Faktor-Faktor
Ekosistem Kolam Fisika
Menurut Andayani et al. (2016), ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan masalah pada kolam budidaya antara lain, kotoran di kolam yang disebabkan
oleh residu pakan atau pembuangan metabolisme ikan dan udang. Hal ini akan
berdampak negatif pada lingkungan budidaya termasuk terjadinya penyakit pada
budidaya karena munculnya mikroorganisme penyebab penyakit dan blooming
plankton yang dapat menyebabkan gagal panen. Oleh sebab itu, sangat penting
untuk memperhatikan pengelolaan kualitas air pada kolam melalui parameter
fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut, dan lain-lain).
Menurut Tharavathy (2014), parameter
fisika pada kolam terdiri dari suhu air, transparansi dan total padatan. Suhu
air memainkan peran yang sangat penting dalam mengatur aktivitas hewan budidaya
dan kebutuhan oksigen terlarut dari hewan air lebih tinggi pada perairan
bersuhu hangat daripada perairan bersuhu dingin. Dalam budidaya, transparansi harus
dipertahankan pada tingkat 30-40 cm karena transparansi mempengaruhi tingkat
oksigen terlarut dan pH pada kolam. Jumlah total padatan terlarut dalam air
dihasilkan dari timbunan bahan organik, limbah dari pelet pakan buatan, kotoran
organisme dan pupuk yang digunakan dalam kolam dan secara tidak langsung dapat
menurunkan kedalaman air dan transparansi.
Faktor-Faktor
Ekosistem Kolam Kimia
Menurut Sagala (2013), karakteristik
kimia lingkungan terhadap kehidupan ekosistem kolam meliputi: sifat-sifat air (garam-garam
terlarut, komponen-komponen organik, komponen-komponen mineral, gas-gas
terlarut: meliputi oksigen, nitrogen, karbon dioksida). Selanjutnya dapat
dikatakan bahwa lingkungan fisiko-kimia sangat berkaitan terhadap terjadinya
atau keberadaan, pertumbuhan dan kerusakan algae serta ekologinya sering dapat
diinterpretasikan bilamana faktor-faktor lingkungan abiotiknya dipelajari
secara bersama-sama. Dinamika plankton adalah suatu proses hidrodinamika yang
terjadi dalam kolam yang dipengaruhi oleh faktor kimia seperti perubahan
gas-gas terlarut (DO dan CO2), dan kandungan hara atau nutrisi seperti fosfat
(PO4), nitrat (NO3), sulfat (SO4), potasium (K), sodium (Na), khlor (Cl), besi
(Fe) dan mineral-mineral lainnya.
Menurut Sudarsono (2014), pengukuran
parameter kimia meliputi pH yang diukur pada perairan kolam. Nilai pH pada
perairan umumnya berkisar antara 6,5 sampai 9,0 dan.nilai pH air normal adalah
sekitar 6 – 8. Seperti yang kita ketahui bahwa pH, BOD dan nitrat merupakan
bagian dari siklus hidro-ekologis yang tentunya antara faktor lingkungan dan
plankton saling berinteraksi. Sifat plankton yang aerob fakultatif akan
mempengaruhi BOD dan COD yang berada dalam perairan.
Faktor-Faktor
Ekosistem Kolam Biologi
Menurut Radiarta (2013), faktor
biologi merupakan salah satu faktor terpenting pada ekosistem kolam. Kelimpahan
organisme juga merupakan parameter biologi dari ekosistem kolam. Plankton
(fitoplankton dan zooplankton) mempunyai peran yang sangat besar dalam
ekosistem perairan, karena sebagai sumber makanan bagi hewan perairan lainnya.
Perairan yang subur tentunya dapat mendukung keanekaragaman sumberdaya biota
yang tersedia. Kesuburan perairan dapat diindikasikan dengan kelimpahan
fitoplankton yang tersedia. Perubahan terhadap kualitas perairan dapat ditinjau
dari kelimpahan dan komposisi fitoplankton. Keberadaan fitoplankton di suatu
perairan dapat memberikan informasi mengenai kondisi perairan tersebut. Bahkan
beberapa penelitian menggunakan indeks ekologi fitoplankton sebagai indikator
pencemaran.
Menurut Rahman et al. (2016),
kelimpahan organisme juga merupakan faktor biologi dari ekosistem kolam.
Plankton (fitoplankton dan zooplankton) mempunyai peran yang sangat besar dalam
ekosistem perairan. Keberadaan fitoplankton dipengaruhi oleh beberapa faktor,
di antaranya unsur hara, kondisi cahaya, suhu, pH, serta pemangsaan oleh
zooplankton dan ikan planktivor Fitoplankton merupakan salah satu organisme
perairan yang sangat penting berperan sebagai
produsen primer di perairan. Fitoplankton akan memberikan respons
terhadap perubahan kondisi perairan baik berupa perubahan pada kelimpahan,
jumlah jenis, maupun struktur komunitas fitoplankton.
Publisher
Gery Purnomo Aji Sutrisno
Fpik Universitas Brawijaya Angkatan
2015
Daftar
Pustaka
Andayani, S., R. Yuwanita and N, Izzah .2016.
Biofilter application using seaweed (Gracillaria verucosa) to increase
production of Vannameii shrimp in traditional pond district Bangil-Pasuruan.
Research Journal of Life Science. 3(1): 16-22.
Radiarta, I. N. 2013. Hubungan antara
distribusi fitoplankton dengan kualitas perairan di selat alas, kabupaten
sumbawa, nusa tenggara barat. Jurnal Bumi Lestari. 13(2): 234-243.
Rahman, A., N. T. M. Pratiwi dan S. Hariyadi
. 2016. Struktur komunitas fitoplankton di danau toba, Sumatera Utara(the
structure of phytoplankton communities in lake toba, North Sumatera). Jurnal
Ilmu Pertanian Indonesia. 21(2): 120-127.
Sagala, E. P. 2013. Dinamika dan komposisi
chlorophyceae pada kolam pemeliharaan ikan gurame berumur satu tahun dalam
permanen di Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Lir Barat 1 Palembang. Prosiding
Semirata FMIPA Universitas Lampung. 235-241 hlm.
Tharavathy, N. C. 2014. Water quality management in shrimp culture. Acta Biologica Indica. 3(1): 536-540.
Post a Comment for "Faktor-Faktor Ekosistem Kolam (Fisika, Kimia, Biologi) (Ekologi Perairan)"