Ceratium Sp merupakan fitoplantkon berwarna
coklat, tergabung dalam genus yang berbentuk menajam (armoused). Termasuk dalam
kelas dynoflagellata.
KLASIFIKASI
CERATIUM SP
Menurut Naksar (2012), klasifikasi
dari Ceratium sp yaitu:
Kingdom : Protista
Phylum : Protozoa
Kelas : Phytomastigophorea
Ordo : Dinoflagellida
Family : Ceratideae
Genus : Ceratium
Spesies : Ceratium sp
MORFOLOGI
CERATIUM SP
Memiliki bentuk umum yaitu terdiri
membran vesikel berisi lapisan – lapisan theca yang cukup nyata, memiliki
substansi cadangan utama berupa karbohidrat dan garam, memiliki nukleus yang
besar dengan penampilan berbentuk seperti manik – manik, Ceratium sp juga
memiliki trichocysr dan stigma (Nybakken, 1992).
Menurut Susyawati (2011), Ceratium
termasuk dalam kelas Pyrrophyta. Pyrrophyta merupakan alga uniselular (bersel
satu) dengan dua flagel yang berlainan, berbentuk pita, keluar dari sisi perut
dalam suatu saluran. Mengandung pigmen (klorofil A,C2 dan piridinin, sementara
yang lain memiliki klorofil A,C1,C2 dan fucosantin) yang dapat berfotosintesis.
Hanya dinoflagellata yang memiliki kemampuan untuk berfotosintesis. Alga api
ini berbentuk sel tunggal dan bentuk filamennya bercabang. Dikelompokkan
sebagai protista autotrof oleh adanya klorofil a dan c, tetapi tidak mempunyai
klorofil b pigmen xantofil yang khas yaitu peridinin, neoperidinin, dinoxanthin
dan neodinoxanthin) dan b karoten yang memberikan warna coklat atau warna
coklat emas. Pyrrophyta memiliki alat gerak berupa flagel sebanyak 2 buah, satu
buah melingkar sedangkan satu lagi berada dibagian posterior. Ada juga falgel
yang terletak di bagian lateral. Bila flagel yang melingkar bergerak, maka sel
akan berputar dan bila flagel bagian posterior yang bergerak maka sel akan
maju.
HABITAT
CERATIUM SP
Menurut Taylor et al (1995) dalam
Praseno dan Sugestiningsih (2000), Ceratium sp biasanya tersebar sangat luas di
perairan pantai dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap variasi salinitas
yang besar (5 -70 ‰). Berbeda halnya dengan ceratium yang saya teliti, jumlah Ceratium
sp yang kita amati cukup banyak, dengan dibuktikan oleh 3 X penemuan pada saat
praktium berlangsung. Ceratium sp merupakan phytoplankton yang jumlahnya
dipengaruhi oleh salinitas lingkungan.
FISIOLOGI
CERATIUM SP
Ceratium sp hidup di air laut ataupun
air tawar, mempunyai tiga prosesus dinding sehingga berbentuk seperti terompet,
yang satu pada akhir tubuh, sedang yang dua ditempat tubuh lain yang tidak
digunakan untuk berlabuh. Ceratium furca juga dapat hidup meskipun dalam
kondisi nutrisi yang sangat rendah karena spesies ini merupakan organisme
heterotof yang mampu melakukan migrasi vertikal dari permukaan ke kolom air di
bawahnya dan sebaliknya, dan bersifat kosmopolit (Okaichi, 2003).
Tubuh dinoflagellata primitif pada
umumnya berbentuk ovoid tapi asimetri, mempunyai dua flagella, satu terletak di
lekukan longitudinal dekat tubuh bagian tengah yang disebut sulcus dan
memanjang ke bagian posterior. Sedangkan flagella yang lain ke arah transversal
dan ditempatkan dalam suatu lekukan (cingulum) yang melingkari tubuh tau bentuk
spiral pada beberapa belokan. Lekukan tranversal disebut girdle, merupakan
cincin yang sederhana dan jika berbentuk spiral disebut annulus. Flagellum
transversal menyebabkan pergerakan rotasi dan pergerakan kedepan, sedangkan
flagellum longitudinal mengendalikan air ke arah posterior
REPRODUKSI
CERATIUM SP
Meurut Susyawati (2011),
perkembangbiakkan dari ceratium yaitu dengan pembelahan sel yang bergerak. Jika
sel memiliki panser, maka selubung akan pecah. Dapat juga dengan cara protoplas
membelah membujur, lalu keluarlah dua sel telanjang yang dapat mengembara yang
kemudian masing – masing membuat panser lagi. Setelah mengalami waktu istirahat
zigot yang mempunyai dinding mengadakan pembelahan reduksi, mengeluarkan sel
kembar yang telanjang. Dengan pembelahan biner, yaitu pembelahan sel dengan sel
anak mendapatkan sebagian dari sel induk (sel anak yang membentuk dinding
baru).
Reproduksi pada dinoflagelata umumnya
adalah dengan pembelahan sel (binary fission). Laju pembelahan ini akan sangat
tinggi bila lingkungannya optimal, meskipun terdapat variasi antar jenis dan
antar waktu. Masa penggandaan (doubling time) pada Peridinium misalnya berkisar
10 hingga 50 jam, Prorocentrum berkisar 12 hingga 127 jam, Exuviella antara 15
hingga 90 jam, dan Ceratium furca maksimum 48 Jam (Sachlan, 1982).
TINGKAH
LAKU CERATIUM SP
Cahaya sangat mempengaruhi tingkah
laku organisme akuatik. Algae planktonik menunjukkan respom yang berbeda
terhadap perubahan intensitas cahaya. Perubahan intensitas cahaya menyebabkan
Ceratium hirudinella (Dinoflagellata) melakukan pergerakan vertikal pada kolom
air (Jeffries dan Mills, 1996)
PERAN
CERATIUM SP DI PERAIRAN
Ceratium furca mampu berkompetisi
dengan spesies fitoplankton lain, terutama dalam hal ketersediaan nutrisi,
cahaya matahari, dan faktor lingkungan lain. Ceratium furca sering ditemukan
dalam jumlah melimpah dan mendominasi spesies lain. Oleh karena itu, C. furca
lebih sering blooming, yang mengakibatkan kematian massal organisme laut karena
dapat terjadi deplesi oksigen pada perairan dan mempengaruhi kultur atau sumber
daya lain (GEOHAB, 2001).
Ceratium furca juga merupakan penyebab
red tide dari kelompok Dinoflagellata, yang ditemukan di seluruh stasiun.
Spesies tersebut merupakan organisme heterotof yang mampu melakukan migrasi
vertikal dari permukaan ke kolom air di bawahnya dan sebaliknya, dan bersifat
kosmopolit (Okaichi, 2003; Tomas, 1997).
Gymnodinium sanguineum umumnya
menyebabkan red tide dan deplesi oksigen terhadap invertebrata dan ikan.
Gymnodinium sanguineum sering ditemukan blooming bersamaan dengan Ceratium
furca, yang dapat menyebabkan air berubah warna menjadi merah, bahkan berkaitan
dengan kematian ikan (Hallegraeff, 1991).
Berdasarkan data monitoring dari Dinas
Kelautan dan Perikanan (2006) di perairan Sidoarjo ditemukan spesies yang
berpotensi menyebabkan HABs yaitu Ceratium fucus, Ceratium tripos dan
Dinophysis caudata. Sedangkan Perairan Sidoarjo merupakan daerah penting bagi
nelayan sekitar karena telah lama dijadikan sebagai area penangkapan perikanan.
Sehingga pemanfaatan tersebut harus didukung dengan adanya informasi mengenai
potensi dan ancaman di perairan Sidoarjo agar dapat digunakan se-optimal
mungkin dan untuk mempermudah dalam pengelolaan. Penelitian ini bertujuan untuk
menginventarisasi serta mengetahui kepadatan dan distribusi fitoplankton yang
berpotensi menyebabkan HABs di perairan Sidoarjo.
PENULIS
Muhammad Arief
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2014
EDITOR
Gery Purnomo Aji Sutrisno
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
PENULIS
Muhammad Arief
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2014
EDITOR
Gery Purnomo Aji Sutrisno
FPIK Universitas Brawijaya Angkatan 2015
Post a Comment for "Ceratium Sp Atau Ceretium Adalah; Klasifikasi, Morfologi, Habitat Dll"