Gambar Ikan Jelawat. (Sukmono dan Samsuddin. 2019)
Ikan Jelawat
(Leptobarbus hoevenIi) adalah salah satu jenis ikan air tawar lokal yang
digemari oleh masyarakat seperti di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat, dan bahkan di beberapa negara
tetangga seperti Malaysia dan Brunei (Puslitbang Perikanan, 1992). Ikan
tersebut memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan menjadi target penangkapan
yang potensial. Di Jambi selain sebagai ikan konsumsi benih ikan jelawat
ditangkap sebagai komoditas ikan hias ekspor.
Menurut
Hardjamulia et al (1991), ikan jelawat dikenal dengan beberapa nama daerah
antaranya: Jelawat (Riau, Jambi, Sumatera Sealatan dan Lampung), Manjuhan
(Kalimantan Tengah), Sultan (Malaysia) dan Plaba (Thailand). Ikan jelawat
berukuran 10-12 cm disebut jelejer di Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung,
sedangkan Kalimantan Barat khususnya ditemui jenis ikan mirip bentuknya seperti
jelawat yang dikenal dengan sebutan jelawat batu yang berukuran lebih kecil
dari ikan jelawat, maksimal 1 kg per ekor. Sunarnao (1989), mengatakan bahwa
ikan jelawat tersebar di perairan-perairan sungai dan daerah genangan atau rawa
di Kalimantan, Sumatera serta kawasan Asia Tenggara dan lainya seperti
Malaysia, Thailand dan Kamboja.
KLASIFIKASI IKAN
JELAWAT
Klasifikasi
ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni) menurut Departemen Kelautan dan Perikanan
(2004) adalah:
Ordo : Ostariophysi
Sub
ordo : Cyprinoidae
Famili
: Cyprinidae
Sub
family : Cyprinidae
Genus
: Leptobarbus
Species
: Leptobarbus hoeveni
MORFOLOGI IKAN
JELAWAT
Gambar Morfologi Ikan Jelawat. (Santosa, 2019).
Ikan
jelawat memiliki bentuk tubuh agak bulat dan memanjang yang menandakan bahwa
ikan ini termasuk perenang cepat. Kepala bagian sebelah atas agak mendatar, mulut
berukuran sedang, garis literal tidak terputus, pada sirip dada dan perut
terdapat warna merah gurat sisi melengkung agak ke bawah, serta memiliki 2
pasang sungut (Saputra et al., 2016).Ikan jelawat memiliki sisik yang besar -
besar, mempunyai bentuk badan yang memanjang.Mulut jelawat lebar dan di ujung moncong
agak ke bawah, dan dapat dijulurkan ke depan seperti bibir ikan karper
(Rimalia, 2014). Badan ikan jelawat berwarna coklat kehijauan dibagian
punggungnya, dan putih keperakan dibagian perut, sedangkan sirip dan ekor
berwarna merah. Dibandingkan ikan karper
lainnya,ikan jelawat inilebih menarik, karena bentuk tubuhnya. Pada saat benih,
pada sisi badannya ada garis hitam yang memanjang dari kepala ke pangkal sirip
ekor, tetapi pada saat dewasa, garis itu akan hilang (Farida et al, 2015).
Dalam (Santosa, 2019).
Morfologi
ikan jelawat menurut Departemen Kalautan dan Perikanan (2004), Bentuk tubuhnya
yang agak bulat dan memanjang, mencerminkan bahwa ikan ini termasuk perenang
cepat. Kepala sebelah atas agak mendatar, mulut berukuran sedang, garis literal
tidak terputus, bagian punggung berwarna perak kehijauan dan bagian perut putih
keperakan, pada sirip dada dan perut terdapat warna merah, gurat sisi
melengkung agak kebawah dan berakhir pada bagian ekor bawah yang berwarna
kemerah-merahan, mempunyai 2 pasang sungut. Posisi perut terhadap sirip pada abnormal
dan sirip ekor bentuknya bercagak, gurat sisi berada di atas sirip dada
memanjang mulai dari belakang overculum sampai pangkal sirip ekor (Hardjamulia
et al, 1991)
Ikan
jelawat memiliki bentuk tubuh seperti torpedo dan memanjang yang menandakan
bahwa ikan ini termasuk perenang cepat. Kepala bagian sebelah atas agak
mendatar, mulut berukuran sedang, garis literal tidak terputus, pada sirip dada
dan perut terdapat warna merah gurat sisi melengkung agak ke bawah, serta memiliki
2 pasang sungut (Saputra et al., 2016). Ikan jelawat memiliki sisik yang besar-besar,
mulutnya lebarnya terletak di ujung moncongnya agak ke bawah, dan dapat
dijulurkan ke depan seperti bibir-bibir ikan karper (Rimalia, 2014). Badannya
berwarna coklat kehijauann di bagian punggungnya, dan putih keperak-perakan
dibagian perutnya, sedangkan sirip- siripnya dan ekornya berwarna merah.
Dibandingkan ikan karper lainnya, ikan jelawat ini memang lebih menarik, karena
bentuk tubuhnya. Pada saat benih, pada sisi badannya ada garis hitam yang
memanjang dari kepala ke pangkal sirip ekor, tetapi pada saat dewasa, garis itu
akan hilang (Farida et al, 2015). Dalam (Aziz, 2018).
HABITAT IKAN JELAWAT
Asyari
dan Gaffar (1993) menyatakan bahwa ikan jelawat banyak di temui di
sungai-sungai dan daerah genangan kawasan tengah hingga hilir, bahkan di bagian
muara sungai, dan pada saat air menyusut benih ikan jelawat beruaya ke arah
bagian hulu sungai. Habitat ikan jelawat adalah anak-anak sungai yang berlubuk
dan berhutan dibagian pinggirnya (Ondara & Sonarno, 1988). Untuk anakkannya
banyak di temukan di daerah genangan dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Pada saat
air menyusut, anak-anak ikan jelawat secara bergerombol beruaya ke arah bagian
hulu dari sungai. Ikan jelawat dapat hidup pula pada pH 5-7, oksigen terlarut
5-7 ppm dan suhu 25-37◦C serta di perairan suhu perairan sedang (Harjamulia,
1992). Perairan tawar sebagai habitat ikan jelawat memerlukan kondisi fisika
dan kimia air yang optimal. Ikan jelawat biasanya hidup di perairan yang
bersuhu 25- 37◦ C, oksigen terlarut 4-9 mg/l (Pantulu, 1976) dan pH air 6,3
-7,5. Namum demikian, untuk hidup normal dan tumbuh baik, ikan ini memerlukan suhu
26- 28,5 ◦ C dan oksigen terlarut 5-7ppm, dan pH air 7,0- 7,5. (Dari berbagai
sumber by: Triyanto).
Ikan
jelawat merupakan salah satu ikan asli Indonesia yang terdapat di beberapa
sungai di Kalimantan dan Sumatera. Permintaan pasar terhadap ikan ini cukup
tinggi. Hasil tangkapan dari sungai-sungai di Kalimantan dan Sumatera telah
dikirim ke Malaysia sebanyak 25 ton/bulan untuk kebutuhan pasar (Sunarno,
2001).
Ikan
jelawat banyak ditemui di sungai dan daerah genangan kawasan tengah hingga
hilir bahkan di bagian muara sungai. Habitat yang disukainya adalah anak-anak
sungai yang berlubuk dan berhutan dibagian pinggirnya. Anak jelawat banyak di
jumpai di daerah genangan dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Disaat air menyusut,
anakan dari ikan jelawat secara bergerombol beruaya ke arah bagian hulu sungai.
Ikan jelawat dapat hidup pada pH 5-7, oksigen terlarut 5-7 ppm, dan suhu 25-37º
C serta diperairan yang kurang subur hingga sedang (Departemen Pertanian,
1992).
Penyebaran
ikan jelawat yang pesat akhir-akhir ini menyebabkan kualitasnya tidak
terkontrol dan cenderung menurun. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
penurunan kualitas ikan ini antara lain rendahnya kualitas induk yang
digunakan, terjadinya silang dalam, kesalahan dalam melakukan seleksi dan atau
terbatasnya jumlah induk yang digunakan dalam kegiatan budidaya (Sucipto,
2005).
TINGKAH LAKU IKAN
JELAWAT
Paling
sering ditemukan bebas di aliran sungai-sungai dan dataran banjir musiman.
Meskipun dilaporkan tidak bermigrasi,ikan ini berpartisipasi dalam migrasi
trofik lokal ke dan dari hutan tergenang. Berenang secara bergerombol di Sungai
Mekong terutama selama hulu (Januari-Februari) dan migrasi hilir (Juni-Juli)
(Fishbase, 2016).
Jelawat
tergolong ikan pemakan segalanya (omnivora). Makananya antara lain adalah umbi
singkong, daun pepaya, ampas kelapa dan daging-daging ikan yang telah
dicincang. Diperairan umum ikan jelawat mempunyai kebiasaan berenang melawan
arus menuju ke hulu (Asmawi, 2007).
Secara
alamiah ikan jelawat merupakan ikan herbivora yang rakus. Jelawat muda dan
dewasa memakan biji-bijian, buah-buahan, singkong dan daunnya, bungkil kelapa
dan tumbuhan air (Said,1999). Dari bentuk mulut diketahui bahwa ikan jelawat
lebih menyukai makanan yang melayang, dan termasuk ikan yang memakan dengan
cara menyambar, namun demikian ikan ini juga memakan yang berada di dasar
perairan.
Menurut
Djariyah (1995) pakan ikan adalah campuran dari berbagai bahan pangan (biasanya
disebut bahan mentah), baik nabati maupun hewani yang di olah sedemikian rupa
sehingga mudah di makan dan sekaligus merupakan sumber nutrisi ikan. Ikan
jelawat yang di pelihara di kolam dapat memakan singkong, daun singkong, daun
pepaya, ampas dan bungkil kelapa, cincangan daging ikan, ikan rucah, usus ayam
dan pakan buatan berbentuk pelet (Sunarno dan Reksalegora 1982). Sunarno juga
menyatakan bahwa ikan jelawat yang diberikan
pakan
berbentuk pelet cenderung tumbuh lebih cepat dari pada yang di berikan pakan
berbentuk gumpalan. Sachlan dan Wiraatmaja dalam Harjamulia (1992), menyebutkan
di dalam usus ikan ditemukan biji-bijian, buah-buahan dan tumbuhan air.
Sedangkan di dalam usus benih ikan jelawat ditemukan berbagai jenis plankton,
algae dan larva serangga air. Dalam lingkungan pemeliharaan terkontrol, ikan
jelawat juga menyantap makanan buatan berbentuk pellet bahkan mau makan
singkong, daun singkong dan usus ayam (Suarno dan Reksalegora, 1982).
Sebagai
ikan di sungai, ikan jelawat hanya terkenal mendiami perairan bebas Kalimantan
dan Sumatra, sedangkan di pulau lain tidak ditemukan. Habitat ikan jelawat
adalah bagian sungai yang banyak akar yang terbenam dalam air atau bagian-bagian
lain yang dinaungi pohon besar, terutama pohon yang buahnya dapat dimakan bila
jatuh ke air. Misalnya buah tengkawang, biji karet, atau bunga-bunga di
permukaan air. Ikan jelawat tergolong ikan omnivora, pakannya antara lain daun
singkong, daun pepaya, ampas kelapa, dan daging ikan yang telah dicincang
(Rimalia, 2014). Dari bentuk tubuhnya yang memanjang seperti torpedo dapat diketahui
mereka adalah perenang cepat. Ikan jelawat beruaya ke hulu pada setiap
permulaan musim kemarau (Juni-Juli) jika permukaan air mulai turun. Ikan
jelawat beruaya ke hilir pada setiap permulaan musim hujan (Desember-Januari)
jika permukaan mulai naik. Hal ini dilakukan oleh ikan dewasa (Saputra et al.,
2016). Ikan jelawat banyak ditemui di sungai-sungai dan daerah genangan kawasan
tengah hingga hilir, bahkan di bagian muara sungai, dan pada saat air menyusut
benih ikan jelawat beruaya ke arah bagian hulu sungai. Habitat ikan jelawat
adalah anak-anak sungai yang berlubuk dan berhutan dibagian sisinya (Farida et
al, 2015). Dalam (Aziz, 2018).
REPRODUKSI IKAN
JELAWAT
Ikan
jelawat di alam melakukan pemijahan selama musim penghujan, yaitu pada saat
permukaan air naik dan menggenangi dearah sekitarnya. Pada kondisi tersebut,
induk jelawat secara bergerombol beruaya kea rah muara dari anak sungai, dan
proses pemijahan terjadi pada muaranya. Waktu pemijahan terjadi pagi hari yang
diiringi oleh rintik hujan. Ukuran induk yang memijah lebih dari 2,5 kg/ekor
dengan nilai indeks gonad somatic ( perbandingan antara bobot gonad dan bobot
tubuh ikan) lebih dari 14,4 cm dan diameter telur 1,55 mm ( Tan, 1980;AARD,1987
dalam Puslitbang ).
Menurut
Prasetyo (1993) bahwa ikan biasanya memijah pada musim penghujan dan secara
umum hanya berlangsung selama 6 bulan dalam satu tahun dengan kisaran waktu
yaitu bulan oktober-april. Sebelum musim pemijahan tiba, induk yang sudah
matang gonad akan mencari tempat yang cocok untuk melakukan pemijahan. Daerah
yang disukai adalah daerah hulu sungai yang biasanya pada musim kemarau kering,
pada musim penghujan tergenang. Daerah seperti ini memberikan rangsangan dalam
pemijahan.
Aspek
reproduksi diketahui memiliki peranan yang sangat besar terhadap peningkatan
populasi ikan. beberapa aspek reproduksi yaitu nisbah kelamin, faktor kondisi,
tingkat kematangan gonad, fekunditas, lama pemijahan, frekuensi pemijahan, dan
ukuran ikan pertama kali matang goand. Pemahaman tentang perilaku reproduksi
tidak hanya penting untuk menjelaskan biologi ikan tetapi dapat membantu dalam
pengelolaan dan pelestarian spesies ikan (Jan et al., 2014). Ikan jelawat di
alam akan memijah pada musim penghujan yaitu dengan beruaya dari
hulu menuju hilir sungai yaitu pada saat permukaan air naik dan menggenangi
dearah sekitarnya. Pada kondisi tersebut, induk jelawat secara bergerombol
beruaya ke arah muara dari anak sungai, dan proses pemijahan terjadi pada
muaranya. Waktu pemijahan terjadi pagi hari yang diiringi oleh rintik hujan.
Informasi mengenai reproduksi ikan jelawat matang gonad berukuran bobot tubuhnya
antara 1,4 – 2,9 kg untuk ikan betina, dan 1 – 2,6 kg untuk ikan jantan, dengan
fekunditas rata-ratanya adalah sebanyak 140.438 butir. Sedangkan pada perairan
alami bobot ikan jelawat yang memijah di perairan Muara Tebo, Jambi berkisar
antara 3,7 – 5 kg, dengan ukuran panjang 46 – 58 cm (Saputra et al., 2016). Menurut
Yanto (2009), fisiologi reproduksi ikan dikendalikan oleh tiga komponen utama,
yaitu hipotalamus, hipofisa dan gonad. Komponen tersebut bekerjasama dalam
proses perkembangan dan pematangan gonad serta pemijahan. Proses pemijahan
sangat dipengaruhi oleh kesesuaian hormonal tubuh dan rangsangan dari
lingkungan, seperti cahaya, suhu, dan fotoperiodisitas. Pada budidaya ikan jelawat
dilakukan pemijahan buatan dengan cara menyuntikkan hormon untuk mempercepat
perkembangan dan pematangan gonad serta proses ovulasi. Hal tersebut dilakukan
karena ikan jelawat termasuk kedalam spesies ikan yang mengalami kesulitan
untuk berkembang biak dengan sempurna pada lingkungan alami (Farida et al,
2015). Ciri-ciri fisik induk ikan jelawat yang matang gonad dan siap pijah
yaitu untuk betina perut membesar ke arah lubang genital, dibagian samping
perut (saluran telur) terasa menonjol apabila diraba dari luar, apabila ditekan
terasa lunak, lubang genital berwarna kemerahan, sisik dibagian perut lebih
renggang. Sedangkan untuk jantan bila diurut bagian perut ke arah belakang akan
mengeluarkan cairan sperma, sirip dada dan penutup insang terasa lebih kasar, bagian
perut berwarna kemerahan (Rimalia, 2014). Dalam (Aziz, 2018).
Sebuah
spesies pelagis terutama yang mendiami sungai dan sungai yang lebih besar.
Selama musim hujan diketahui bermigrasi ke dataran banjir yang tergenang
sementara dan hutan, di mana pemijahan berlangsung (Seriouslyfish, 2016). Perkembangbiakan
ikan jelawat diasumsikan sama seperti perkembangbiakan ikan lain dalam keluarga
Cyprinidae lainnya (Fishbase, 2016).
MANFAAT IKAN JELAWAT
Potensi
sumber daya perikanan Indonesia sangat menjanjikan, terutama terutama ikan air
tawar yang saat inibanyak menghasilkan devisa. Kalimantan Barat khususnya,
memiliki perairan tawar yang terdiri dari : rawa, lahan gambut, danau, anak
sungai serta sungai besar seperti sungai kapuas yang cukup pontesial untuk
dikembangkan sebagai kawasan budidaya khususnya perikanan budidaya air tawar.
Salah satu komoditas ikan air tawar yang memiliki prospek untuk dikembangkan
adalah ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni). (Ditjen Perikanan Budidaya, 2009),
menyebutkan bahwa ikan jelawat (Leptobarbus hoeveni) adalah ikan asli Indonesia
terdapat dibeberapa sungai di Sumatra dan Kalimantan. Ikan jelawat merupakan jenis
ikan yang sangat digemari masyarakat Indonesia bahkan beberapa negara tetangga.
Adapun untuk jenis ikan ini memiliki harga pasar Rp. 30.000 - Rp. 45.000/kg, bahkan
untuk ikan jelawat dengan kualitas paling baik harga berkisar antara Rp. 50.000
– Rp. 80.000/kg, hal ini berdasarkan laporan statistic perikanan budidaya .
Ikan jelawat termasuk komoditas ekspor potensial dan mempunyai prospek yang
cerah untuk dikembangkan budidayanya dimasa yang akan datang.
ikan
jelawat sudah banyak diberkembang dan dibudidayakan di Kalimantan Barat
terutama di perairan umum, Penyediaan benih yang selama ini menjadi masalah
dalam budidaya sudah dapat diatasi dengan keberhasilan teknologi pemijahan
buatan dengan metode kawin suntik (induce breeding). Melalui rangsangan hormon,
ikan jelawat telah berhasil di kembangkan dengan produksi benih sekitar 15.000
ekor/satu pasang induk dengan bobot 3 kg (Ondara dan Sunarno, 2001.)
Salah
satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha budidaya ikan jelawat secara
berkelanjutan adalah ketersediaan benih yang tepat, jumlah, waktu dan bermutu.
Dengan kata lain dalam budidaya ikan tersebut, jaminan penyediaan benih ikan
baik itu kualitas, kuantitas dan kontinyu tetap terjaga. Oleh karena itu
teknologi pembenihan ikan jelawat perlu dikembangkan dan dipubikasikan kepada
masyarakat luas .
PERAN IKAN JELAWAT DI
PERAIRAN
Di
Perairan Secara umum ikan jelawat bersifat omnivora atau pemakan segala,
cenderung herbivora, Sachlan dan Hardjamulia (1992) menyebutkan, di dalam usus
ditemukan biji-bijian, buah-buahan dan tumbuhan air. Di dalam usus benih jelawat
ditemukan berbagai jenis plankton, alga dan larva serangga air. Ikan jelawat
yang berukuran besar bersifat omnivora yang cenderung herbivora (Sunarno 1991).
Ikan jelawat yang di pelihara dalam kolam dapat memakan singkong, daun
singkong, daun pepaya, ampas dan bungkil kelapa, cincangan daging ikan, ikan rucah,
usus ayam dan pakan buatan berbentuk pelet. Berdasarkan bentuk mulutnya, ikan
jelawat lebih menyukai makanan yang melayang dengan cara menyambar makanan,
tetapi ikan jelawat dapat memakan makanan yang berada di dasar perairan. Hasil
penelitian Sunarno (1991) menyatakan bahwa ikan jelawat yang diberi pakan berbentuk
pelet cenderung tumbuh lebih cepat dari pada yang diberi pakan berbentuk gumpalan.
Ikan jelawat yang berukuran 12-15 cm dapat mencapai berat 0,6-0,9 kg/ekor selama
delapan bulan, lama pemeliharaan ikan konsumsi 4-6 bulan dengan ukuran
benih pada saat penebaran antara 12-15
cm. Sedangkan lama pemeliharaan untuk mencapai induk ± 12 bulan (Sunarno 1991).
Dalam (Santosa, 2019).
CIRI-CIRI IKAN
JELAWAT
Ikan
jelawat mempunyai sisik yang besar- besar ini mempunyai bentuk badan
yang memanjang indah seperti torpedo dan berenang sangat cepat. Reaksinya
terhadap sesuatu rangsangan dari luar cekatan. Mulutnya lebarnya terletak di
ujung moncongnya agak ke bawah, dan dapat dijulurkan ke depan seperti bibir-
bibir ikan karper. Ikan jelawat mempunyai empat kumis. Dalam (Nasir, 2014).
Menurut
Asmawi (2007), Ikan jelawat tergolong ikan pemakan segalanya (omnivore).
Badannya berwarna coklat kehitam - hitaman di bagian punggungnya, dan putih
keperak - perakan di bagian perutnya, sedangkan sirip- siripnya dan ekornya
berwarna merah.Dibandingkan ikan karper, Ikan Jelawat ini memang lebih menarik,
karena bentuk tubuhnya yang gagah indah, dan warnanya yang berseri-seri.Di
waktu muda, pada sisi badannya ada garis hitam yang memanjang dari kepala ke
pangkal sirip ekor, tetapi kalau sudah tua, garis itu hilang. Dalam (Nasir,
2014).
FISIOLOGI IKAN
JELAWAT
Menurut
Yanto (2009), fisiologi reproduksi ikan dikendalikan oleh tiga komponen utama,
yaitu hipotalamus, hipofisa dan gonad. Komponen tersebut bekerjasama dalam
proses perkembangan dan pematangan gonad serta pemijahan. Proses pemijahan
sangat dipengaruhi oleh kesesuaian hormonal tubuh dan rangsangan dari
lingkungan, seperti cahaya, suhu, dan fotoperiodisitas. Pada budidaya ikan jelawat
dilakukan pemijahan buatan dengan cara menyuntikkan hormon untuk mempercepat
perkembangan dan pematangan gonad serta proses ovulasi. Hal tersebut dilakukan
karena ikan jelawat termasuk kedalam spesies ikan yang mengalami kesulitan
untuk berkembang biak dengan sempurna pada lingkungan alami (Farida et al,
2015). Dalam (Aziz, 2018).
PENULIS
Sulaiman
Yusuf Rizal
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Asmawi,
S. 2007. Pemeliharaan Ikan dalam Keramba. Jakarta: Gramedia. 1-78.
Aziz,
M. I. A. 2018. Performa Reproduksi Dan Pemijahan Ikan Jelawat (Leptobarbus
Hoevenii) Yang Disuntik Hormon Hcg. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas
Lampung Bandar Lampung. 45 Halaman
Departemen
Kelautan dan Perikanan. 2004. Pembenihan Ikan Jelawat (Leptobarbus houveni).
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. Direktorat Pembenihan.
Departemen
Pertanian. 1992. Teknologi Pembenihan Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni) Secara
Terkontrol. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta. 1-11.
Fishbase.
2016. Hoven's carp (Leptobarbus hoevenii). (Online), (http://www. fishbase.se/
summary/4797) diakses pada tanggal 2 Januari 2016 pukul 09.47 WIB.
Nasir,
M. 2014. Keanekaragaman Jenis Ikan Air Tawar Di Krueng Tujoh Kecamatan Meureubo
Aceh Barat. SKRIPSI. Program Studi Perikanan Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Kelautan Universitas Teuku Umar Meulaboh. 39 Halaman
Santosa,
A. 2019. Pertumbuhan Ikan Jelawat (Leptobarbus Hoevenii (Bleeker, 1851) Pada
Jenis Kolam Berbeda Skripsi Program Studi Budidaya Perairan Jurusan Perikanan
Dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 32 Halaman
Seriouslyfish.
2016b. Mad Barb (Leptobarbus houvenii). (Online), (http://www.
seriouslyfish.com/species/leptobarbus-hoevenii/) diakses pada tanggal 2 Januari
2016 pukul 09.43 WIB.
Sukmono,
T., Dan A. Samsuddin. 2019. Restocking Ikan Jelawat Di Danau Teluk Kenali, Kota
Jambi.Warta Iktiologi Vol 3(2) November 2019: 9-12
Sunarno,
M.T.D. 2001. Strategi pemeliharaan ikan jelawat (Leptobarbus hoeveni) dalam
keramba mini di danau teluk Jambi. Jurnal Warta Penelitian Perikanan Indonesia.
7 (3). 2-9.
Post a Comment for " Ikan Jelawat; Klasifikasi, Morfologi, Habitat, Reproduksi Dll"