Klasifikasi Amphisolenia
Menurut
Hauer (1963):
Kingdom
: Chromista
Phylum
: Myzozoa
Class : Dinophyceae
Order : Dinophysiales
Family
: Amphisoleniaceae
Genus
: Amphisolenia
Spesies
: Amphisolenia sp.
Morfologi Amphisolenia
Dinophysiid
dinoflagellate, body extremely elongate and thin; epicone much reduced; lower
part of hypocone may be branched; tropical marine.
Dinophysialeans
in which the motile cell is more than four times as long as it is broad. The
ventral pore is on the ventral episome and the flagellar pore is significantly
posterior to the cingulum.
Reproduksi Amphisolenia
Reproduksi
pada dinoflagelat umumnya adalah dengan pembelahan sel (binary fission). Laju
pembelahan ini akan sangat tinggi bila lingkungannya optimal, meskipun terdapat
variasi antar jenis dan antar waktu. Masa penggandaan (doubling time) pada
Peridinium misalnya berkisar 10 hingga 50 jam, Prorocentrum berkisar 12 hingga
127 jam, Exuviella antara 15 hingga 90 jam, dan Ceratium furca maksimum 48 Jam
(Sachlan, 1982).
-
Depth range based on 154 specimens in 10 taxa.
-
Water temperature and chemistry ranges based on 72 samples.
Environmental ranges:
-
Depth range (m): 0 – 150
-
Temperature range (°C): 11.025 - 28.600
-
Nitrate (umol/L): 0.178 - 17.101
-
Salinity (PPS): 34.353 - 39.066
-
Oxygen (ml/l): 2.063 - 5.866
-
Phosphate (umol/l): 0.096 - 1.151
-
Silicate(umol/l):0.818-14.676
Graphical
representation:
-
Depthrange (m): 0 -150
-
Temperature range (°C): 11.025 - 28.600
-
Nitrate (umol/L): 0.178 - 17.101
-
Salinity (PPS): 34.353 - 39.066
-
Oxygen (ml/l): 2.063 - 5.866
-
Phosphate (umol/l): 0.096 - 1.151
-
Silicate(umol/l):0.818-14.676
Fisiologi Amphisolenia
Physical Description:
-
Cell Volume = 426.580 µm3 (Barton dan
Finkel et al, 2013)
-
Cell Mass = 0.0407 µm3 (Barton dan
Finkel et al, 2013)
Dinding
sel pada dinoflagelata ada yang berupa dinding selulosa yang tebal dan kuat
yang bisa berupa pelat – pelat yang melindungi sel. Oleh karenanya,
dinoflagelata yang memiliki pelat –pelat ini disebut tibe berperisai. Ada pula
dinoflagelat tipe telanjang, yang tidak memiliki pelat perisai. Ciri - ciri
pelat perisai Ciri - ciri pelat perisai ini merupakan hal penting untuk
identifikasi jenis (Sachlan,1982).
Tingkah Laku Amphisolenia
Banyak
yang dapat membentuk sista. Beberap jenis dapat membalut dirinya dengan lapisan
bergelatin sebagai tahap istirahat. Yang lebih spesifik adalah dengan
pembentukan dinding tebal yang meliputi sael dan membentuk resting spore. Sista
dinoflagelat ini sering mengendap di dasar laut, dan disitu dia istirahat
sampai tiba saatnya bila lingkungannya mendukung dia tumbuh kembali sebagai
plankton. Lamanya dalam bentuk sista bisa sampai waktu yang sangat panjang,
misalnya pada Peridinium trochoideum bisa sampai sembilan bulan (Sachlan,
1982).
Pembentukan
sista ini dapat menyulitkan penelitian dan pengendalian HAB (Harmful Algae
Bloom). Salah satu dinoflagelat penyebab HAB, Pyrodinium bahamense var. compressum
misalnya, bila pengamatannya hanya berdasarkan contoh plankton saja mungkin
tidak menemukan apa-apa karena sebenarnya dia sedang istirahat panajng dalam
bentuk sista di dasar laut. Tetapi suatu waktu dia akan bangkit tumbuh dengan
populasi meledak sebagai plankton yang minumbulkan masalah lingkungan,
kesehatan dan ekonomi yang sangat merugikan (Sachlan, 1982).
Peran Amphisolenia di
Perairan
Ada
berbagai marga dinoflagelat yang sering dijumpai, antara lain Prorocentrum,
Peridinium, Gymnodinium, Noctiluca, Gonyaulax, Ceratium, Ceratocorys,
Ornithocercus, Amphisolenia. Banyak jenis dinoflagelat memiliki arti penting
bagi perikanan karena merupakan makanan bagi banyak jenis ikan yang bernilai
ekonomi (Sachlan, 1982).
Namun
disamping itu, banyak pula jenis dinoflagelat yang dapat menghasilkan toksin,
dan karenanya bila jenis-jenis ini tumbuh meledak akan menimbulkan kerugian
besar, misalnya dapat menimbulkan kematian massal ikan. Dapat juga terjadi
toksin dari dinoflagelat ini, lewat rantai pakan, akan ditransfer ke dalam
tubuh kerang-kerangan, dan bila orang memakan kerang tersebut akan dapat
menimbulkan gejala keracunan, dari gejala keracunan ringan hingga yang dapat
mematikan. Ledakan populasi Pyrodinium bahamense var. compressum misalnya,
telah dilaporkan pernah menyebabkan kasus kematian penduduk di berbagai tempat
di indonesia. Dinoflagelata juga dikenal banyak memiliki kemampuan bioluminisensi,
yakni menghasilkan cahaya dari proses yang terjadi di dalam tubuhnya. Noctiluca
scintillans misalnya, dapat menghasilkan cahaya biru muda. Suatu literatur
menyebutkan bahwa dengan konsentrasi sebesar 200 sel/liter noctiluca dapat
menghasilkan cahaya lemah, sedangkan dengan konsenstrasi 1000-2000 sel/liter
dapat menghasilkan cahaya yang lumayan kuat. Banyak dinoflagelata lain dapat
menghasilkan chaya bioliminisensi melalui reaksi enzimatis
luciferin-luciferase. Bila malam hari kita berlayar di laut akan sering kita
jumpai laut gemerlap bila tersibak ombak. Ini adalah bioluminisensi yang
disebabkan oleh berbagai jenis plankton, antara lain oleh dinoflagelata
(Sachlan, 1982).
Penulis
Rabella
Septi Fauziah
Fpik
Universitas Brawijaya Angkatan 2014
Editor
Gery
Purnomo Aji Sutrisno
Fpik
Universitas Brawijaya Angkatan 2015
Post a Comment for "Amphisolenia; Klasifikasi, Morfologi, Reproduksi Dll"