ciliwung tercatat mencapai 92,5% pada tahun 2010. Penurunan populasi
ikan dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti pembangunan vila pada bagian
hulu, pembangunan rumah dan kantor pada bagian tengah, sedangkan bagian hilir
sudah tidak memiliki ruang terbuka hijau (Wibawa et al. 2010). Penurunan populasi
ikan juga dapat disebabkan oleh keberadaan ikan sapu-sapu, karena tidak
terdapat predator yang memakan ikan tersebut. Hal tersebut menyebabkan ikan sapu-sapu
dapat mendominasi suatu wilayah perairan (Hadiaty, 2011).
FISIOLOGI
IKAN SAPU-SAPU
Berdasarkan ususnya yang panjang dan
tersusun melingkar seperti spiral, ikan sapu-sapu dapat dikelompokkan ke dalam
jenis ikan herbivora. Sedangkan berdasarkan relung makannya yang luas maka ikan
sapu-sapu dikelompokkan ke dalam jenis eurifagik (ikan pemakan bermacam-macam
makanan ) (Prihardhyanto 1995 dalam Istanti 2005).
MORFOLOGI
IKAN SAPU-SAPU
Ikan sapu-sapu memiliki tubuh yang
ditutupi dengan sisik keras kecuali bagian perutnya, bentuk tubuh pipih, kepala
lebar, mulut terletak dibagian kepala dan berbentuk cakram, memiliki adifose
fin yang berduri. Semua sirip kecuali ekor selalu diawali dengan jari-jari
keras. Sirip punggung lebar dengan tujuh jarijari lemah (Hypostosmus sp) atau
10-13 jari-jari lemah (Hyposarcus pardalis), warna tubuh cokelat atau abu-abu
dengan bintik-bintik hitam diseluruh tubuhnya (Kottelat et al ., 1993 dalam
Istanti 2005).
Diperkuat Menurut Elfidasari, et al.
(2016), Ikan sapu-sapu secara morfologi memiliki tubuh yang ditutupi dengan
sisik keras yang fleksibel. Bentuk kepala ikan Ordo Siluriformes adalah “picak”
atau depressed (Bhagawati et al. 2013). Bagian abdomen memiliki pola
titik-titik putih besar dengan beberapa pola menyatu yang dilengkapi dengan mulut
penghisap pada bagian bawah (Hoover et al. 2004). Terdapat sirip dorsal
sebanyak 9-14 buah pada ikan sapu-sapu jenis Pterygoplichthys disjunctivus.
Sirip dada dilengkapi dengan duri kecil yang berbentuk seperti gigi. Umumnya
ikan sapu-sapu Pterygoplichthys mampu mencapai ukuran 40 cm atau lebih. Ikan
tersebut dapat mencapai panjang 35 cm dalam waktu 2 tahun (Page 1994; Nico
& Martin 2001). Spesies P. disjunctivus seringkali disamakan dengan
P.pardalis. Kedua spesies tersebut diketahui memiliki perbedaan pada bagian
abdomen. P.disjunctivus memiliki pola yang berlekuk-lekuk sedangkan P.pardalis
dengan pola titik-titik hitam yang terpisah (Page 1994).
CIRI-CIRI
IKAN SAPU-SAPU
Ikan sapu-sapu memiliki warna coklat
hitam ke hitaman pekat dan diselingi
oleh strip lurus vertikal warna putih dan kekuningan yang tipis yang dimulai
dari bagian tubuh paling atas ke bagian tubuh paling bawah. Ikan sapu-sapu ini
dapat tumbuh hingga berukuran 15 cm dan akan memiliki semacam tanduk-tanduk
halus di atas wajahnya bagi yang berkelamin
jantan, dan hanya ada sedikit tanduk bagi yang berkelamin betina
(Ariana, 2013).
REPRODUKSI
IKAN SAPU-SAPU
Untuk reproduksinya, ikan sapu sapu
mencapai usia matang kelamin minimal 3 tahun dengan ukuran minimal 8 cm. Mereka
berkembangbiak dengan sistem koloni. Biasanya satu koloni dihuni oleh beberapa
jantan dominan dengan jumlah betina 2 -4
kali lipat jumlah jantan. Koloni paling kecil berjumlah 3 ekor dengan jantan 1
ekor dan betina 2 ekor. Sekali bertelur, betina dapat mengeluarkan 7 sampai 15
butir telur saja. Jantan akan mengerami telurnya sampai menetas dan terus
menjaga anak-anaknya sampai mereka dapat berenang dan mencari makan sendiri.
Sedangkan dari telur sampai mencapai ukuran 5 cm diperlukan waktu minimal 6
bulan. Laju reproduksi ikan sapu sapu relatif lambat, karena memang jenis ikan
ini sangat lambat dalam mencapai kondisi matang kelamin. Selain itu, pertumbuhannya pun terbilang lama (Ariana,
2013).
PERAN
IKAN SAPU-SAPU DI PERAIRAN
Banyaknya jumlah ikan sapu-sapu dapat
digunakan sebagai indikator perairan tercemar oleh limbah.Besarnya pencemaran
pada suatu lingkungan habitat dapat diketahui dengan menggunakan biota akuatik
sebagai bioindikator (Salbiah et al., 2009 dalam Saputro 2012). Ikan
merupakanbiota air yang dapat dijadikan sebagai salah satu bioindikator tingkat
pencemaran dalam perairan (Supriyanto, dkk., 2007 dalam Saputro 2012). Pada
penelitian ini sampel yang dipilih adalah ikan sapu-sapu, karena jenis ikan ini
memiliki populasi yang tinggi di sungai Pabelan. Ikan Sapu-sapu merupakan salah
satu jenis ikan yang mampu hidup di perairan kotor dan berlumpur (Ratmini, 2009
dalam Saputro 2012).
TINGKAH
LAKU IKAN SAPU-SAPU
Jika diamati cara makan ikan
sapu-sapu, gerakannya yang lambat dan cenderung menetap di dasar perairan,
dengan kemampuan hidup yang kuat, ikan ini cenderung memiliki kandungan logam
berat yang hampir sama dengan lingkungan tempat hidupnya (Ariana, 2013).
MANFAAT
IKAN SAPU-SAPU
Hasil uji proksimat pada ikan
sapu-sapu yang dilakukan oleh Hutasoit, Yusni, dan Lesmana, (2015). Menunjukkan
nilai protein sebesar 26,23%, lemak sebesar 15%, karbohidrat sebesar 5,42%, air
sebesar 13% dan abu sebesar 6%. Ikan sapu-sapu di Indonesia umumnya hanya
dimanfaatkan sebagai ikan hias yang dapat membersihkan akuarium (U.S. Fish and
Wildlife Service, 2012). Ikan sapu-sapu yang hidup di sungai Ciliwung banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai sumber mata pencaharian dengan
cara ditangkap dan dijual ke pengepul. Selanjutnya ikan dijadikan bahan
pembuatan somay, kerupuk dan olahan makanan lainnya. Potensi ikan sapu-sapu
untuk dijadikan sumber gizi atau suplemen alternatif belum banyak diteliti
(Hasanah, 2019).
PENULIS
Refika Rahayu
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan
2015
EDITOR
Gery Purnomo Aji Sutrisno
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan
2015
DAFTAR
PUSTAKA
Ariana. 2013. Kultur Ikan
Hias Ikan Sapu Sapu (Hypostomus
Plecostomus). Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanuddin Jurusan
Perikanan: Makasar
Dr. K Rama Rao and Venugopal Sunchu. 2017. Gambar
Ikan Sapu-Sapu International Journal of Fisheries and Aquatic Studies 2017;
5(2): 249-254
Elfidasari, D., F. D. Qoyyimah., M. R.
Fahmi., Dan R. L. Puspitasari. 2016. Variasi Ikan Sapu-Sapu (Loricariidae)
Berdasarkan Karakter Morfologi Di Perairan Ciliwung. Jurnal Al-Azhar Indonesia
Seri Sains Dan Teknologi, Vol. 3, No.4. 221-225.
Hasanah, M. 2019. Potensi Ikan Sapu-Sapu
(Pterygoplichthys pardalis) Berbagai Ukuran Dari Sungai Ciliwung Sebagai Sumber
Asam Lemak Esensial. SKRIPSI. Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 42 Halaman.
Istanti, I. 2005. Pengaruh Lama Penyimpanan
Terhadap Karakteristik Kerupuk Ikan Sapu-Sapu (Hyposarcus Pardalis). Skripsi.
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan: Ipb
Qoyyimah, F. D., D. Elfidasari., Dan M. R.
Fahmi. 2016. Identifikasi Ikan Sapu-Sapu (Loricariidae) Berdasarkan Karakter
Pola Abdomendi Perairan Ciliwung. Jurnal Biologi Program Studi Biologi,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia. 20 (1): 40-43.
Saputro, A, Et Al. 2012. Identifikasi
Kualitatif Kandungan Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Dan Zn) Pada Ikan Sapu-Sapu
(Hypostomus Plecostomus) Di Sungai Pabelan Kartasura Tahun 2012. Pendidikan
Biologi Fkip: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Post a Comment for "Ikan Sapu-Sapu; Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll"