Gambar Ikan Botia (a) Betina (b)Jantan. (Putra, et al.
2017).
Ikan Botia (Chromobotia
macracanthus) merupakan ikan hias asli dari perairan Sumatera dan Kalimantan
dan sudah menjadi komoditas ekspor primadona ikan hias air tawar selama puluhan
tahun. Spesies ini dikenal juga dalam dunia perdagangan sebagai sebutan clown
loach atau tiger botia. Nama lokal ikan ini adalah ikan macan (Sumatera),
gecubang (Lampung), biju bana (Jambi), languli (Mahakam) (Suseno dan Subandiah,
2000).
Spesies
yang nama daerahnya disebut sebagai ikan macan, bajubang atau langli menurut
tata nama dalam Nomenklatur Bleeker tahun 1852 botia dinamai Botia
macracanthus, tetapi oleh Kottelat (2006). direvisi menjadi Chromobotia
macracanthus. Masih banyak sebenarnya jenis botia lain yang beredar di pasar
ikan hias air tawar seperti Botia hymenophysa yaitu botia yang sesuai warnanya
disebut botia hijau yang juga menghuni perairan Sumatera bagian Selatan, Botia
/okahata yang berwarna perak dengan belang hitam dikenal dengan botia India
karena memang bersal dari sana. Botia modesta dari Kamboja juga berwarna
kekuningan dengan belang-b.elang hitam. Ada lagi spesies baru yang saat ini
termasuk digemari adalah Botia kubotai dari Myanmar. Namun demikian yang paling
terkenal dan paling cantik adalah Chromobotia macracanthus ini. Dalam (Satyani
dan Subarnia, 2008).
KLASIFIKASI IKAN
BOTIA
Menurut
Kottelat (2004) dalam Permana et al. (2011), ikan hias botia (Chromobotia
macracanthus Bleeker) diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas
: Teleostei
Ordo : Ostariophsyi
Subordo
: Cyprinoidea
Famili
: Cobitidae
Subfamili
: Botiinae
Genus
: Chromobotia Kottelat 2004
Spesies
: Chromobotia macracanthus Bleeker 1852
MORFOLOGI IKAN BOTIA
Menurut
Weber and de Beaufort (1916) dalam Permana et al. (2011), ciri morfologi ikan
hias botia (Chromobotia macracanthus Bleeker) dideskripsikan sebagai berikut:
memiliki duri di belakang mata dengan pinggiran yang bebas dan dapat berdiri
tegak saat ikan stress. Mulut mengarah ke bawah dan memiliki sungut berjumlah 8
buah; 4 buah di rostral, 2 buah pada mandibular symphysis, dan 2 buah yang
lainnya berukuran kecil masingmasing di sudut mulut. Bukaan mulut berbentuk
sepatu kuda, bibir tebal dan berlamela (semacam pelat tipis). Posisi sirip
punggung berada lebih depan daripada sirip perut. Semua sirip berwarna merah
darah dan memiliki rumus D.11; A.8; P.14-16 dan V.9. Panjang
tubuh ikan hias botia (Chromobotia macracanthus) di alam bisa mencapai 30 cm
(12 inchi) (Fishbase, 2007 dalam Permana et al. 2011), namun menurut Axelrod
and Vordenwinkler (1972) dalam Permana et al. (2011), apabila di akuarium hanya
ikan ini hanya mencapai ukuran 15-20 cm.
CIRI-CIRI IKAN BOTIA
Bentuk
tubuh ikan botia adalah bulat memanjang dan pipih, kepala agak meruncing pipih ke
arah mulut (seperti torpedo). Badan tidak bersisik, mulut agak kebawah dengan
empat pasang sungut di atasnya. Patil/duri di bawah mata yang akan keluar
apabila merasa ada bahaya. Sirip dada dan sirip perut/anal berpasangan, sirip
punggung tunggal dan sirip ekor
Bercagak
(Satyani dan Subamia, 2008).
Warna
ikan kuning cerah dengan tiga garis Iebar atau pita hitam Iebar. Pita pertama melingkari
kepala melewati mata, yang kedua dibagian depan sirip punggung dan yang ketiga memotong
sirip punggung bagian belakang sampai ke pangkal ekor. Sirip punggung
didominasi warna hitam dan sedikit oranye, sirip dada dan perut oranye dan
hitam serta sirip ekornya oranye terang (Satyani dan Subamia, 2008).
HABITAT IKAN BOTIA
Berasal
dari gugusan pulau sunda besar Kalimantan dan Sumatera. Pada awalnya hanya
terbatas pada sistem sungai Kalimantan Barat (Kalbar), Kalimantan Tengah
(Kalteng) dan Kalimantan Timur (Kaltim) provinsi di bagian Indonesia termasuk
Kapuas dan Kayan. Di Sumatera itu ditemukan di saluran air timur dan selatan
Jambi, Sumatera Selatan (Sumsel) dan propinsi Lampung termasuk Batang Hari,
Musi dan Tulang Bawang. Jenis serangkaian dikumpulkan dari 'Palembang' dan
'Kwanten' di Sumatera, sebelumnya kemungkinan besar mengacu pada Sungai Musi
dan yang terakhir Kuantan Singingi, Provinsi Riau yang berarti lembah Sungai
Indragiri adalah kemungkinan tempat berkumpul. Populasi dari dua pulau yang
dikenal untuk menunjukkan perbedaan dalam struktur genetik, pola dan ukuran
dewasa, dan itu diduga bahwa ini mungkin berubah menjadi spesies yang berbeda
jika studi rinci telah dilakukan (Seriouslyfish, 2016).
Ikan
botia merupakan ikan hias yang tinggal di dasar perairan (demersal) (Fishbase,
2007 dalam Permana et al. 2011). Habitat yang disukai ikan botia adalah
perairan yang agak tenang dengan arus yang relatif kecil, jernih, serta daerah
yang tersedia banyak berbatu atau “napal” (Kamal, 1992 dalam Permana et al.
2011) dan berpasir didasarnya, lembut serta memiliki kandungan oksigen yang
kaya (Grzimex, 1968 Kamal, 1992 dalam Permana et al. 2011) dengan pH berkisar
5-8 dan suhu 25º-30ºC (Fishbase, 2007 Kamal, 1992 dalam Permana et al. 2011).
REPRODUKSI IKAN BOTIA
Ikan
hias botia termasuk golongan ikan yang melakukan migrasi ke hulu sungai untuk
memijah (Rohman, 1994 dalam Permana et al. 2011). Pada saat induk ikan hias
botia memijah di daerah hulu, telur-telur yang dilepaskan akan terbawa hanyut
ke hilir dan kemudian menetas dalam perjalanan menuju ke arah rawa banjiran
(flood plain) (komunikasi pribadi dengan Sudarto). Setelah menjadi benih ukuran
2 inchi, anak-anak ikan botia ini akan melakukan migrasi mudik meninggalkan
daerah hilir melawan arus menuju daerah pembesaran (komunikasi pribadi dengan
Pouyaud & Kamal). Anak-anak ikan hias botia banyak ditangkap saat musim
hujan pada bulan Oktober sampai Januari yang mengindikasikan bahwa pada saat
tersebut ikan botia memijah di alam (Satyani et al., 2006 dalam Permana et al.
2011). Pemijahan di lingkungan budidaya sampai saat ini masih secara buatan
menggunakan stimulasi hormonal (Permana et al. 2011).
Di
alam spesies ini bermigrasi saat memijah, bergerak dari saluran sungai utama
menuju ke anak sungai kecil yang ada di sekitarnya, yaitu berupa dataran banjir
yang sementara terendam selama musim hujan (Seriouslyfish, 2016c).
Gerakan-gerakan ini biasanya dimulai pada bulan September dengan pemijahan yang
biasanya terjadi pada akhir September atau awal Oktober, meskipun waktu ini
mulai bergeser seiring dengan perubahan iklim (Evers, 2009 dalam Seriouslyfish,
2016c).
Jouvenil
ikan botia tinggal di daerah banjir sampai air mulai surut pada saat mana
mereka biasanya berukuran sekitar 30 mm SL. Mereka kemudian pindah ke anak
sungai kecil sampai cukup besar untuk menyelesaikan perjalanan mereka ke dalam
saluran utama di mana mereka tetap sampai dewasa secara seksual dan mampu
melakukan migrasi pemijahan mereka sendiri (Seriouslyfish, 2016c).
lnduk
botia betina yang berukuran 13 em atau 60 gram sudah mengandung telur, sementara
induk jantan ukuran 1 0 em atau 40 gram sudah dapat mengeluarkan sperma. Namun demikian
sampai sa at ini bel urn diketahui bagaimana ikan botia berkembang biak di
alam. Hanya saja
anak-anak ikan ini banyak ditangkap pada musim hujan yaitu bulan Oktober sampai
dengan Januari, yang mengindikasikan-_saat itu ikan botia memijah, sedangkan
pada musim kemarau tidak ada anak botia di alam.
Pengembangbiakan
ikan botia di tempat budidaya merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan
produksi dan kelestariannya. Walaupun ikan ini sudah diekspor dan ditangkap serta
dipelihara sejak tahun 80-an, tetapi para peternak belum ada yang mampu mengembangbiakkan/memijahkannya.
Sebenarnya sudah banyak peternak yang mencoba tetapi sangat susah dan banyak
gagal. Banyak faktor yang menjadikan usaha para peternak ini mengalami
kegagalan yaitu:
Pertama. lkan botia sangat
sensitif, untuk memelihara terutama induknya membutuhkan biaya yang cukup
besar. Kematian dalam jumlah yang banyak amat sering terjadi. lkan botia ini
mudah stress dan sering keluar lendir sangat banyak dari badannya. Lendir ini
seperti fern dan bila keluar berlebihan ke air pem~liharaan akan masuk insang
dan menutupinya, sehingga ikan mudah mati. Untuk mendapatkan induk yang
benar-benar matang gonad juga masih sulit. Lnduk dari alam masih liar dan perlu
adaptasi cukup lama paling kurang satu tahun dan kadang susah matang gonad di
tempat pemeliharaan (Satyani dan Subarnia, 2008).
Kedua. Pertumbuhan botia
sangat lambat sehingga untuk membuat ikan menjadi besar butuh waktu yang lama,
sehingga orang menjadi tidak sabar. Untuk menjadi induk dari ukuran kecil membutuhkan
waktu paling cepat 4- 5 tahun (Satyani dan Subarnia, 2008).
Ketiga. lnduk botia tidak
mau kawin atau memijah dengan sendirinya walaupun jantan dan betina dicampurkan
dalam pemeliharaan. Teknologi kawin rangsang dengan bantuan hormon seperti yang
dilakukan orang terhadap ikan patin yang diterapkan pada botia belum juga ada yang
berhasil, menuntut ketelitian dan kecermatan lebih banyak (Satyani dan
Subarnia, 2008).
TINGKAH LAKU IKAN
BOTIA
Termasuk
ikan omnivora atau makan apa saja walaupun pakan hidup lebih disukai. Sebagai
ikan dasar maka pakannya adalah otganisme dasat perairan seperti cacing baik
cacing rambut (Tubifex sp:) atau larva insekta dasar seperti cacing darah
(Chironomus sp.). Penelitian yang mengamati lambung ikan botia di alam, juga
ditemukan udang-udang kecil. Botia aktif mencari makail pada malam hari (nokturnal).
Pada siang ciri umumnya hanya sembunyi di balik batu, dalam lubang-lubang atau
diantara pohon-pohon atau rantingranting mati dalam air. Dalam (Satyani dan
Subarnia, 2008).
MANFAAT IKAN BOTIA
Ikan
botia (Chromobotia macracanthus Bleeker)
merupakan ikan hias asli perairan Indonesia yang tepatnya berasal dari Sumatera
dan Kalimantan. Ikan ini menjadi primadona dalam komoditas ikan hias karena
keunikannya mulai dari bentuk tubuh, warna sampai bentuk mulutnya. Ikan botia
merajai pasar ekspor dunia khususnya negara-negara Eropa. Namun hal tersebut
tidak sebanding dengan ketersediaan ikan endemik ini. Saat ini, ikan botia yang
diekspor masih mengandalkan tangkapan di alam. Balai Riset Budidaya Ikan Hias
(BRBIH) Depok, Jawa Barat merupakan yang pertama dan satu-satunya balai yang
dapat memijahkan ikan hias botia secara buatan dengan bantuan injeksi hormon
HCG (Human Chorionic Gonadothropin) dan LHRH-a berupa ovaprim dan telah diproduksi secara massal.
Pemijahan ikan botia dilakukan secara buatan dengan stimulasi hormon sebelum
ikan distriping. Hal ini berfungsi untuk mengoptimalkan pemijahan mulai dari
kualitas telur, sperma sampai perkembangan embrio sehingga meningkatkan
produksi benih. Hasil yang didapat adalah rata-rata fekunditas di atas 5.000
telur, derajat pembuahan di atas 80%, derajat penetasan telur di atas 60% serta
derajat kelulushidupan larva yang lebih dari 50% (Putra, et al. 2017).
PERAN IKAN BOTIA DI
PERAIRAN
Di
habitatnya, ikan botia merupakan ikan omnivora yang memakan cacing, krustasea
dan material tanaman (Fishbase, 2007 dalam Permana et al. 2011), sedangkan di
lingkungan budidaya, ikan ini menyukai pakan berupa udang-udang kecil, cacing
rambut (Tubifex sp), dan cacing darah (Satyani et al., 2006 dalam Permana et
al. 2011). Menurut Kamal (1992) dalam Permana et al. (2011), jenis makanan ikan
botia terdiri dari krustasea, insekta, nematoda, moluska, alga dan material
yang tidak teridentifikasi. Ikan botia aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal)
sedangkan pada siang hari hanya bersembunyi saja. Dalam (Satyani dan Subarnia,
2008).
Ikan
botia lebih bersifat karnivora. mereka juga akan makan materi vegetatif apabila
tersedia, biasanya seperti tanaman air berdaun lembut. Makanan alami terdiri
moluska air, serangga, cacing, dan invertebrata lainnya (Seriouslyfish, 2016).
PENULIS
Sulaiman
Yusuf Rizal
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Permana.
Asep, Ruby. Vidia. Kusumah dan Agus. Priyadi. 2011. Budidaya ikan hias botia
(Chromobotia macracanthus Blekker) sebagai model konservasi ex-situ. Jurnal
Prosiding Forum Seminar Nasional Pemacuan Sumberdaya Ikan III. 1-11.
Putra,
H. F. E., S. S. P. Rahardjo., Dan A. Permana. 2017. Journal Of Aquaculture And
Fish Health Vol 6 No.3 101
Diterima/Submitted:3 April 2017
Disetujui/Accepted:11 Juni 2017 Pemijahan Ikan Hias Botia (Chromobotia
Macracanthus Bleeker) Secara Buatan
Dengan Injeksi Hormon Hcg (Human Chorionic Gonadothropin) Dan Lhrh-A (Luteinizing Hormone Releasing Hormone
Analog). Journal Of Aquaculture And Fish Health Vol 6 No.3 Hal 101-106
Satyani,
D., Dan I. W. Subamia. 2008. Aspek Biologiikan Hias Botia (Chromobotia
Macracanthus Bleeker) . Presiding Seminar Nasionallkan V Hal 101-104
Seriouslyfish.
2016c. Clown Loach (Chromobotia macracanthus). (Online), (http://www.
seriouslyfish.com/species/chromobotia-macracanthus/) diakses pada tanggal 2
Januari 2016 pukul 18.24 WIB.
Suseno,
D., dan Siti Subandiah. 2000. Ciri Morfologis Jenis Ikan Macan Atau Botia
Strain Batanghari, Musi, dan Kapuas. Jurnal Prosiding Seminar Nasional
Keanekaragaman Hayati Ikan.
Post a Comment for "Ikan Botia; Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll"