Ikan Wader atau Rasbora Jacobsoni merupakan ikan yang hidup di air tawar, terutama pada perairan sungai
yang jernih dan berarus dengan dasar yang berpasir dan batu-batuan kecil arah
ke hulu sungai, sehingga jarang ditemukan di perairan yang berlumpur seperti di
bagian hilir dekat muara sungai. Akan tetapi, ikan ini juga dapat ditemukan di
sawah yang airnya jernih dan agak lambat arusnya. Menurut ahmad dkk (2011) di
riau, ikan wader dapat diperlihara di kolam yang airnya mengalir terus-menerus.
Secara umum, di jawa juga biasa dipelihara dalam kolam tanah dan mudah ditemui
di sawah secara alamiah, masuk saluran irigasi. Ikan wader mempunyai berbagai
nama lokal, untuk daerah jawa dikenal dengan sebutan wader pari, lunjar pari
atau lunjar andong, untuk daerah betawi dikenal sebagai cecerah atau ikan cere,
untuk daerah sunda dikenal sebagai paray, sedangkan untuk daerah sumatera
dikenal sebagai pantau atau seluang dan di daearah kalimantan dikenal sebagai
seluang. Dalam bahasa inggris, ikan ini dikenal sebagai silver rasbora,
sedangkan dalam bahasa malaysia disebut juga sebagai bunting, londoi, seluang
atau wader pari (barus, 2004).
KLASIFIKASI IKAN
WADER (RASBORA JACOBSONI)
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Sub
Class : Teleostei
Ordo : Cypriniformes
Sub
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Rasbora
Spesies :
Rasbora jacobsoni
REPRODUKSI IKAN WADER
(RASBORA JACOBSONI)
Wader pari betina dan jantan memilik perbedaan yang cukup signifikan, sehingga mudah untuk membedakannya. Wader pari betina memiliki ciri seksual sekunder, yaitu perut yang lebih gendut, sedangkan jantan perut nya lebih ramping. Pemijahan butuh kondisi air yang sesuai, pemijahan berlangsung beberapa hari selama musim pemijahan. Beberapa jenis dari spesies ini memijah dengan cara bergerombol. Ikan wader pari bersifat ovipar, jenis ini memijah pada waktu tertentu pada setiap tahun secara teratur. Biasanya pemijahan dilakukan sesuai dengan kondisi lingkungan yang menguntungkan. Beberapa ikan pari wader di wilayah tertentu memilih memijah pada saat musim penghujan dikarenakan pada waktu tersebut kondisi lingkungan atau perairan bersih, jernih serta segar, suhu air yang cukup rendah, tinggi permukaan air yang rendah, dan arus yang tidak terlalu cepat, hal ini lah yang menjadi faktor ikan wader pari untuk melakukan pemijahan. Pemijahannya membutuhkan kondisi kualitas air yang sesuai, umumnya terjadi pada musim pancaroba. Wader pari akan memilih pasangan mijah yang sesuai dan pemijahan terjadi selama beberapa hari. Telur yang telah dibuahi diletakkan di atas substrat atau melekat pada tumbuhan air dan akan menetas menjadi larva setelah 24 - 30 jam (Sterba, 1989). Pada akhir musim penghujan wader pari induk, akan melakukan ruaya pemijahan ke daerah sungai di bagian atas dengan pola ruaya tersebar sepanjang bagian pinggir sungai yang memiliki dasar kombinasi kerikil, pasir, dan bebatuan. Apabila kondisi sungai tidak mendukung atau adanya gangguan, maka ikan wader pari tidak akan melakukan pemijahan. Fitoplankton dan zooplankton adalah makanan dari wader pari induk selama perjalanan ruaya menuju habitat pemijahan. Sebagian besar ikan wader pari memiliki sifat litofil yaitu memiliki habitat pemijahan di dasar perairan yang berbatu-batu. Pada daerah yang berbatu-batu umumnya memiliki kandungan oksigen terlaurut yang tinggi, sehingga dapat digunakan untuk inkubasi telur dan ikan pada awal daur hidupnya. Telur yang diletakan di substrat bebatuan tersebut bersifat melayang dan tidak berperekat, telur yang dibuahi akan tenggelam ke dasar bebatuan dan akan mengalami perkembangan dan menetas menjadi larva. Adanya serangga air sebagai predator bagi telur di habitat pemijahan, mengancam perkembangan telur wader pari. Namun, telur-telur yang berada di balik bebatuan tidak akan terlihat oleh serangga air, sehingga telur-telur tersebut dapat terjaga. Wader pari melakukan pemijahan secara bertahap dan berlangsung selama beberapa hari. Ikan wader pari bersifat fotofobia, sehingga pemijahan umumnya dilakukan pada malam hari, dan apabila ada gangguan cahaya, aktivitas pemijahan akan terganggu, yaitu gerombolan ikan wader pari akan menyebar dan keluar dari tempat pemijahan. Pemijahan juga dapat terganggu karena adanya perubahan kualitas air dan substrat bebatuan yang tertutup sedimen. Sedimentasi ini dapat menyebabkan kematian pada telur dan atau tetasannya. Perubahan habitat juga dapat mengurangi ukuran daerah pemijahan yang mengakibatkan menurunnya efektivitas reproduksi ikan wader umumnya terjadi pada musim pancaroba. Pada akhir musim penghujan wader pari induk, akan melakukan ruaya pemijahan ke daerah sungai di bagian atas dengan pola ruaya tersebar sepanjang bagian pinggir sungai yang memiliki dasar kombinasi kerikil, pasir, dan bebatuan
CIRI ALAT KELAMIN
1.
Postur tubuhnya ramping Postur tubuhnya lebih besar pada bagian perut
2.
Terdapat 2 lubang kelamin Terdapat 3 lubang kelamin
3.
distriping keluar sperma Jika distriping keluar telur.
CIRI-CIRI IKAN WADER (RASBORA
JACOBSONI)
1.tubuh
montok atau gemuk
2.
terdapat bintik dua dibagian pangkal sirip punggung
3.
warna tubuh abu-abu kehijauan
MORFOLOGI IKAN WADER (RASBORA
JACOBSONI)
Ikan
Wader (Rasbora jacobsoni) mempunyai bentuk tubuh memanjang,memiliki garis hitam
yang memanjang dikedua sisi tubuhnya, panjang ikan dewasa dapat mencpai 5-9 cm,
ikan ini memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Ikan ini merupakan ikan
herbivora, penyebaran habitat perairan tawar dan dapat bertahan pada arus yang
deras. Secara morfologi ikan ini mudah dikenal dari bentuk badan yang panjang
dan agak pipih pada bagian perutnya
sedang bagian punggungnya menggembung. Mulutnya menengadah dengan celah tidak
terlalu panjang, Badannya pada bagian punggung berwarna agak hitam mengkilat,
bersisik kehitaman yang menutupi bagian atas badannya. Separuh yang bagian
bawah badannya berwarna agak cerah dan
di dalam air agak mengkilat keperakan. Pada bagian samping tubuhnya dengan
jelas terdapat garis hitam tebal mulai dari tutup insang sampai ke permukaan
ekornya (Ahmad dkk, 2011).
HABITAT IKAN WADER (RASBORA
JACOBSONI)
Ikan
wader atau (Rasbora) merupakan ikan air tawar yang hidup di air tawar, terutama
pada perairan sungai yang jernih dan berarus dengan dasar yang berpasir
dan batu-batuan kecil arah ke hulu
sungai, sehingga jarang ditemukan di perairan yang berlumpur seperti di bagian
hilir dekat muara sungai. Akan tetapi, ikan ini juga dapat ditemukan di sawah
yang airnya jernih dan agak lambat arusnya. Menurut Ahmad (2011) di Riau, wader
pari dapat diperlihara di kolam yang airnya mengalir terus-menerus. Secara
umum, di Jawa juga biasa dipelihara dalam kolam tanah dan mudah ditemui di
sawah secara alamiah, masuk saluran irigasi.
Di
alam, wader ditemukan mulai dari dekat
pantai hingga ketinggian sekitar 2.000 m dpl. Ikan ini sering ditemukan
bercampur dengan spesies wader lainnya di parit-parit dangkal yang jernih,
sungai kecil di pegunungan, sungai berukuran menengah hingga yang besar,
saluran yang mengalir lambat, dan bahkan juga situ dan danau. Wader ini
cenderung bersifat omnivora, memakan mulai dari plankton, larva serangga,
hingga ke serpih-serpih tumbuhan hijau. Kondisi lingkungan alaminya adalah
perairan tropika dengan pH antara 6.0–6.5 (agak asam), kesadahan air sekitar
12.0 dGH, dan kisaran suhu antara 24–26 °C (75–79 °F).
Wader memijah di perairan terbuka pada saat
menjelang gelap. Setiap kali bertelur, ikan ini menyebarkan antara 200–500
butir telur di antara tumbuh-tumbuhan air. Telur-telur ini akan menetas sekitar
48 jam kemudian, dan selama beberapa hari berikutnya burayak (anak ikan) akan
berlindung di sela-sela daun tanaman air. Ikan wader dewasa tidak akan
segan-segan untuk memangsa telur ataupun burayak dari jenisnya sendiri.
PERAN IKAN WADER (RASBORA
JACOBSONI) DI PERAIRAN
Sebagai
indikator perairan.
TINGKAH LAKU IKAN
WADER (RASBORA JACOBSONI)
Selalu
berusaha mendekati sumber cahaya dan berkumpul disekitarnya (Subani dan Barus,
1989)
MANFAAT IKAN WADER (RASBORA
JACOBSONI)
merupakan
salah satu jenis ikan air tawar lokal Indonesia, cukup populer, mudah beradaptasi
dan mempunyai ketahanan cukup tinggi terhadap kondisi lingkungan yang buruk (Retnoaji
et al. 2016). Ikan wader banyak dikonsumsi oleh masyarakat sebagai sumber protein
hewani, rasanya yang gurih dan dapat dimasak dengan berbagai cara pengolahan.
Permintaan pasar akan ikan wader terus meningkat namun keberadaan wader di alam
saat ini semakin hari semakin sulit untuk ditemukan (Budiharjo 2002). Penelitian
dalam rangka pembudidayaan ikan wader untuk melestarikan keberadaannya telah dilakukan
beberapa saat terakhir (Ahmad dan Nofrizal 2011). Dalam Pratiwi, et al. (2017)
PENULIS
Rizqi
Agung
FPIK
Universitas Brawijaya
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,
Muchtar dan Nofrizal.2011.Pemijahan dan Penjinakan Ikan Pantau.Jurnal Perikanan
dan Kelautan. 16(1):71-78.
http://blogatel.blogspot.co.id/2013/02/usaha-budidaya-ikan-wader.html
http://indoindifish.blogspot.co.id/2009/02/ikan-wader-rasbora-jacobsoni.html
http://www.scribd.com/doc/180919612/Reproduksi-pada-Wader-Pari#scribd
https://www.academia.edu/8799606/FILUM_CHORDATA
Kementrian
Kelautan dan Perikanan 2010. Wader, 100% Andalkan Alam. WPI Edisi Juli No.
83.Jakarta.
Pratiwi,
A. I., A. Husni., S. A. Budhiyani., Dan B. R. Aji. 2017. Karakteristik Mutu
Wader Pari Hasil Budidaya Pada Berbagai Suhu Penyimpanan. Jphpi 2017, Volume 20
Nomor 1
Sentosa,
Agus A., dan Djumanto. 2010. Habitat Pemijahan Ikan Wader Pari (Rasbora
lateristriata) di Sungai Ngrancah , Kabupaten Kulon Progo. Jurnal Jurusan
Perikanan. Fakultas Pertanian : UGM Yogyakarta
Sterba,
G. 1989. Freshwater Fishes of The World.
Volume I. Falcon Books, New Delhi
Post a Comment for "Ikan Wader (Rasbora Jacobsoni); Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll"