Ikan Motan (Thynnichthys
thynnoides) diklasifikasikan ke dalam kelas pisces, sub kelas teleostei,
ordocypriniformes (kottelat et ai, 1993) atau ostariophysi (saanin, 1984). Sub
ordocyprinoidea, famili cyprinidae, genus thynnichthys dan spesies
thynnichthysthynnoides blkr. (kottelat et al., 1993). Menurut saanin (1984)
ikan ini dikenal jugadengan nama kendie, manangin, lambak, ringan, lumoh dan
pingan. Pada daerahpalembang ikan ini dinamakan damaian atau lumopoko dan di kalimantan
ikan inidisebut juga ketup atau bau ketup (subardja et al., 1995).
Vass
dalam Alamsyah (1982) menyatakan bahwa ikan ini merupakan ikan airtawar yang
hidup di sungai-sungai dan perairan umum lainnya, serta merupakan ikanyang
banyak terdapat di sungai-sungai Indonesia. Selanjutnya Pulungan
(1987)menyatakan bahwa ikan ini termasuk jenis ikan Cyprinid di daerah Riau
yang jugamempunyai arti ekonomis penting di pasaran, tetapi tidak termasuk
sebagai jenis ikanair tawar kelas satu.
KLASIFIKASI IKAN
MOTAN (THYNNICHTHYS THYNNOIDES)
Klasifikasi
ikan motan (T. thynnoides) menurut Kottelat et al. (1993):
Kingdom
: Animalia
Filum : Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas
: Teleostei
Ordo : Cypriniformes
Subordo
: Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae
Subfamili
: Cyprininae
Genus : Thynnichthys
Spesies
: Thynnichthys thynnoides Bleeker, 1852
Nama
lokal : Motan, Lambak, Ringan, Lumoh, Pingan, Menangin.
MORFOLOGI IKAN MOTAN
(THYNNICHTHYS THYNNOIDES)
Ikan
motan memiliki jumlah sisik garis rusuk sebanyak 58-60 buah. Di antara garis
rusuk dan sirip punggung terdapat 13 baris sisik (Saanin, 1968). Ikan motan memiliki rumus sirip dorsal 3/8
dan rumus sirip anal 3/5. Bentuk tubuh ikan ini memanjang dan tidak terlalu
pipih, kepala agak kecil dengan moncong pendek dan terletak di ujung, posisi
mulut terminal, serta mata berukuran kecil. Ikan yang segar memiliki warna
tubuh keperakan dengan punggung lebih gelap. Ikan ini memiliki titik hitam
kecil di dekat posterior operculum (Taki, 1974). Kottelat et al. (1993) menyatakan bahwa ikan
ini memiliki 58-60 sisik pada gurat sisi, 13 sisik antara sirip punggung dan
gurat sisi, 8-10,5 jari-jari bercabang pada sirip punggung, jari-jari terakhir
halus dan tidak mengeras.
Jkan
Motan ini mempunyai ciri marfoiogi sebagai berikut: kepala meruncing,overculum
mempunyai kelopak yang besar, mulut di anterior dan kecil tidak ada bibiratas
dan rahang bawah, mempunyai lipatan bibir yang kecil pada sudut rahang,
garisrusuk lurus memanjang ke tengah-tengah ekor. Sirip dorsal kecil dan
terletak hampirsejajar dengan sirip ventral. Tidak mempunyai lebih delapan ruji
bercabang. Tidakada sisir insang dan lamina insang panjang. Tidak ada
pseudobranchia (Mohsindan Ambak, 1992). Perbedaan antara spesies T. thynnoides
dengan T. vaillanti adalahpada spesies T. thynnoides sisik garis rusuk 58-60,
antara garis rusuk dan sirippungung ada 13 ban's sisik. Sedangkan pada T.
vaillanti sisik garis rusuk 57 danantara garis rusuk dan permulaan sirip
punggung ada 11 baris sisik.
HABITAT IKAN MOTAN
(THYNNICHTHYS THYNNOIDES)
Ikan
motan (Thynnichthys thynnoides) merupakan ikan air tawar yang hidup di sungai
besar, kanal, danau tapal kuda, dan rawa banjiran (Shelly, 2008). Kottelat et
al. (1993) menyatakan bahwa ikan ini terdistribusi di Sumatera, Kalimantan,
Malaya dan Indochina.
CIRI-CIRI IKAN MOTAN
(THYNNICHTHYS THYNNOIDES)
Mempunyai
sisik berwarna putih keperakan, ukuran :panjang lebih besar daripada ukuran
tinggi tubuhnya, dan bentuk bilateral simetris. Kepala meruncing, mulutnya
terletak di ujung depan kepala atau agak ke bawah dan kecil, moncongnya dapat
ditonjolkan ke depan, tapi tidak ada bibir atas dan rahang bawah. Lipatan bibir
yang kecil pada sudut rahang, overculum mempunyai kelopak yang besar, garis
rusuk lurus dan memanjang ke tengah-tengah ekor, sirip dorsal kecil, dan
terletak sejajar dengan sirip ventral. Memiliki tidak lebih delapan ruji
bercabang, tapi tidak mempunyai sisir insang. Gelembung renang terdiri atas dua
bagian, di mana bagian belakang lebih kecil dari bagian depan (Mohsin dan
Ambak, 1992).
TINGKAH LAKU IKAN
MOTAN (THYNNICHTHYS THYNNOIDES)
Menurut
Murtini (2006), ikan motan melakukan pemijahan secara parsial dan berkala
karena mengalami kematangan gonad secara bertahap dari bulan ke bulan
berikutnya. Ikan ini bersifat potamodromus, yaitu melakukan migrasi dari sungai
ke rawa banjiran untuk melakukan pemijahan saat volume air di rawa banjiran
meningkat. Ikan motan merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang paling
banyak diminati dan dicari nelayan di daerah Kampar Kiri (Simanjuntak et al.,
2006).
FISIOLOGI IKAN MOTAN
(THYNNICHTHYS THYNNOIDES)
Ikan
air tawar cenderung untuk menyerap air dari lingkungannya dengan cara osmosis,
terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan lingkungannya. Insang ikan air tawar secara aktif memasukkan
garam dari lingkungan ke dalam tubuh. Ginjal akan memompa keluar kelebihan air
sebagai air seni. Ikan air tawar harus selalu menjaga dirinya agar garam tidak
melarut dan lolos ke dalam air. Ginjal mempunyai glomeruli dalam jumlah banyak
dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam-garam
tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni sebanyak-banyaknya.
Ketika cairan dari badan malpighi memasuki tubuli ginjal, glukosa akan diserap
kembali pada tubuli proximallis dan garam-garam diserap kembali pada tubuli
distal. Dinding tubuli ginjal bersifat impermiable (kedap air, tidak dapat
ditembus) terhadap air. Ikan mempertahankan keseimbangannya dengan tidak banyak
minum air, kulitnya diliputi mucus, melakukan osmosis lewat insang, produksi
urinnya encer, dan memompa garam melalui sel-sel khusus pada insang. Secara
umum kulit ikan merupakan lapisan kedap, sehingga garam di dalam tubuhnya tidak
mudah bocor kedalam air. Satu-satunya bagian ikan yang berinteraksi dengan air
adalah insang (Wahyuningtyas, 2012)
REPRODUKSI IKAN MOTAN
(THYNNICHTHYS THYNNOIDES)
(Cassie,
1954 dalam Effendie, 1992):
1.
Tingkat kematangan gonad I: ovari seperti benang, panjangnya sampai ke depan
rongga tubuh, warna jernih atau transparan, dan butir telur belum kelihatan.
2.
Tingkat kematangan gonad II: ukuran ovari lebih besar, berwarna lebih gelap
kekuning-kuningan, butir telur mulai terlihat tapi belum jelas.
3.
Tingkat kematangan gonad III: ovari berwarna kuning.Secara morfologi, telur
mulai diamati butirannya dengan mata.
4.
Tingkat kematangan gonad IV: ovari makin besar, telur berwarna kuning, butir
telur mudah dipisahkan, mengisi 50-60% rongga perut, dan usus agak terdesak.
5.
Tingkat kematangan gonad V: ovari berkerut habis memijah, dinding tebal, dan
butir telur sisa terdapat di dekat pelepasan. Perkembangan ovari kembali
seperti pada tingkat II.
Menurut
Sukendi (2008),khusus untuk ikan betina, proses reproduksi yang memegang peranan penting dalam
menghasilkan calon induk untuk dipijahkan adalah tahap vitelogenesis.
vitelogenesis adalah proses induksi dan sintetis vitelogenin di hati oleh
hormon estradiol-17beta, serta penyerapan vitelogenin yang terbawa aliran darah
kedalam oosit secara berurutan dan teratur Sehingga hati merupakan organ yang
memiiiki protein-protein pengikat yang sangat spesifik terhadap
estradiol-17beta dan memiiiki respon terhadap rangsangan hormonal tersebut
dengan mensintesis dan mensekresikan vitelogenin kedalam darah. Pada induk ikan
jantan, proses reproduksi yang memegang peranan penting dalam menghasilkan
calon induk untuk dipijahkan adalahtahap seprmatogenesis. Proses ini meliputi
penggandaan/proliferasi spermatogonia melalui pembelahan mitosis yang
berulang-ulang dan membentuk spermatosit primer, selanjutnya mereduksi
(meitosis) membentuk spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder membelah
menjadi spermatid yang selanjutnya mengadakan metamorfose menjadi gamet yang
bergerak (motil) disebut dengan spermatozoa. Proses metamorfosa spermatid
menjadi spermatozoa disebut dengan spermatogenesis.
MANFAAT IKAN MOTAN
(THYNNICHTHYS THYNNOIDES)
Ikan
Motan ini selalu disenangi oleh masyarakat termasuk juga jenis ikan airtawar
yang memungkinkan untuk didomestikasi, karena jenis ikan Motan ini
selaludijumpai di kolam hidup bersama dengan ikan Mas ataupun ikan Kapiek atau
jenisikan air tawar lainnya di Sungai Kampar (Fauzi, 1978).
PERAN IKAN MOTAN
(THYNNICHTHYS THYNNOIDES) DI PERAIRAN
Nugroho
(1992) menduga bahwa populasi ikan motan di sistem aliran Sungai Batang Hari,
Jambi, telah mengalami penurunan. Padahal
menurut Kartamihardja (2007), ikan motan merupakan salah satu ikan yang dapat
dipertimbangkan sebagai ikan tebaran di
zona limnetik waduk Ir. H. Djuanda, Jawa Barat karena ikan pemakan plankton ini
dianggap dapat mengurangi tingkat kelimpahan plankton yang tinggi di perairan
tersebut.
PENULIS
Wiji Dina Anggraini
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Effendi,I.2002.
Probiotics of Marine Organisme Disease Protection. Pekanbaru: FPIK. Universitas
Riau. 72 hlm.
Effendie,
M. I. 1992. Metoda Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bagian
Ichtiology.Institut Pertanian Bogor. 112 pp.
Effendie,
M.I. 1978. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama,Yokyakarta.
https://docplayer.info/73158492-Ii-tinjauan-pustaka-biologi-ikan-motan-t-thynnoides-blkr.html
Kartamihardja,
E. S. 2007. Spektra ukuran biomassa plankton dan potensi pemanfaatannya bagi
komunitas ikan di zona limnetik Waduk Ir. H. Djuanda, Jawa Barat. Disertasi.
Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 137 pp.
Kottelat,
M, AJ Whitten, SN Kartikasari, S Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of
Western Indonesia and Sulawesi: Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan
Sulawesi. Jakarta: Periplus Editions (HK) Ltd.
Mohsin,
A. K. M. & A. M. Ambak. 1992. Freshwater Fishes of Western Peninsular
Malaysia. Penerbit University Pertanian. Malaysia.
Murtini,
S. 2006. Biologi Reproduksi Ikan Motan (Thynnichthys polylepis) secara
Histologi di Waduk Kotopanjang, Kabupaten Kampar, Riau. Manajemen Sumber Daya
Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. (Tidak
Dipublikasikan). 59 pp.
Nugroho,
LR. 1992. Strategi Adaptasi Ikan Ringo (Thynnichtys thynnoides, Blkr.) di
Perairan Daerah Aliran Sungai Batang Hari Propinsi Jambi [skripsi]. Bogor:
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Saanin,
H. 1968. Taksonomi dan Kuntji Identifikasi Ikan I. Bandung: Binatjipta.
Saanin,
H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. jIlid 1. Bina Cipta. Bandung.
256 hlm.
Shelly,T.
2008. Pertumbuhan Ikan Motan (Thynnichthys thynnoides Bleeker, 1852) Di Rawa
Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau. Bogor: FPIK, IPB.
Simanjuntak,
CPH, MF Rahardjo, S Sukimin. 2006. Iktiofauna Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri.
Jurnal Iktiologi Indonesia 6(2):99-109.
Sukendi,2008.
Peran Biologi Reproduksi Ikan dalam Bioteknologi Penelitian. Riau: FPIK,
Universitas Riau.
Taki,
Y. 1974. Fishes of The Lao Mekong Basin. Washington D. C. U. S. Agency for
International Development Agriculture Division.
Post a Comment for "Ikan Motan (Thynnichthys Thynnoides); Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll"