Ikan Kancra atau Dewa (Labeobarbus douronensis) adalah ikan air
tawar yang merupakan ikan spesifik lokasi dan merupakan ikan yang sudah langka
terutama di perairan umum Jawa Barat. Keberadaan ikan tersebut dari tahun ke
tahun semakin berkurang, oleh karena itu saat ini masyarakat tidak
diperbolehkan menangkap dan mengkonsumsinya. Di perairan Waduk
Dharma yang ada di Kab. Kuningan sudah tidak ditemukan lagi jenis ikan tersebut
(Redjeki, 2007).
Untuk itu
dilakukan upaya pengembangbiakan yang meliputi pematangan gonad, pemijahan,
pemeliharaan larva dan pembesaran di tangki atau kolam tanah. Pematangan gonad
dilakukan dengan upaya perbaikan pakan, pemijahan melalui upaya manipulasi
lingkungan, pemeliharaan larva dengan upaya pemberian pakan alami dan
pembesaran dengan upaya pemberian larva nyamuk dan pelet berprotein 35%.
Teknologi tersebut dirakit dan selanjutnya di sebarluaskan ke daerah-daerah
yang memiliki ikan langka (Redjeki, 2007).
KLASIFIKASI
IKAN DEWA ATAU KANCRA
Kelas :
Teleostei
Ordo :
Cupriniformes
Sub ordo :
Cyprinoidea
Famili :
Cyprinidae
Sub famili : Cyprininae
Genus :
Labeobarbus (Tor)
Spesies :
Labeobarbus douronensis
CIRI-CIRI
IKAN DEWA ATAU KANCRA
Karakteristik
utama dari genus Labeobarbus adalah keberadaan dan ukuran cuping pada bibir
bawah untuk membedakan dengan jenis-jenis Cyrinidae lainnya.
TINGKAH
LAKU IKAN DEWA ATAU KANCRA
-Suka
bergerombol
-Jumlah
ikan yang ada di kolam ini dari dulu sampai sekarang tidak pernah bertambah
atau berkurang. Terkadang ikan-ikan Dewa yang berada dalam kolam tersebut
hilang entah kemana, kemudian esok harinya kembali seperti semula.
MORFOLOGI
IKAN DEWA ATAU KANCRA
Kottelat
(1993) telah merevisi nama genus Labeobardus menjadi Tor yang memiliki
ciri-ciri jari-jari sirip punggung yang licin, kepala tidak berkerucut dan
antara garis rusuk dan sirip punggung terdapat tiga setengah baris sisik.
Menurut Haryono (2006) di seluruh dunia terdapat 20 jenis kerabat ikan
Labeobardus. Wilayah penyebaran mulai dari Trans Himalaya (Pakistan, Nepal,
India dan Myanmar) dan di kawasan Asia Tenggara seperti Thailand, Laos,
Kamboja, Vietnam, Malaysia, Kalimantan, Sumatra dan Jawa. Jenis Tor di perairan
hulu Kalimantan Tengah yaitu tambara.
Duri
punggung (total): 4; Punggung punggung lunak (total): 7-9; Duri dubur 3; Sirip
dubur lunak: 5. Distinguished dari spesies lain dari genus di Sungai
Lancangjiang oleh kombinasi karakter berikut: tubuh dikompresi; lobus median
bibir bawah singkat, gratis marjin truncate, tidak memanjang sampai garis yang
menghubungkan sudut bagian dalam mulut; mata terlihat dalam pandangan ventral;
tanah genting dengan skala yang berbeda kecil, lebih dari 18 skala antara
isthmus dan asal sirip perut; tulang saring insang 15-20; supero-posterior
margin sirip punggung sangat cekung; ujung sirip anal menunjuk; warna dalam
kehidupan keperakan, kembali gelap, sirip abu-abu gelap (Ref 13848).
HABITAT IKAN
DEWA ATAU KANCRA
Tor
memilki habitat yang spesifik mulai sungai-sungai di pegunungan hingga
sungai-sungai pada dataran tinggi dengan dasar berbatu, memiliki kandungan air
yang cukup sejuk dan oksigen yang tinggi (Shrestha, 2005). Berdasarkan
karakteristiknya, ikan dewa itu baru hidup di sumber air yang jernih, bersih,
dan mengalir secara terus-menerus. Mata air jenis ini hanya bisa timbul jika
lingkungan hutannya lestari dan pepohonan lebat.
Kottelat
et al (1993) menegaskan bahwa ikan genus labeobarbus pada umumnya merupakan
jenis yang terancam punah karena kerusakan hutan dan penangkapan yang
berlebihan. Pada jenis ikan Labeobarbus soro sudah termasuk pada ikan terancam
punah oleh IUCN. Penebangan hutan yang tidak terkendali sangat mempengaruhi
kelangsungan hidup ikan Tor ini karena habitatnya yang spesifik yang hanya
hidup di daerah hulu sungai serta memiliki air yang cukup kuat, warna air
jernih, memiliki kandungan oksigen yang tinggi serta suhu air sejuk dengan
dasar perairan yang berbatu (Kiat, 2004, Nontji, 1992). Adanya penebangan hutan
yang tidak terkendali menyebabkan terjadinya penurunan debit mata air sehingga
terjadi penurunan ketinggian air yang ada di kolam-kolam alami tempat ikan dewa
ini.
MANFAAT
IKAN DEWA ATAU KANCRA
Ikan
kancra (Labeobarbus douronensis) adalah ikan air tawar yang sudah sangat langka
dan bersifat spesifik lokasi. Jumlah ikan kancra yang terdapat di kolam-kolam
di Kab. Kuningan semakin lama semakin berkurang akibat belum tersedianya paket
teknologi pembenihan walaupun ikan tersebut masih satu famili dengan ikan mas
(Cyprinus carpio). Di kabupaten Cianjur, masyarakat sudah banyak yang melirik
ikan ini untuk
dijadikan ikan hias yang dapat dijinakkan sehingga sudah ada pengusaha yang
berani membeli dengan harga antara Rp 350.000 – Rp 1.500.000,/ekor, namun
sampai saat ini komoditi tersebut masih sulit ditemukan (Redjeki, 2007).
REPRODUKSI
IKAN DEWA ATAU KANCRA
Induk
kancra memiliki ukuran antara 41- 77.55 cm (panjang total/TL) dan 0.55-3.25 kg
(berat tubuh/BW) (betina) dan 41-58.3 cm (TL) dan 0.6-2.25 kg (BW) (jantan).
Induk diberi pakan buatan dengan kandungan protein antara 36-40%, selama kurang
lebih 1 bulan induk diadaptasikan ke kolam untuk melihat kandungan telurnya.
Induk jantan dan betina ditempatkan pada kolam yang berbeda. Setelah induk
berisi gonad, setiap bulannya dimonitoring untuk melihat perkembangan gonad.
Selang beberapa lama kemudian pada saat perut induk membesar, induk betina
disatukan dengan jantan (perbandingan bobot ikan 1:1). Penyatuan induk tersebut
dilakukan pada kolam pemijahan yang sudah didesain sedemikian rupa agar ikan
cepat mengalami pemijahan (Gambar 1). Kolam pemijahan dipersiapkan sebelumnya
dengan perlakuan- perlakuan khusus, yaitu pada pagi hari, kolam dikeringkan
sampai pada kedalaman kurang lebih 0.5 m dimana pada dasar kolam terdapat
batu-batu yang berdiamcter antara 1-5 cm sehingga sinar matahari menyinari
dasar kolam. Pada sore hari kolam diisi air sehingga air kolam menjadi hangat
dan pada keesokan pagi harinya, air kolam dibuang sehingga sinar menyinari
dasar kolam lagi, demikian seterusnya selama 3 hari berulang-ulang (Redjeki,
2007).
Sebelum
melakukan pemijahan, pakan alami dipersiapkan seminggu sebelumnya pada kolam
yang terpisah, sehingga pada saat larva butuh makanan, pakan alami sudah siap.
Pembuatan pakan alami menggunakan kotoran ayam dan kacang kedelai yang
digantungkan di tengah kolam sampai mengalami pembusukan. Setelah memijah,
telur yang dihasilkan dikumpulkan dan ditetaskan pada saluran pemasukan (suhu
air 270C) atau pada akuarium yang suhunya tidak jauh berbeda dengan suhu air di
kolam. Setelah telur menetas maka pada hari ke-2 larva diberi pakan alami hasil
budidaya. Pakan alami diperoleh dengan cara menyerok kolam pakan alami
menggunakan serokan dari bahan nilon dengan ukuran 45 mikron lalu dimasukkan ke
kolam pemeliharaan larva. Pemberian pakan alam semakin bertambah jumlahnya
dengan bertambahnya umur larva sambil diperkenalkan pakan buatan/pelet baik
yang berbentuk tepung atau butiran (Redjeki, 2007).
PERAN
IKAN DEWA ATAU KANCRA DI PERAIRAN
Di
perairan Waduk Dharma yang ada di Kab. Kuningan sudah tidak ditemukan lagi
jenis ikan tersebut. Untuk itu dilakukan upaya pengembangbiakan yang meliputi
pematangan gonad, pemijahan, pemeliharaan larva dan pembesaran di tangki atau
kolam tanah (Redjeki, 2007). Ikan ini menjadi penyeimbang ekosistem di perairan
aslinya.
UPAYA
PENELITIAN IKAN DEWA ATAU KANCRA
Sampai
dengan saat ini Balai TNGC belum melakukan penelitian terhadap Ikan Dewa
sehingga populasi, morfologi dst belum diketahui secara pasti. LIPI pernah
dikabarkan telah melakukan penelitian terhadap Ikan Dewa. Namun belum ada kabar
selanjutnya.
PENULIS
Rizqi
Agung
FPIK
Universitas Brawijaya
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya
DAFTAR
PUSTAKA
Gambar
Ikan Dewa: https://www.youtube.com/watch?v=3Bbiw7KhIrM
http://alamhewandantumbuhan.blogspot.co.id/2015/07/10-binatang-paling-ganas-di-sungai.html
http://memetmulyadi.blogspot.co.id/2013/01/ikan-dewa-labeobarbus-douronensis.html#ixzz3vzfb5PEz
http://memetmulyadi.blogspot.co.id/2013/01/ikan-dewa-labeobarbus-douronensis.html#ixzz3vzfGOmVT
http://travel.kompas.com/read/2014/01/28/1001476/.Ikan.Dewa.dari.Ciremai
http://wiiepratiwi.blogspot.co.id/2011/04/ikan-dewa-kancra-bodas.html
http://www.fishbase.org/summary/Tor-douronensis.html
https://www.academia.edu/8799606/FILUM_CHORDATA
Redjeki,
2007. Perbenihan Ikan Kancra Bodas (Labeobarbus Douronensis) Di Kolam Petani
Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan
Indonesia, Desember 2007, Jilid 14, Nomor 2: 97-102
Post a Comment for "Ikan Dewa Atau Kancra; Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll"