Ikan Wader Cakul (Puntius
binotatus) merupakan salah satu spesies Wader yang dibeberapa daerah di
Indonesia biasa disebut sebagai Beunteur (Sunda), Wader Bintik atau Wader Cakul
(Jawa), Puyan (Banjar), Tanah atau Sepadak (Bengkulu). Dalam bahasa Inggris
dikenal sebagai spotted barb atau common barb. Sedang dalam bahasa Malaysia
disebut Bunter, Putih, Tebal Sisek. Dalam bahasa ilmiah (latin) dinamakan
Puntius binotatus. Spesies Wader Cakul (Puntius binotatus). Ikan Wader Cakul
biasa ditemukan bersama spesies wader lainnya daerah tropis mulai dari pantai
hingga daerah berketinggian 2.000 meter diatas permukaan laut dengan kisaran pH
6 – 6.5 dan suhu perairan 24◦ - 26◦ C. Wader Cakul menyukai air selokan
dangkal, sungai bahkan danau yang berair jernih (Nelson, 2006).
KLASIFIKASI IKAN
WADER CAKUL
Menurut
Rahmawati (2006), klasifikasi ikan wader cakul (Puntius binotatus) adalah
sebagai berikut:
Kelas : Pisces
Subkelas
: Teleostei
Ordo
: Cypriniformes
Suborodo
: Cyprinodea
Famili
: Cyprinidae
Genus
: Puntius
Spesies
: Puntius binotatus
MORFOLOGI IKAN WADER
CAKUL
Menurut
Kottelat, et al. (1993), sirip punggung ikan wader cakul (Puntius binotatus) memiliki 7-10 jari-jari
bercabang dan sirip duburnya memiliki 5-6 jari-jari bercabang. Jari-jari
terakhir sirip dubur tidak mengeras.jari-jari sirip punggung ada yang
bergerigi, dan ada yang tidak bergerigipada bagian belakangnya. Mulutnya kecil,
bibir halus dan tidak ada tonjolan di ujung rahang bawah.
Menurut
Saanin (1984), ikan wader cakul (Puntius binotatus) perutnya membundar,
memiliki 2 pasang sungut, mulutnya dapat disembulkan, rahang tidak bergerigi.
Memiliki beberapa bercak hitam dan seluruh tubuhnya bersisik. Ikan wader cakul
(Puntius binotatus) memiliki gurat sisi yang lengkap. Memiliki kurang dari 40
sisik sepanjang gurat sisik, diantara gurat sisi dengan gurat sisi punggung
terdapat maksimal 7 sisik. Sekeliling batang ekor 12 sisik.
Morfologi
ikan Wader Cakul tubuhnya berwarna abu-abu kehijauan atau keperakan. Memiliki
dua buah tanda lingkaran kecil yang terdapat di pangkal sirip belakang dan di
tengah batang ekor. Ukuran ikan ini kecil sampai sedang, yang sebagian besar
didapat dengan panjang total 10 cm, namun beberapa ikan ini mampu mencapai
panjang 17 cm. Perutnya membundar, memiliki 2 pasang sungut, mulutnya dapat
disembulkan, permulaan sirip punggung di depan permulaan sirip perut dan sirip
perut jauh ke belakang, di muka dubur, rahang tidak bergigi. Sirip punggung
ikan wader memiliki beberapa jari-jari lemah mengeras dengan bagian belakangnya
bergerigi dan 7-9 jari-jari lemah, sirip duburnya memiliki beberapa jari-jari
lemah mengeras dan 5 jari-jari lemah bercabang, jari-jari lemah mengeras paling
belakang tidak bergerigi. Ikan ini memiliki ukuran kepala 3,3 - 4,5 kali lebar
mata, dan tinggi batang ekornya sama dengan panjangnya dan 1/3 - 1/2 kepala.
Ikan ini memiliki beberapa bercak hitam dan seluruh tubuhnya bersisik (Nelson,
2006).
Saanin
(1984) dalam Rahmawati (2006), menguraikan bahwa ikan ini perutnya
membundar, memiliki 2 pasang sungut, mulutnya dapat disembulkan, permulaan
sirip punggung berada di depan permulaan sirip perut dan sirip anus jauh ke
belakang di muka dubur, rahang tidak bergerigi. Sirip punggung ikan wader memiliki
beberapa jari-jari lemah mengeras dengan bagian belakangnya bergerigi dan 7-9
jari-jari lemah; sirip duburnya memiliki beberapa jari-jari lemah mengeras dan
5 jari-jari lemah bercabang; jari-jari lemah mengeras paling belakang tidak bergerigi.
Ukuran kepala 3,3 – 4,5 kali dari lebar mata, tinggi batang ekor sama dengan
Panjang ejor dan 0,3 – 0,5 kepala. Ikan memiliki beberapa bercak hitam dan
seluruh tubuhnya bersisik. Puntius
binotatus memiliki karakter berupa tubuh yang licin, mempunyai empat sungut, gurat sisi sempurna, jari-jari terakhir sirip dorsal mengeras dan bergerigi,
4 ½ sisik antara gurat sisi dan awal sirip dorsal, bintik hitam pada bagian depan
sirip dorsal dan bagian tengah batang ekor, ikan muda dan dewasa memiliki 2
hingga 4 titik atau lonjong di tengah badan. (Kottelat et al., 1993 dalam
Dwinda dkk., 2012).
CIRI-CIRI IKAN WADER
CAKUL
Ikan
wader cakul (Puntius binotatus) mempunyai variasi pola warna khusus
berdasarkan ukuran atau umur, yaitu ikan
muda terdapat bintik-bintik bulat yang memanjang di pertengahan tubuh, makin dewasa
berubah menjadi garis hitam, selai itu
terdapat bintik bulat berwana hitam pada pangkal sirip punggung dan pangkal
ekor yang umum dijumpai pada ikan muda
maupun dewasa (Haryono,2006)
HABITAT IKAN WADER
CAKUL
Menurut
Hashim et al.,(2012) dalam Mujtahidah (2013),penyebaran ikan wader cakul
meliputi sungai-sungai yang terdapat di Malaysia dengan 4 spesies lainnya yang
tergolong family Cyprinidae .
Ikan
ini berasal dari Asia dan penyebaran terluas berada di wilayah Brunei
Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand dan
Vietnam, tetapi juga diperkenalkan di Singapura dan Palau. Ikan ini di habitat
aslinya dapat ditemukan di daerah pegunungan, sungai, dan danau (Lim et al.,
2013) .
REPRODUKSI IKAN WADER
CAKUL
Menurut
Effendie (2002), sifat seksual primier
ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung yang berhubungan dengan
proses reproduksi, yaitu ovarium beserta pembuluhnya pada ikan betina dan
testis pada pembuluhnya pada ikan jantan.
Menurut
Iswahyudi (2013) dalam Mujtahidah (2013), proses pemijahan ikan wader cakul
berlangsung pada malam hari, induk ikan jantan dan ikan betina saling
berkejaran dan berdampingan kemudian mengeluarkan terlurnya secara bertahap
yakni 4-5 kali. Ciri-ciri telur ikan wader cakul bersifat adhesive (menempel
pada substrat) dan berwarna bening. Frkunditasnya bekisar antara 3.586-7.814
butir. Perkembangan telur ikan wader cakul mengalami beberapa tahapan atau
fase, yaitu: stadium cleavage, stadium morula ,staaium blastula, stadium gastrula,
organogenesis dan menetas. Stadium cleavage,terjadi satu jam setelah pembuahan.
Stadium morula, terjadi dua jam dua puluh tiga menit setelah pembelahan.
Stadium blastula terbentuk setelah stadium morula, terjadi enam jam setelah
pembelahan. Stadium gatrula, terjadi tujuh jam setelah pembuahan.
Organogenesis, terjadi sembilan jam setelah pembuahan dan menetas pada dua
puluh empat jam setelah pembuahan.
PERAN IKAN WADER
CAKUL DI PERAIRAN
Terjadi
dari permukaan laut untuk setidaknya 2.000 m di atas permukaan laut dan umumnya
ditemukan di bawah air terjun di sungai gunung terpencil dan pulau-pulau kecil
yang dihuni oleh beberapa ikan air tawar lainnya (Mendiami menengah ke sungai
besar, badan air tergenang termasuk kanal mengalir lamban dan brooks Mekong
tengah (Ditemukan di tengah untuk kedalaman bawah di perairan cukup dangkal di
mana ia makan pada zooplankton, larva serangga dan beberapa tanaman vaskular
(Fishbase,2015)
FISIOLOGI IKAN WADER
CAKUL
Pada
umumnya ikan juga memiliki sistem pencernaan layaknya manusia, adapun saluran
atau sistem pencernaan pada ikan adalah Mulut, Esophagus, Lambung, Usus dan
Anus (Sinjai, 2013). Menurut Sambas (2010) dalam Mujtahidah (2013), pencernaan
secara fisik dan mekanik dimulai di bagian rongga mulut yaitu dengan berperannya
gigi pada proses pemotongan dan penggerusan makanan. Pencernaan secara mekanik
ini juga berlangsung di segmen lambung dan usus yaitu melalui gerakan-gerakan
(kontraksi) otot pada segmen tersebut. Pencernaan secara mekanik di segmen
lambung dan usus terjadi lebih efektif oleh karena adanya peran cairan
digestif. Pada ikan, pencernaan secara kimiawi dimulai dibagian lambung, hal
ini dikarenakan cairan digestif yang berperan dalam proses pencernaan secara
kimiawi mulai dihasilkan di segmen tersebut yaitu disekresikan oleh kelenjar
lambung. Pencernaan ini selanjutnya disempurnakan di segmen usus. Cairan
digestif yang berperan pada proses pencernaan di segmen usus berasal dari
hati,pankreas dan dinding usus itu sendiri. Kombinasi antara aksi fisik dan kimiawi
inilah yang menyebabkan perubahan makanan dari yang asalnya bersifat komplek
menjadi senyawa sederhana atau yang asalnya berpartikel makro mrnjadi partikel
mikro. Brntuk partikel mikro inilah makanan menjadi zat terlarut yang
memungkinkan dapat diserap oleh dinding usus yang selanjutnya diedarkan ke
seluruh tubuh.
TINGKAH LAKU IKAN
WADER CAKUL
Menurut
Sitanggang dan Sarwono (2002),Wader cakul memijah di perairan terbuka pada saat
menjelang gelap. Setiap kali bertelur, ikan ini menyebarkan antara 200 - 500
butir telur di antara tumbuh-tumbuhan air. Telur-telur ini akan menetas sekitar
48 jam kemudian, dan selama beberapa hari berikutnya burayak (anak ikan) akan
berlindung di sela-sela daun tanaman air. Ikan wader dewasa tidak akan
segan-segan untuk memangsa telur ataupun burayak dari jenisnya sendiri (
kanibal ).
MANFAAT IKAN WADER
CAKUL
Ikan
Wader Cakul (Puntius Binotatus) merupakan salah satu jenis ikan di perairan
tawar indonesia yang bernilai ekonomis tinggi, banyak ditemukan di danau,
kolam, waduk, sungai maupun selokan tang airnya jernih. Hasil dari pemanfaatan
ikan ini, sampai saat ini masih diperoleh dari kegiatan penangkapan yakni
mengandalkan pasokan dari alam dan belum ada upaya untuk membudidayakan (WPI,
2010) Dalam (Mayang, 2014).
PENULIS
Wiji Dina Anggraini
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
EDITOR
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
FPIK
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR PUSTAKA
Effendi,I.2002.
Probiotics of Marine Organisme Disease Protection. Pekanbaru: FPIK. Universitas
Riau. 72 hlm.
Fishbase,2015.
Puntius binotatus. http://fishbase.org. Diakses 15 Desember 2015 Pukul 19.00
WIB.
Haryono.2006.
Studi Morfometrik Ikan Wader Goa (Puntius microps Gunther,1868) Yang Unik Dan
Dilindungi Undang-Undang Pusat Penelitian Biologi-Lipi Gd. 34 hlm.
http://eprints.umm.ac.id/56911/4/BAB%20II.pdf
http://eprints.umm.ac.id/57291/43/BAB%20II.pdf
Kottelat,
M, AJ Whitten, SN Kartikasari, S Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of
Western Indonesia and Sulawesi: Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan
Sulawesi. Jakarta: Periplus Editions (HK) Ltd.
Lim,L.S.W.K.Chor,A.D.Tuzan,L.Malltam,R.
Gondlpon and J. Ransangan. 2013. Length-Weight Relationships Of The
Pond-Cultured Spotted Barb. International Research Journal Of Biological
Sciences. 2(7): 61-63.
Mayang,
C. D. 2014. Pengaruh Pemberian Probiotik dengan Dosis yang Berbeda Terhadap
Kelulushidupan dan Laju Pertumbuhan Ikan Wader Cakul (Puntius Binotatus).
SKRIPSI. Program Studi Budidaya Perairan Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan
Universitas Brawijaya Malang. 87 Halaman.
Mujtahidah,Tholibah.
2913. Siklus Reproduksi Ikan Wader Cakul (Puntius binotatus) Pada Pertengahan
Musim Penghujan Tahun 2013/2014[Skripsi]. Malang: FPIK, Universitas Brawijaya.
Rahmawati,I.
2006. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Beunteur C.V. 1882, Famili Cypronidae Di
bagian Hulu Daerah Aliram Sungai (DAS) Ciliwing, Jawa Barat. IPB. 60 hlm.
Saanin,
H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. jIlid 1. Bina Cipta. Bandung.
256 hlm.
Sinjai,R.2013.
Anatomi atau Sistem Pencernaan Pada Ikan. Kanisius.Yogyakarta.63 hlm.
Sitanggang,M
dan Sarwono. 2002. Budidaya Wader Cakul. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Depok.
72 hlm.
Post a Comment for "Ikan Wader Cakul; Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll"