Ikan sidat (Anguilla
sp.) sampai saat ini telah ditemukan 18 spesies yang tersebar di Indo-Pasifik,
Atlantik dan Oseania (Fahmi dan Hirnawati 2010). Ikan Sidat yang dikelompokkan
menjadi 2 golongan besar yang didasarkan posisi dorsalnya yaitu long fin dan
short fin (Skrzynski 1974). Indonesia memiliki tujuh jenis ikan sidat dari
total 18 jenis di dunia. Ketujuh jenis itu, dapat digolongkan menjadi dua
kelompok yaitu yang kelompok bersirip punggung pendek dan kelompok yang
bersirip punggung panjang. Kelompok bersirip punggung pendek diantaranya adalah
Anguilla bicolor dan Anguilla bicolor Pacifica, sedangkan kelompok yang
memiliki sirip punggung panjang adalah Anguilla borneoensis, Anguilla
marmorata, Anguilla celebesensis, Anguilla megastoma dan Anguilla interioris
(KKP 2011).
KLASIFIKASI IKAN SIDAT (ANGUILLA BICOLOR)
klasifikasi
ikan sidat (Anguilla bicolor) sebagai berikut :
Filum
: Vertebrata
Sub
Filum : Craniata
Super
Kelas : Gnathostomata
Kelas
: Teleostei
Sub
Kelas : Actynopterigii
Ordo
: Anguilliformes
Sub
Ordo : Anguilloidei
Famili
: Anguillidae
Genus
: Anguilla
Spesies
: Anguilla bicolor
HABITAT IKAN SIDAT (ANGUILLA
BICOLOR)
Sidat
termasuk ikan katadromus, yaitu ikan yang dewasa berada di hulu sungai atau
danau, tetapi bila sudah matang gonad akan beruaya dan memijah disana. Memijah
di kedalaman laut hingga lebih dari 6.000 m, telur-telur naik ke permukaan dan
menetas menjadi larva. Larva sidat yang terbawa arus, bermetamorfosa menjadi
leptocephalus (berbentuk seperti daun), dan terus mengarungi samudera menuju
kepantai / perairan tawar.
Setelah
mencapai pantai dalam kurun waktu satu hingga tiga tahun, sudah berupa glass
eel dengan tubuh transparan hingga terlihat insang (berwarna merah terang) dan
hatinya. Di Pelabuhan Ratu, glass eel mencapaimuara sungai dengan ukuran 45-60
mm (0,15–0,2 g), sedang di Eropa mencapai ukuran 75-90 mm. Mencapai pantai,
glass eel memasuki muara sungai dan terus naik dan hidup di hulu-hulu sungai,
danau, dan rawa, atau tinggal di perairan rawa pasut atau perairan payau
FISIOLOGI IKAN SIDAT (ANGUILLA
BICOLOR)
Belut
(Monopterus albus) dan Sidat (Anguilla sp.) merupakan ikan bertulang sejati
yang hidup di air tawar yang memiliki kesamaan dan perbedaan secara fisiologis.
Namun kandungan nutrisinya terutama asam lemak belum tentu sama. Kandungan asam
lemak pada belut dan sidat didasarkan pada pola konsumsi dari keduanya. Oleh
karena itu tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk memperoleh minyak
hewani dari belut dan sidat serta mengetahui perbandingan komposisi asam lemak
yang terkandung didalamnya. Penelitian ini diawali dengan persiapan bahan
simplisia dan uji parameter mutu simplisia, selanjutnya dilakukan proses ekstraksi
minyak dengan cara refluks. Rendemen yang diperoleh pada minyak belut adalah
0,056% dan minyak sidat adalah 1,486%. Hasil uji parameter mutu minyak belut
dan sidat seperti bobot jenis adalah 0,652 dan 0,826; bilangan asam adalah
7,656 mg NaOH/gram dan 6,038 mg NaOH/gram; bilangan peroksida adalah 66,667 meq
oksigen/kg dan 21 meq oksigen/kg. Hasil analisis KG-SM pada minyak belut
mengandung asam heksadekanoat (asam palmitat) sebesar 100%, sedangkan minyak
sidat mengandung asam heksadekanoat (asam palmitat) sebesar 48,55% dan asam
9-oktasdesenoat (asam oleat) sebesar 51,44%.
MORFOLOGI IKAN SIDAT (ANGUILLA
BICOLOR)
Ikan
Sidat yang telah diambil darahnya, selanjutnya dibedah untuk diamati gonadnya.
Pengamatan morfologi gonad dilakukan untuk melihat jenis kelamin ikan (Beullens
et al., 1997) dan tipe gonad (Kagawa et al., 2005). Ikan Sidat yang telah
diambil darahnya, dibedah untuk diamati gonadnya. Pengamatan morfologi gonad
dilakukan untuk melihat jenis kelamin ikan (Beullens et al., 1997) dan tipe
gonad (Kagawa, 2005). Beullen et al., (1997)
membagi
bentuk gonad ikan Sidat menjadi 3 kelas yaitu bentuk benang tipis (gonad yang
belum terdiferensiasi, bentuk lobul (gonad jantan) dan bentuk lamela dengan
lipatan transversal (gonad betina). Kagawa (2005) mengelompokkan tipe gonad
berdasarkan bentuk morfologi yaitu tipe normal (gonad berada pada kedua sisi
rongga tubuh); tipe abnormal, gonad hanya berada pada salah satu sisi rongga
tubuh dan tipe steril (tidak terdapat gonad pada rongga tubuh)
CIRI-CIRI IKAN SIDAT (ANGUILLA
BICOLOR)
1.
Tubuh si terletak da yang relative kecil dadat berbentuj bulat memanjang
2.
Sekilas mirip belut yang dijumpai diareal persawahan
3.
Salah satu karakter yaitu baguan tubuh sidat yang memembedakan nya dari belut
adalah keberadaan sirip terletak pada dibelakang kepala sehingga telingga
sehingga mirip seperti daun telingga
REPRODUKSI IKAN SIDAT
(ANGUILLA BICOLOR)
Perkembangan
gonad sidat sangat unik dan jenis kelaminnya berkembang sesuai dengan kondisi
lingkungannya. Pada saat anakan kondisi seksualnya berganda sehingga tidak
mempunyai jaringan yang jelas antara jantan dan betinanya. Pada tahap
selanjutnya sebagian gonad akan berkembang menjadi ovari (indung telur) dan
sebagian lagi menjadi testis dengan perbandingan separuh dari populasinya
adalah jantan dan separuh lagi betina.
Dalam
siklus hidupnya, setelah tumbuh dan berkembang dalam waktu yang panjang di
perairan tawar, sidat dewasa yang lebih dikenal dengan yellow eel berkembang
menjadi silver eel (matang gonad) yang akan bermigrasi ke laut untuk memijah
(Rovara dkk., 2007).
Sidat
termasuk hewan yang bersifat katadormus karena pada ukuran anakan sampai dewasa
tinggal di perairan tawar namun ketika akan memijah beruaya ke laut dalam.
Pemijahan diperkirakan berlangsung pada kedalaman 400-500 meter dengan suhu
16-17 oC dan salinitas 35 permill. Jumlah telur yang dihasilkan (fekunditas)
setiap individu betina berkisar antara 7juta-13 juta butir dengan diameter
sekitar 1 mm (Matsui, 1982). Telur akan menetas dalam waktu 4-5 hari. Setelah
memijah induk sidat biasanya akan mati.
Benih
sidat yang baru menetas berbentuk lebar seperti daun yang dinamakan
leptocephalus yang memiliki pola migrasi vertikal, yaitu cenderung naik ke
permukaan pada malam hari dan siang hari turun ke perairan yang lebih dalam.
Selanjutnya benih akan berkembang dalam beberapa tahapan menjadi agak silindris
dengan warna agak buram yang dikenal dengan nama glass eel. Pada tahap glass
eel biasanya sudah mulai terdapat pigmentasi pada bagian ekor dan kepala bagian
atas (Tesch, 1977). Umur glass eel yang tertangkap di muara sungai diperkirakan
antara 118-262 hari dengan umur rata-rata 182,8 hari (Setiawan dalam Rovara,
2007). Panjang tubuh glass eel antara 5 – 6 cm dengan berat sekitar 0,2 gram.
TINGKAH LAKU IKAN
SIDAT (ANGUILLA BICOLOR)
Ikan
sidat termasuk dalam genus Anguilla, famili Anguillidae, seluruhnya berjumlah
19 spesies Di wilayah Pasifik Barat (sekitar perairan Indonesia) dikenal ada
tujuh spesies ikan sidat yaitu :Anguilla celebensis danAnguilla borneensis,
yang merupakan jenis endemik di perairan sekitar pulau Kalimantan dan Sulawesi,
Anguilla interioris dan Anguilla obscura yang berada di perairan sebelah utara
Pulau Papua, Anguillabicolor pasifica yang dijumpai di perairan Indonesia
bagian utara (Samudra Pasifik), Anguilla bicolor pasifica yang berada di
sekitar Samudra Hindia (di sebelah barat Pulau Sumatra dan selatan Pulau Jawa),
sedangkan Anguilla marmoratamerupakan jenis yang memiliki sebaran sangat luas
di seluruh perairan tropis.
Ikan
sidat termasuk dalam kategori ikan katadromus, ikan sidat dewasaakan melakukan
migrasi kelaut untuk melakukan pemijahan, sedangkan anakan ikan sidat hasil
pemijahan akan kembali lagi ke perairan tawar hingga mencapai dewasa.
Wilayah
penyebarannya meliputi perairan Indo-Pasifik, Atlantik dan Hindia. Ikan sidat
merupakan ikan nokturnal, sehingga keberadaannya lebih mudah ditemukan pada
malam hari, terutama pada bulan gelap. Ikan sidat betina lebih menyukai
perairan esturia, danau dan sungai-sungai besar yang produktif, sedangkan ikan
sidat jantan menghuni perairan berarus deras dengan produktifitas perairan yang
lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
perubahan produktifitas suatu perairan dapatmempengaruhi distribusi jenis kelamin dan rasio kelamin
ikan sidat. Perubahan produktifitas juga sering dihubungkan dengan perubahan
pertumbuhan dan fekunditas pada ikan sidat jantan tumbuh tidk lebih dari 44 cm
dan matang gonad setelah berumur 3-10 tahun.
Apabila
sudah datang masa untuk mengadakan ruaya, ikan sidat yang hidup dalam perairan
tertutup akan keluar mencari sungai yang menuju ke laut. Selama perjalanan
sampai ke tempat pemijahan, ikan sidat tidak makan dan mengalami perubahan
akibat perjalanan tersebut. Perubahan tersebut diantaranya adalah tubuhnya
menjadi kurus, matanya membesar sampai empat kali lipat, hidungnya semakin
lancip dan warna tubuhnya berubah menjadi warna silver. Ikan sidat mampu
mencapai jarak perjalanan ruaya hingga 4000 mil. Toleransi kedalaman untuk
pemijahannya yaitu pada kedalaman 400 meter, dengan suhu 16° – 17° C.
Di
Indonesia ikan sidat diindikasikan berpijah di Selatan Pulau Jawa, hal ini
didasarkan terdapatya larva ikan
tersebut di pantai Selatan Pulau jawa. Seperti Pelabuahan Ratu dan Cilacap.
Sidat (Anguilla sp.) tergolong gonokhoris yang tidak berdiferensiasi, yaitu
kondisi seksual berganda yang keadaannya tidak stabil dan dapat terjadi
intersex yang spontan.
Stadia
perkembangan ikan sidat baik tropik maupun subtropik (temperate) umumnya sama,
yaitu stadia leptochephalus, stadia metamorphosis, stadia glass eel atau elver,
yellow eel dan silver eel (sidat dewasa atau matang gonad). Setelah tumbuh dan
berkembang di perairan tawar, sidat dewasa (yellow eel) akan berubah menjadi
silver eel (sidat matang gonad), dan selanjutnya akan bermigrasi ke laut untuk
berpijah. Lokasi pemijahan sidat tropis
diduga berada di perairan Samudra Indonesia, tepatnya di perairan barat pulau
Sumatera Juvenil ikan sidat hidup selama
beberapa tahun di sungai-sungai dan danau untuk melengkapi siklus
reproduksinya. Selama melakukan ruaya pemijahan, induk sidat mengalami
percepatan pematangan gonad dari tekanan hidrostatik air laut, kematangan gonad
maksimal dicapai pada saat induk mencapai daerah pemijahan.
Proses
pemijahan berlangsung pada kedalaman 400 m, induk sidat mati setelah proses
pemijahan Waktu berpijah sidat di perairan Samudra Hindia berlangsung sepanjang
tahun dengan puncak pemijahan terjadi pada bulan Mei dan Desember untuk
Anguilla bicolor bicolor, Oktober untuk Anguilla marmorata, dan Mei untuk
Anguilla nebulosa nebulosa.Di perairan Segara Anakan, Anguillabicolor dapat
ditemukan pada bulan September dan Oktober, dengan kelimpahan tertinggi pada
bulan September.
Makanan
utama larva sidat adalah plankton, sedangkan sidat dewasa menyukai cacing,
serangga, moluska, udang dan ikan lain. Sidat dapat diberi pakan buatan ketika
dibudidayakan. Makanan terbaik untuk sidat pada stadia preleptochepali adalah
telur ikan hiu, dengan makanan ini sidat stadia preleptochepali mampu bertahan
hidup hingga mencapai stadia leptochepali.
Kedatangan
juvenil sidat di estuaria dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, terutama
salinitas, debit air sungai, air tawar dan suhu. Sidat yang sedang beruaya anadromous
menunjukkan prilaku hyperaktif yang tinggi, sehingga bersifat reotropis (ruaya
melawan arus). Sidat juga bersifat haphobi (menghindari massa air bersalinitas
tinggi) sehingga memungkinkan ruaya melawan arus ke arah datangnya air tawar.
Aktivitas
sidat akan meningkat pada malam hari, sehingga jumlah sidat yang tertangkap
pada malam hari lebih banyak daripada yang tertangkap pada siang hari. Hal ini
menunjukkan bahwa sidat cenderung memilih habitat yang memiliki salinitas
rendah. Salinitas merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap
kelimpahan. Kelimpahan sidat yang paling
tinggi terjadi pada saat bulan gelap.
Ikan
sidat mampu beradaptasi pada kisaran suhu 12◦C-31◦C, sidat mengalami peurunan
nafsu makan pada suhu lebih rendah dari 12◦C. Salinitas yang bisa ditoleransi
berkisar 0-35 ppm. Sidat mempunyai
kemampuan mengambil oksigen langsung dari udara dan mampu bernapas melalui
kulit diseluruh tubuhnya.
Salinitas
secara tidak langsung berpengaruh terhadap gas-gas terlarut dan daya racun
amoniak. Semakin tinggi salinitas maka kapasitas maksimum oksigen semakin
kecil. ikan sidat mempunyai kemampuan bernafas melalui kulit sekitar 60% dan
40% melalui insang. Apabila konsentrasi oksigen menurun hingga 1,0 – 2,0 ppm
maka ikan sidat akan sering muncul di permukaan air. Oksigen minimal yang
dibutuhkan oleh ikan sidat sekitar 3,0 ppm, bila kurang dari itu dan suhu
antara 20ºC – 23ºC akan mengurangi nafsu makan sehingga laju pertumbuhan akan
menurun. (Sumber : Makalah ikan sidat, Andri Irawan ; unsoed, 2008)
MANFAAT IKAN SIDAT (ANGUILLA
BICOLOR)
○
Meningkatkan daya ingat. ( Memiliki omega 3 yang sangat tinggi ).
○
Sebagai antioksidan dan meningkatkan imunitas tubuh.
○
Dapat menurunkan kandungan lemak jahat dalam darah.
○Mendorong
terbentuknya lemak pospat dan perkembangan otak besar.
○
Memperbaiki sirkulasi kapiler.
○
Mengobati pembuluh darah otak, rabun jauh/dekat, glaucoma dan penyakit mata
kering
Ikan
sidat (Anguilla bicolor) merupakan salah satu ikan budidaya yang memiliki nilai
ekonomis tinggi. Sidat memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan energi
ikan sidat mencapai 270 kkal/100 g, Kandungan vitamin A sidat mencapai 4700
IU/100 g tujuh kali lipat lebih banyak dari telur ayam, 45 kali lipat dari susu
sapi. Vitamin B1 sidat setara dengan 25 kali lipat kandungan vitamin B1 susu
sapi dan vitamin B2 sidat sama dengan 5 kali lipat kandungan vitamin B2 susu
sapi. Dibanding ikan salmon, sidat mengandung DHA (Decosahexaenoic acid, untuk
pertumbuhan anak) sebanyak 1.337 mg/100 gram sementara ikan salmon hanya 820
mg/100 gram atau tenggiri 748 mg/100 gram. Sidat memiliki kandungan EPA
(Eicosapentaenoic Acid) sebesar 742 mg/100 gram sementara salmon hanya 492
mg/100 gram atau tenggiri 409 mg/100 gram (Baedah 2010). Menurut Deelder (1984)
PERAN IKAN SIDAT (ANGUILLA
BICOLOR) DI PERAIRAN
Makanan
utama larva sidat adalah plankton, sedangkan sidat dewasa menyukai cacing,
serangga, moluska, udang dan ikan lain. Sidat dapat diberi pakan buatan ketika
dibudidayakan. Makanan terbaik untuk sidat pada stadia preleptochepali adalah telur ikan hiu, dengan
makanan ini sidat stadia preleptochepali mampu bertahan hidup hingga mencapai
stadia leptochepalus. Berikut ini adalah bentuk sidat (Anguilla bicolor) dari
fase leptocephalus sampai pada fase glass eel dapat dilihat pada gambar 4 di
bawah ini (Aoyama 2009). Ikan sidat berfungsi sebagai penyeimbang di ekosistem
tempat tinggalnya.
PENULIS
Yenni
Nur Hidayati
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2012
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
http://hargaikansidat.blogspot.co.id/2014/01/manfaat-sidat-bagi-kesehatan_18.html
diakses pada tanggal 19 Desember 2015 pada pukul 13.20
http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/farmasi/article/view/1949diakses pada tanggal 19 desember 2015 pada pukul 12.50
http://media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090129_2_4801.pdf
http://media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090129_2_4801.pdf
diakses pada tanggal 19 Desember 2015 pada pukul 12.30
http://www.wasiwa.com/2015/03/makalah-morfologi-dan-anatomi-ikan.html diakses pada tanggal 19 Desember 2015 pada
pukul 12.35
https://mazara30.wordpress.com/2012/06/03/160/
diakses pada tanggal 19 Desember 2015 pada pukul 13.15
https://plus.google.com/102058044058293447150/posts/21fDPYgMYky
diakses pada tanggal 19 Desember 2015 pada pukul 15.00
https://scholar.google.co.id/scholar?q=fisiologi+ikan+sidat+(anguilla+spp)&hl=en&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart&sa=X&ved=0ahUKEwjAlO_j2J7KAhWBC44KHZj3DxsQgQMIGDAA
diakses pada tanggal 19 desember 2015 pada pukul 12.55
Post a Comment for "Ikan Sidat (Anguilla Bicolor); Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll"