Ikan Baung Secara fisik sekilas menyerupai ikan patin. Baung memiliki kumis atau sungut yang
panjangnya mencapai sirip anal, badannya tidak bersisik, mempunyai sirip dada
dan sirip lemak yang besar, mulutnya melengkung, beberapa spesies berwarna
hitam namun yang dominan adalah berwarna kecokelatan. Morfologi ikan baung
adalah tubuhnya yang memanjang, agak pipih, kepala ikan besar, sirip lemak di
punggung sama panjang dengan sirip dubur, pinggiran ruang mata bebas, bibir
tidak bergerigi dan dapat digerakkan serta daun-daun insang terpisah. Pada
rahang terdapat 3-4 pasang sungut peraba yang panjang, sirip punggung pendek,
memiliki sepasang patil dan memiliki sirip punggung tambahan atau sirip lemak. Sirip
ekor bercagak dan tidak berhubungan dengan sirip punggung maupun sirip dubur.
Sirip dubur pendek dan sirip dada mempunyai jari-jari keras yang sangat kuat
serta bergerigi (Kottelat et al, 1993). Induk betina ikan baung bertubuh lebih
pendek dan mempunyai dua buah lubang kelamin yang bentuknya bulat, sedangkan
induk jantan ikan baung bertubuh lebih panjang dengan satu buah lubang kelamin
yang bentuknya panjang (BBPBAT Sukabumi, 1998). Dalam (Prabarini, 2017).
KLASIFIKASI IKAN
BAUNG (HEMIBAGRUS NEMURUS)
Menurut
Kordi (2013) dalam Kurniasari (2015), secara taksonomi, ikan Baung
diklasifikasikan sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Subkelas :
Teleostei
Ordo :
Siluriformes
Famili : Bagridae
Genus : Hemibagrus
Spesies : Hemibagrus nemurus (sinonim:
Mystus nemurus)
Nama
asing : Tropical catfish, green
catfish, river catfish
Nama
lokal : Ikan Baung
Berdasarkan
Eschmayer dan Kottelat (1996) dalam Khairuman dan Amri (2000) urutan
sistematika Baung secara lengkap adalah:
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Subkelas :
Teleostei
Ordo :
Siluriformes
Famili :
Bagridae
Genus : Hemibagrus
Spesies : Hemibagrus nemurus (sinonim:
Mystus nemurus)
Nama
asing : Tropical catfish, green
catfish, river catfish
Nama
umum : Ikan Baung
Nama
lokal : Baung (Sumatera), senggal (Jawa Barat), ikan sogo (Jawa
Tengah), ikan tagih atau tageh (Jawa Timur)
MORFOLOGI IKAN BAUNG (HEMIBAGRUS
NEMURUS)
Spesies
ikan Baung di Indonesia yang sudah teridentifikasi di Provinsi Riau (Sungai
Kampar, Sisik, Rokan dan Indragiri) ada 7 spesies Baung, mulai dari yang
berukuran kecil sampai berukuran besar dengan berat maksimum 8.000 gram.
Hemibagrus nemurus dapat mencapai ukuran 2.752 gram dengan bobot gonad 224 gram
dan jumlah telur sebanyak 160.235 butir (Handoyo et al., 2010 dalam Kurniasari,
2015).
Berdasarkan
bentuk morfologi sirip dan sungut, larva ikan Baung memasuki fase juvenile
(definitif) ketika berumur 10 hari. Organ sirip, sungut dan pigmentasi sudah
lengkap dan pada saat tersebut bentuk tubuh larva sudah seperti ikan Baung
dewasa (Tang, 2000 dalam Suryandari, 2012).
Ikan
Baung mempunyai tubuh berwarna coklat gelap memanjang. Bentuk tubuh ikan Baung
panjang, licin, dan tidak bersisik, kepalanya kasar dan depress dengan tiga
pasang sungut di sekeliling mulut dan sepasang di lubang pernapasan sedangkan
panjang sungut rahang atas hampir mencapai sirip dubur. Pada sirip dada dan
sirip punggung masing-masing terdapat duri. Ikan Baung mempunyai sirip lemak
(adipose finn) di belakang sirip punggung yang hampir sama dengan sirip dubur,
terdapat garis gelap memanjang di tengah dan biasanya terdapat sebuah titik
hitam di ujung sirip lemak. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan ikan Baung
adalah allometrik, yakni pertambahan lebih cepat dari pada pertambahan panjang
badan. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, pertumbuhan Baung jantan berpola
isometrik, dimana pertambahan berat sebanding dengan pertambahan panjang badan.
Proporsi ukuran panjang tubuhnya adalah 5 kali tinggi atau 3 cm-3,5 cm panjang
kepalanya (Kordi,
2013 dalam Kurniasari, 2015).
FISIOLOGI IKAN BAUNG (HEMIBAGRUS
NEMURUS)
Ikan baung mempunyai alat pernapasan tambahan
berupa Labyrinth sehingga mampu hidup diperairan yang kadar oksigennya rendah
dan asam (Utomo dan Krismono, 2006 dalam Manurung et al., 2013).
HABITAT IKAN BAUNG (HEMIBAGRUS
NEMURUS)
Habitat
ikan Baung adalah di sungai, danau, waduk dan rawa juga terdapat di perairan
payau dan muara sungai. Di muara sungai, ikan Baung ditemukan di perairan
dengan salinitas 12 ppt. Di Jawa Barat ikan Baung banyak ditemukan di sungai
Cidurian dan Jasinga Bogor yang airnya cukup dangkal dengan dalaman 45 cm
dengan kecerahan 100% (Tang, 2003 dalam Kurniasari, 2015).
Daerah
penyebaran Baung di Indonesia meliputi Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Secara
spesifik disebutkan bahwa penyebaran ikan ini meliputi Jakarta, Karawang,
Garut, Surabaya, Malang, Pasuruan, Palembang, Bengkulu, Muara Kumpeh, Banyu
Asin, Danau Singkarak, Barito, Rasau, Kapuas, dan Sambas. Selain di Indonesia,
Baung juga dapat ditemui di Malaysia dan Thailand. Di habitat aslinya, ikan ini
sangat mudah ditangkap pada akhir musim hujan karena sering berkumpul di tepi
sungai atau rawa tempatnya hidup. Alat tangkapyang umum digunakan oleh para
nelayan sungai didaerah Sumatera berupa seser, jala, pukat (gill-net), lukah
atau tambam (trap) dan tangkul (lift-net). Selain itu Baung juga dengan mudah dapat
ditangkap dengan menggunakan pancing, terutama jika dilakukan pada malam hari (Khairuman
dan Amri, 2008 dalam Suryandari, 2012).
Menurut
Kordi (2013) dalam Kurniasari (2015), ikan Baung suka bergerombol didasar
perairan dan membuat sarang berupa lubang di dasar perairan dengan aliran air
yang tenang. Ikan Baung tergolong hewan nocturnal, aktif pada malam hari. Ikan
baung menyukai lokasi-lokasi yang tersembunyi dan tidak aktif keluar sarang
sebelum hari petang. Setelah hari gelap, ikan Baung akan keluar dengan cepat
untuk mencari mangsa tetapi tetap berada disekitar sarang dan segera akan masuk
ke sarang bila ada gangguan. Daerah penyebaran ikan Baung adalah kawasan tropis
yang meliputi Afrika, Asia Tenggara dan Asia Timur. Daerah penyebaran ikan
Baung di Indonesia adalah Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Wilayah-wilayah yang
merupakan penyebaran ikan Baung antara lain Jakarta, Karawang, Garut, Surabaya,
Palembang, Bengkulu, Banyu Asin, Danau Singkarak, Barito, Rasau, Kapuas dan
Sambas.
CIRI-CIRI IKAN BAUNG (HEMIBAGRUS
NEMURUS)
Baung
adalah salah satu ikan asli perairan umum Indonesia. Baung mempunyai warna
coklat gelapdengan pita tipis memanjang yang jelas berawal dari tutup insang
hingga pangkal sirip ekor. Bentuk tubuh Baung panjang, licin dan tidak
bersisik, kepalanya kasar dan depress dengan tiga pasang sungut disekeliling
mulut dan sepasang di lubang pernapasan, sedangkan panjang sungut rahang atas
hampir mencapai sirip dubur. Pada sirip dada dan sirip punggung masing-masing
terdapat duri patil. Baung mempunyai sirip lemak (adipose finn) di belakang
sirip punggung yang hampir sama dengan sirip dubur, terdapat garis gelap
memanjang di tengah dan biasanya terdapat sebuah titik hitam di ujung sirip
lemak. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan ikan Baung adalah allometrik, yakni
pertambahan lebih cepat dari pada pertambahan panjang badan. Sedangkan
berdasarkan jenis kelamin, pertumbuhan Baung jantan berpola isometrik, dimana
pertambahan berat sebanding dengan pertambahan panjang badan (Kordi, 2010 dalam
Suryandari, 2012).
REPRODUKSI IKAN BAUNG
(HEMIBAGRUS NEMURUS)
Perkembangan
larva dibagi menjadi dua tahap yaitu prolarva dan postlarva. Prolarva adalah
larva yang baru menetas dan masih memiliki kantung kuning telur dengan organ
tubuh yang belum lengkap dan jelas, sedangkan postlarva adalah larva ikan yang
telah habis kuning telurnya dengan pertumbuhan organ yang lebih sempurna
menyerupai induknya (Effendi, 2002 dalam Suryandari, 2012).
Telur
Baung umumnya berwarna coklat dan bersifat lekat jika kontak dengan air.
Diameter telur antara 1,35-1,63 mm dan memiliki berat antara 1,24-1,46 mg
bagian luar telur dilapisi chorion. Bagian kedua dilapisi vitelline, dan ketiga
dilapisi oleh plasma. Pada chorion terdapat sebuah mikrofil, yaitu sebuah
lubang masuknya sperma ke dalam telur sewaktu pembuahan. Dalam kondisi yang
baik, yaitu pada suhu 24˚-28˚ C dan oksigen minimal 4 ppm, telur akan menetas
dalam waktu 28 jam (Nurlitasari
et al., 2010 dalam Suryandari, 2012).
Jumlah
telur (fekunditas) Baung antara 1.365-160.235 butir, tergantung dari ukuran dan
umur induk betina. Ikan yang berukuran besar cenderung memiliki jumlah telur
lebih banyak daripada ikan berukuran kecil. Jumlah telur terbanyak terdapat
pada ikan Baung yang memiliki berat tubub 2.725 ekor dan berat gonad 224 gram
(Kordi, 2013 dalam Kurniasari, 2015).
TINGKAH LAKU IKAN
BAUNG (HEMIBAGRUS NEMURUS)
Sebagai
ikan nocturnal atau aktif pada malam hari, Baung aktif mencari makan pada malam
hari. Pada siang hari, ikan Baung bersembunyi di dalam sarang atau di balik
vegetasi, batu, gua, atau pohon yang tumbang dan kurang aktif. Ikan Baung mulai
keluar menjelang petang atau kondisi mulai gelap untuk mencari makan (Kordi,
2013 dalam Kurniasari, 2015).
Baung,
sebagaimana ikan-ikan yang hidup di perairan umum atau tawar memijah pada awal
musim hujan. Hal ini merupakan fenomena umum karena saat musim hujan kawasan
(daerah) yang kering pada saat musim kemarau akan ditumbuhi rerumputan dan
tergenang air. Kawasan tersebut, banyak terdapat makanan dan cukup terlindungi
bagi ikan untuk melakukan pemijahan
(Kordi,
2009 dalam Suryandari, 2012).
PERAN IKAN BAUNG (HEMIBAGRUS
NEMURUS) DI PERAIRAN
Ikan
Baung merupakan ikan pemakan segala jenis pakan yang cenderung pemakan daging.
Hal ini terlihat dari besarnya mulut ikan Baung yang merupakan ciri-ciri dari
ikan pemangsa atau predator. Ikan ini juga suka memakan sisa-sisa bahan organic
dan sering menyerang dan memakan benih-benih ikan yang masih kecil dan ikan
Baung mulai makan sebelum kuning telur habis (Suryanti, 2002 dalam Suryandari,
2012).
MANFAAT IKAN BAUNG IKAN
BAUNG (HEMIBAGRUS NEMURUS)
Ikan
baung merupakan salah satu komoditas budidaya air tawar di Indonesia. Ikan ini
berpotensi untuk dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomis tinggi.
Keunggulan lain dari ikan baung adalah rasa dagingnya yang pulen, gurih dan
lezat. Selain itu ikan baung memiliki kandungan protein yang tinggi dan rendah
lemak (Prabarini, 2017).
Ketersediaan
ikan baung sebagai bahan pangan masyarakat sebagian besar masih berasal dari
hasil tangkapan di alam. Semakin meningkatnya minat konsumen terhadap ikan
baung, mendorong penangkapan yang berlebihan, sehingga kondisi tersebut cukup
mengkhawatirkan terhadap keberadaan dan ketersediaannya di alam. Benih yang
ditangkap dari alam tidak tersedia secara terus menerus sepanjang waktu,
jumlahnya terbatas, kualitas tidak terjamin dan ketersediaanya juga masih bergantung
pada kondisi lingkungan (Prabarini, 2017).
PENULIS
Rosi
Aryandini
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
https://www.fishbase.in/FieldGuide/FieldGuideSummary.phpGenusName=Hemibagrus&SpeciesName=nemurus&sps=&print=
Khairuman
dan Amri, K. 2000. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Jakarta: PT.Agromedia
Pustaka
Kurniasari,
I.C. 2015. Teknik Pembenihan Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) Di Balai Perikanan
Budidaya Air Tawar, Mandiangin, Kalimantan Selatan. PKL. FPIK. UB
Manurung,
Vindy Rilani, Yunasfi dan Desrita. 2013. Studi Aspek Reproduksi Ikan Baung
(Mystus Nemurus Cuvier Valenciennes) Di Sungai Bingai Kota Binjai Provinsi
Sumatera Utara. Jurnal. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara
Prabarini,
D. 2017. Performa Pertumbuhan Ikan Baung Mystus Nemurus (Valenciennes, 1840)
Melalui Penambahan Komposisi Enzim Dalam Pakan Komersil Di Kolam Terpal. Skripsi.
Program Studi Budidaya Perairan Jurusan Perikanan Dan Kelautan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung. 41 Halaman.
Suryandari,
A.P. 2012. Teknik Pembenihan Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) Di Balai
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) Bogor, Jawa Barat. PKL.
FPIK. UB
Post a Comment for "Ikan Baung (Hemibagrus Nemurus); Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll"