I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Perkembangan
budidaya perairan di Indonesia semakin berkembang dari tahun ke tahun, baik
budidaya air laut, air payau dan air tawar. Saat ini dengan semakin menurunnya
hasil tangkapan dari laut, budidaya ikan menjadi alternatif sebagai penyedia
ikan konsumsi yang dibutuhkan masyarakat. Perkembangan budidaya baik budidaya
tradisional maupun budidaya intensif
cukup berkembang dimasyarakat terutama budidaya air tawar yang banyak
mengembangkan jenis-jenis ikan yang cukup disukai oleh masyarakat antara lain
ikan lele, ikan mas, ikan gurame, ikan nila dll. Hal ini didukung dengan
tehnologi yang mudah diadopsi sehingga budidaya air tawar secara intensif
banyak dikembangkan oleh masyarakat.
Penyakit
ikan merupakan segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan dapat disebabkan
oleh organisme lain, pakan maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang
kehidupan ikan. Dengan demikian timbulnya serangan penyakit di kolam merupakan
hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan dan organisme
penyakit.
Salah
satu organisme penyakit yang banyak menyerang ikan adalah dari kelompok jamur.
infeksi oleh jamur dapat menyerang telur ikan, larva ikan, tokolan (juvenil)
dan ikan-ikan dewasa. Pada umumnya infeksi terjadi jika ikan mendapat luka baik
secara mekanik maupun infeksi oleh parasit yang lain. Penyakit ikan yang
diakibatkan oleh jamur sudah lama diketahui, namun pengetahuan tentang jenis
jamur tertentu yang merupakan patogen primer pada suatu jenis penyakit masih
relatif tertinggal dibanding dengan penyakit ikan yang disebabkan oleh bakteri
maupun virus. Masalah utama yang umum dihadapi antara lain adalah- teknik untuk
mendapatkan isolat murni, identifikasi dan menentukan apakah jenis jamur
tersebut benar-benar patogen atau hanya jamur saprofitik yang mengambil
keuntungan dari suatu luka.
Kasus
penyakit jamur pada ikan di Indonesia umumnya tidak atau belum dianggap serius,
karena munculnya kasus tersebut lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan
yang buruk, malnutrisi, atau akibat agen penginfeksi primer lain seperti
parasit, bakteri dan virus. Beberapa faktor yang memicu terjadinya infeksi
jamur antara lain ; penanganan yang kurang baik (terutama transportasi)
sehingga menimbulkan luka pada tubuh ikan, kekurangan gizi, suhu dan oksigen
terlarut yang rendah, bahan organik tinggi, kualitas telur buruk/tidak
terbuahi, dan kepadatan telur/ikan yang terlalu tinggi.
Jamur
terdapat di semua jenis perairan air tawar terutama yang mengandung banyak
bahan organik. Jamur hidup sebagai saprofit pada jaringan tubuh, merupakan
penyakit sejati, karena jamur tidak dapat menyerang ikan-ikan yang betul-betul
sehat, melainkan menyerang ikan-ikan yang sudah luka atau lemah. Jamur
khususnya Saprolegnia sp dapat menyerang semua jenis ikan di segala macam
lingkungan. Tanda adanya jamur ini terlihat sebagai serabut putih seperti kapas
yang tumbuh pada bagian tubuh ikan yang luka. Ikan yang diperlakukan kurang
cermat waktu penangkapan dan pengangkutan sering menderita luka-luka yang
kemudian tumbuh jamur.Peranan jamur di alam sangat besar, ada yang merugikan,
berbahaya maupun yang menguntungkan.
Kata
jamur berasal dari kata mycotic dari bahasa Yunani "mykes" yang
berarti jamur. Jamur merupakan organisme eukariot, heterotrof, tidak dapat
melakukan fotosintesis yang berkembang biak dengan spora. Beberapa jamur
merupakan organisme uniseluler, tetapi kebanyakan jamur membentuk filamen yang
merupakan sel vegetatif (Subandi, 2010 dalam Khairiyah 2015). Dalam
perkembangannya, mycologist membedakan kelompok organisme ini ke dalam 3 (tiga)
golongan yaitu jamur, khamir dan kapang. Ciri khas dari golongan jamur adalah
memiliki dinding sel dari kitin atau selulose dan tidak berklorofil. Sedangkan
kapang umumnya tidak memiliki struktur hypha yang jelas, dan khamir tidak
membentuk hypha tetapi membentuk pseudomycelium.
Jamur
terutama Saprolegnia sp. menyerang hampir semua jenis ikan air tawar seperti
gurame, mas, tawes, nila, dan ikan hias, baik benih maupun telur. Serangannya
pada organ tubuh bagian luar seperti kepala, tutup insang, sirip, dan bagian
tubuh luar lainnya. Penyakit ini timbul akibat penanganan ikan yang kurang
baik. Kekurangan makanan, suhu air rendah, oksigen rendah, kualitas telur
kurang baik, serta kepadatan telur yang terlalu tinggi pun dapat menjadi sebab
terjadinya serangan (Arie, 2008 dalam Kurniawan et al.,2012). Kumpulan benang
ini biasanya terlihat di bagian kepala, tutup insang atau di sekitar sirip.
Jamur saprolegnia dapat menyerang sebagian besar ikan air tawar. Saprolegnia
terutama menyerang ikan yang terlebih dahulu telah diserang oleh bakteri dan
parasit dan juga karena penanganan yang kurang baik, sehingga sifat penyerangan
merupakan infeksi sekunder. Menurut Khoo (2000) dalam Ginting (2014) saprolegnia tidak dapat mensintesis nutrisi
karena bersifat hetetrotrof yaitu membutuhkan bahan organik untuk pertumbuhan
dan perkembangannya. Saprolegnia dikategorikan sebagai saprofit yang
menggunakan bahan organik ataupun sebagai parasit yang menginfeksi makhluk
hidup agar dapat bertahan hidup.
Filamen
jamur Saprolegnia berbentuk panjang dengan ujung bulat, berisi zoospora. Mereka
hidup dalam koloni yang terdiri dari satu atau lebih spesies. Koloni ini
umumnya berwarna putih, namun ada juga yang berwarna keabu abuan karena mungkin
terpengaruh oleh precesence dari bakteri yang ada disitu.
HABITAT DAN MORFOLOGI
JAMUR SAPROLEGNIA SP
Jamur Saprolegnia sp juga diistilahkan dengan jamur
"air dingin" karena menyebar di air dingin, namun ia bisa hidup
secara baik di air dengan suhu dari 37°F hingga 91°F (3 sampai 31°C).
Pertumbuhan
jamur Saprolegnia sp pada tubuh
ikan/telur atau substrat yang cocok dipengaruhi oleh suhu air. Sebagian besar
saprolegniaceae mampu berkembang ( minimum ) pada suhu air antara 0 – 5 °C, tumbuh sedang pada 5 - 15°C,
pertumbuhan optimum pada 15 – 30 °C, dan menurun pada suhu 28 - 35 °C. Walaupun
sebagian besar ditemukan di air tawar, namun jamur ini juga toleran dengan air
payau sehingga
Jamur
cenderung memerlukan lingkungan asam dan melakukan aktifitas metabolisme
(respirasi dan sekresi asam organik).
Sebagian besar jamur adalah
mesophilik yaitu tumbuh pada suhu 50 – 400 C, beberapa psikrophilik yaitu
tumbuh dibawah 50 C dan lainnya thermotoleran dan dapat tumbuh di atas 500 C.
Jamur Saprolegnia sp adalah jamur air tawar yang
hidup di lingkungan air tawar dan memerlukan air untuk tumbuh dan bereproduksi.
Jamur Saprolegnia sp dapat juga ditemukan di air payau dan air asin. Sementara
itu Saprolegnia sp juga digambarkan
sebagai "mold", dengan
perbedaan bahwa menjadi "mold" adalah massa jamurnya. Makanan favorit
dari jamur Saprolegnia sp adalah
jaringan organik yang sudah mati. Kita
dapat melihat bukti dari jamur saprolegnia pada ikan yang mati, telur
ikan yang hidup dan yang mati bahkan pada makanan yang tersisa di air. Secara
khusus kita melihat telur koi yang terinfeksi pertama-tama dengan jamur
selanjutnya menyebar untuk membunuh telur yang subur. Telur-telur yang terinfeksi
memiliki penutup seperti kapas berbenang halus. Jamur Saprolegnia sp juga suka makan pada jaringan
yang terbuka dan busuk yang disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti borok. Hal
ini lazim terjadi pada kepala atau sirip ikan
Dengan
menggunakan mikroskop, akan terlihat jamur
Saprolegnia sp tersusun atas
filamen-filamen yang cenderung memiliki ujung-ujung berbentuk speris. Di
ujung-ujung inilah yang menjadi rumah bagi zoospore, atau sebagai
"benih" dari jamur Saprolegnia
sp, yang memungkinkan bisa berkembangbiak. Filamen-fIlamen tersebut disebut
dengan hyphae dan inilah yang membuat jamur
Saprolegnia sp terlihat seperti kapas. Hyphae inilah yang menyerang
jaringan ikan. Pada gambar dapat dilihat
hyphae dengan ujung-ujungnya yang berbentuk speris. Dengan menggunakan
mikroskop 400x, struktur tersebut akan terlihat sama.
Di
air, jamur Saprolegnia sp terlihat seperti kapas, namun
jika tidak di air akan terlihat sebagai kotoran kesat. Jamur Saprolegnia sp memiliki warna putih ataupun
abu-abu. Warna abu-abu juga bisa mengindikasikan adanya bakteri yang tumbuh
bersama-sama dengan struktur jamur Saprolegnia sp tersebut. Selama beberapa
saat, jamur Saprolegnia sp bisa berubah warna menjadi
coklat atau hijau ketika partikel-partikel di air (seperti alga) melekat ke
filament.
REPRODUKSI JAMUR
SAPROLEGNIA SP
Reproduksi
jamur dapat berlangsung secara sexual dan asexual. Reproduksi sexual dapat
berlangsung melalui: zygospora, oospora, ascospora atau basidiospora.
Reproduksi sexual berlangsung melalui penggabungan inti dari dua sel
(antheridium + antheridial) untuk menghasilan oogonium atau bakal jamur.
Reproduksi
asexual (somatic vegetatif) dapat berlangsung melalui dua proses yaitu
sporulasi dan mycelia terpotong. Dari kedua proses tersebut, reproduksi melalui
proses sporulasi umumnya lebih produktif.
Hampir sebagian besar jenis jamur akuatik mampu memproduksi spora
(zoospora) berflagel dan dapat berenang bebas sehingga sangat efektif untuk
penyebarannya. Spora dari jamur parasitik (obligat atau fakultatif) merupakan
unit penginfeksi primer, resisten terhadap panas, kekeringan, dan desinfektan
serta mampu melawan mekanisme pertahanan tubuh inang.
INFEKSI JAMUR
SAPROLEGNIA SP PADA IKAN
Selama
ini, kasus saprolegniasis belum pernah dilaporkan sebagai pathogen primer pada
kasus penyakit ikan. Penyakit ini sangat nyata sebagai penginfeksi sekunder,
setelah dipicu oleh beberapa faktor seperti: penanganan yang kurang baik
(terutama transportasi) sehingga menimbulkan luka pada tubuh ikan, kekurangan
gizi, suhu dan oksigen terlarut yang rendah, bahan organik tinggi, kualitas
telur buruk/tidak terbuahi, dan kepadatan telur pada kakaban terlalu tinggi.
Zoospore kelompok jamur ini mencari substrat yang subur (luka fisik infeksi
atau telur infertile), kemudian menetap dan mulai memproduksi hypha vegetatif.
Mycelia tumbuh menutupi jaringan yang luka atau tempat infeksi, kemudian
menyebar ke jaringan normal di sekitar lokasi infeksi. Enzim pelisis yang
dikeluarkan jamur akan merusak jaringan di sekitarnya, mematikan sel dan
perkembangan mycelia semakin progresif, sangat padat dan menjulur ke air
sehingga terlihat seperti kapas.
Keberadaan
ikan/telur yang mati di suatu perairan merupakan media yang sangat baik untuk
pertumbuhan jamur. Pada kondisi tersebut produksi spora infektif juga akan
berlangsung secara eksponensial, sehingga peluang terjadinya infeksi jamur pada
seluruh populasi tersebut akan sangat mudah meskipun hanya dengan luka atau
stressor yang sangat kecil. Hampir semua jenis ikan air tawar termasuk telurnya
rentan terhadap infeksi ketiga jenis jamur tersebut, dan transmisi (penularan)
yang paling potensial adalah melalui spora di air (horizontal transmission).
Jamur
Saprolegnia sp umumnya merupakan patogen sekunder, meskipun dalam lingkungan
yang bagus, namun tidak menutup kemungkinan ia bertindak sebagai pathogen
primer. Umumnya target dari saprolegnia ini adalah ikan, baik yang hidup di
alam liar ataupun yang sudah dibudidayakan. Melalui necrosis seluler dan
kerusakan epidermal lainnya, Saprolegnia
sp akan menyebar ke permukaan dari host-nya seperti kapas. Meskipun sering
berada di lapisan-lapisan epidermal, namun jamur ini tidak muncul pada jaringan
tertentu saja. Infeksi jamur saprolegnia biasanya berakibat fatal, yang pada
akhirnya menyebabkan heamodilution yaitu "penurunan konsentrasi (sebagai
pendarahan) dari sel dan cairan didalam darah yang disebabkan oleh meningkatnya
zat cair dari jaringan tersebut. " Hal ini menyebabkan darah kehilangan
elektrolit (garam darah) dan membuatnya tidak mampu mendukung kehidupan.
Selanjutnya seiring dengan penetrasi hyphae Saprolegnia sp ke lapisan jaringan
dari kulit ikan akan menyebabkan air masuk dan akan ikan mengganggu garam ikan.
Hal inilah yang menjelaskan mengapa ikan yang dipengaruhi oleh Saprolegnia sp akan terlihat lethargic dan
seringkali kehilangan keseimbangan, selanjutnya dapat menyebar dengan cepat ke
jaringan-jaringan permukaan dari ikan tersebut. Sementara itu terkadang terjadi
bahwa Saprolegnia sp akan menyerang
sampai kedalam lapisan jaringan, bahkan kerusakan dangkal pada lapisan jaringan
awal ikan (dan khususnya anak ikan) dapat menyebabkan kematian. Oleh karena
itu, semakin banyak infeksi Saprolegnia sp yang menyebar maka semakin tinggi
tingkat hemodilution dan semakin kecil kemungkinan bagi si ikan untuk bisa
sembuh kembali. Oleh karena itu, menangani infeksi Saprolegnia sp harus dilakukan dengan cepat.
TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui pengaruh jamur Saprolegnia sp dalam budidaya ikan termasuk didalamnya
; pengertian maupun pengaruhnya terhadap budidaya ikan serta cara
penanggulangan dan tindakan
pencegahannya. Selain itu tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
tugas terstruktur mata kuliah Limnology.
Penulisan
makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pembudidaya ikan
untuk tetap waspada terhadap penyakit yang disebabkan oleh jamur, terutama
jamur jenis Saprolegnia sp, serta memberikan informasi tentang strategi
pencegahan jamur saprolegnia sp pada ikan. Selain itu manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini
adalah meningkatkan wawasan dan
pemahaman tentang Saprolegnia sp.
IDENTIFIKASI
MAKALAH
|
Bagaimanakah penyakit dari jamur Saprolegnia sp.?
|
Bagaimana pengaruhnya pada budidaya ikan?
|
Bagaimana cara mencegah penyakit dari jamur Saprolegnia sp.?
|
II PEMBAHASAN
PENGARUH JAMUR
SAPROLEGNIA DALAM BUDIDAYA
Jamur
Saprolegnia sp. Memiliki banyak pengaruh dalam budidaya ikan . beberapa bahkan
dominasinya berdampak negatif pada perikanan kekerdilan, periode pemeliharaan
lebih lama, tingginya konversi pakan, tingkat padat tebar yang rendah dan
kematian. Sehingga dapat mengakibatkan menurunnya atau hilangnya produks
sehingga banyak kualitas yang menurun terutama dalam bidang ekonomi.
Perkembangan budidaya ikan masih sangat terkendala dengan adanya serangan
penyakit yang menjadi salah satu faktor penghambat pertumbuhan ikan. Salah satu
contoh dalam hal ini adalah ikan nila (Oreochromis nilaticus). Ikan ini
merupakan jenis ikan yang diintroduksi dari luar negeri. Bibit ikan ini
didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, ikan ini
disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia (Suyanto, 2009 dalam
Kurniawan, 2015). Infeksi jamur Saprolegnia sp. pada ikan nila ditandai dengan
terbentuknya hifa berwarna putih seperti kapas pada bagian tubuh ikan nila yang
terluka. Ikan nila yang terinfeksi dan isolat jamur Saprolegnia sp.
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan ikan yang terserang jamur Saprolegnia sp.
disebabkan luka yang dibuat pada tubuh ikan dan faktor lingkungan. Kondisi ini
menyebabkan ikan mengalami stress dan penurunan sistem imun. Hal ini sesuai
dengan Quiniuo dkk., (1998) dalam Kurniawan (2015), menyatakan bahwa serangan
jamur dapat memberikan pengaruh negatif terhadap kondisi ikan dianggap bersifat
oportunis, menyerang ikan ketika ikan mengalami stres atau sistem imun yang
menurun karena kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan atau efek sekunder
dari infeksi bakteri dan virus atau ketika ikan tersebut kehilangan
perlindungan lendir karena penanganan yang kurang baik. Ikan nila yang
terserang jamur Saprolegnia sp. terlihat bergerak lambat dan berenang tidak
teratur serta pada bagian tubuh yang luka terdapat hifa yang berwarna putih.
Sembiring (2012) menyatakan bahwa pergerakan ikan juga cenderung melemah dan
hanya bergerak lambat di bagian pinggir akuarium serta tidak seimbang. Ikan
nila yang terserang Saprolegnia sp. juga terlihat mengalami penurunan nafsu
makan, memisahkan diri dari ikan yang lain, berenang secara pasif,
keseimbangannya terganggu dan mengalami kerusakan pada kulit dan sirip.
Sehingga dapat dikatakan bahwa Jamur Saprolegnia sp. Sangat berpengaruh dalam
budidaya perikanan.
TANDA
TANDA PENYAKIT SAPROLEGNIA
|
Infeksi saprolegniasis relative mudah dikenali, yaitu terlihat adanya
benang benang halus menyerupai kapas yang menempel pada telur atau luka pada
bagian eksternal ikan. Gejala tersebut juga dapat digunakan sebagai diagnosa awal.
|
Diagnosa juga dapat dilakukan secara laboratories dengan cara mengambil
mycelia, diletakkan pada permukaan slide glas dan ditetesi sedikit air untuk
selanjutnya diamati di bawah mikroskop.
|
Mycelia penyebab saprolegniasis memiliki percabangan dengan struktur
hypha aseptate. Reproduksi asexual dapat diamati dari keberadaan
zoosporangium pada ujung hypha:
Saprolegnia sp sp. menghasilkan zoospore primer & sekunder.
|
Saprolegnia sp biasanya ditandai dengan munculnya "benda"
seperti kapas, berwarna putih, terkadang dengan kombinasi kelabu dan coklat,
pada kulit, sirip, insang, mata atau telur ikan. Apabila anda sempat
melihatnya di bawah mikroskop maka akan tampak jamur ini seperti sebuah pohon
yang bercabang-cabang
|
Kehadiran Saprolegnia biasanya ditandai dengan munculnya “benda”
seperti kapas, berwarna putih, terkadang dengan kombinasi kelabu dan coklat,
pada kulit, sirip, insang, mata atau telur ikan. Apabila anda sempat
melihatnya di bawah mikroskop maka akan tampak jamur ini seperti sebuah pohon
yang bercabang-cabang.
|
Pada umumnya, saprolegnia akan menyerang bagian tubuh yang terluka dan
selanjutnya akan menyebar pada jaringan yang sehat. Serangan saprolegnia
biasanya berkaitan dengan kondisi air yang buruk, seperti sirkulasi air yang
rendah, atau kadar ammonia tinggi, dan kadar bahan organic yang tinggi.
|
CARA MENGATASI PENYAKIT SAPROLEGNIA
Penanggulangan
penyakit pada sistem budidaya umumya menggunakan antibiotik. Akan tetapi,
penggunaan antibiotik saat ini sudah dilarang karena dapat menimbulkan efek
resisten pada bakteri patogen serta mengakibatkan pencemaran ada lingkungan.
Penggunaan antibiotik pada ikan konsumsi dapat meninggalkan residu pada tubuh
inangnya, sehingga tidak aman apabila terkonsumsi oleh manusia. Oleh karena itu
diperlukan alternatif pengobatan lain yang lebih ramah lingkungan dan tidak
menimbulkan efek resisten terhadap bakteri (Kamaludin, 2011 Lubis et al.,2014)
Serangan Saprolegnia dapat dihindari dengan melakukan perawatan yang baik
terhadap kondisi aquariumm terutama menjaga kualitas air selalu dalam kondisi
optimal, hindari pemeliharaan ikan dengan kepadatan tinggi untuk mencegah terjadinya
luka dan selalu menjaga ikan agar mendapat gizi yang memadai. Apabila gejala
serangan Saprolegnia ditemukan, segera lakukan evaluasi kualitas air aquarium
dan lakukan koreksi yang diperlukan. Apabila kondisi parah, ikan segera diobati
menggunakan fungisida khusus ikan, perlakuan dengan PK, formalin dan povidone
iodine. Pencegah juga dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air adalah kunci
utama untuk mencegah datangnya infeksi jamur ini. Hindari pemeliharaan ikan
dengan kepadatan yang tinggi untuk menghindari terjadinya luka, dan selalu
menjaga ikan agar mendapat gizi yang memadai. Apabila gejala saprolegnia
ditemukan segera lakukan evaluasi kualitas air aquarium dan lakukan pengobatan
dengan fungsida khusus ikan. Perlakuan PK (permanat kalium) formalin atau
povidone iodine. Inveksi pada jamur
saprolegnia juga dapat dihambat, Hal ini bisa disebabkan oleh jenis strain
bakteri, jumlah senyawa antimikroba, konsentrasi dan kualitas senyawa antimikroba
serta adanya mekanisme penghambatan yang berbeda dari jamur patogen (Papuangan,
2009 dalam Anggani,2015)
III PENUTUP
KESIMPULAN
Dari
hasil dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
|
Saprolegnia SP mempunyai lingkar kehidupan yang kompleks, yang meliputi
kedua reproduksi seksual dan aseksual.
|
Saprolegnia SP merupakan jenis utama jamur air yang berhubungan dengan
infeksi jamur terhadap ikan dan telur yang berada dalam air tawar.
|
Pada umumnya, Saprolegnia SP akan menyerang bagian tubuh ikan yang
terluka, dan selanjutnya dapat pula menyebar pada jaringan sehat lainnya.
|
Serangan Saprolegnia SP biasanya berkaitan dengan kondisi kualitas air
yang buruk
|
Kehadiran Saprolegniasis biasanya ditandai dengan munculnya
"benda" seperti kapas, berwarna putih, terkadang dengan kombinasi
kelabu dan coklat, pada kulit, sirip, insang, mata atau telur ikan
|
SARAN
Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai penyakit saprolegniasis yang disebabkan oleh
jamur saprolegnia sp maka sebaiknya harus dilakukan praktek langsung sehingga
apa yang kita pelajari di perkuliahan dalam bentuk teori dapat diaplikasikan
dilapangan.
EDITOR
Gery Purnomo Aji Sutrisno
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery Purnomo Aji Sutrisno
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini.F,O.,R.Kusdarwati
dan H.Suprapto.2015. Potensi Bacillus licheniformis DAN Streptomyces
olivaceoviridis Sebagai Penghambat
Pertumbuhan Jamur Saprolegnia sp, Penyebab Saprolegnesis pada Ikan Secara IN
Vitro.FPIK.UNAIR: Surabaya
Ginting.D,S.,Yusnafi,Nurmatias.2014.
Efektivitas Ekstrak Beberapa Tanaman Herbal terhadap Infeksi Ektoparasit pada
Ikan Nila (Oreochromis niloticus).Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra.
Lubi.F.,O.Suryanto,Ynasfi.2014.
Uji Efektifitas Anti Mikroba Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap
Bakteri Aeromonas hydrophila, Edwarsiella tarda Dan Fungi Saprolegnia sp.
Fakultas Pertanian:Sumatra Utara
Khairyah.U.,R.Kusdarwati
dan Kismiati.2015. Identifikasi dan Revalensi Jamur pada Ikan Gurami
(Osphronemus gouramy) Di Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah.FPIK.UNAIR:Surabaya
Kurniawan.D.,D.Suryana,R.Ezraneti.2012.Pengendalian
Saprolegnia sp. Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dangan Salinitas Air
yang Berbeda.FMIPA.Universitas Sumatra Utara.
Post a Comment for "Pengaruh Jamur Saprolegnia Sp Dalam Budidaya Perairan Atau Perikanan (Limnologi Atau Limnology)"