Ikan
kerapu cantang (Mathew, 2009)
Klasifikasi
Ikan Kerapu Cantang
Peningkatan produksi dan kualitas
benih melalui hibridisasi dapat membantu kebutuhan benih pada perikanan
budidaya dan pembenihannya dapat diterapkan di masyarakat sebagai usaha yang
menguntungkan. Salah satu kerapu hasil hibridisasi adalah kerapu cantang hasil
persilangan antara ikan kerapu macan dan ikan kerapu kertang (Epinephelus
lanceolatus) (Ismi et al., 2013).
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Chondrichthyes
Subkelas : Ellasmobranchii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Serranidae
Genus : Epinephelus
Spesies : Epinephelus sp.
Morfologi
Ikan Kerapu Cantang
Ciri-ciri morfologi ikan kerapu
cantang antara bentuk tubuh pipih dan relatif membulat dengan ukuran lebar
kepala hampir sama dengan lebar badannya, warna kulit coklat kehitaman dengan 5
garis hitam melintang di bagian tubuhnya, semua sirip (pectoral, anal, ventral,
dorsal dan caudal) bercorak seperti kertang dengan dasar berwarna kuning
dilengkapi dengan bintik-bintik hitam, Bintik hitam juga banyak tersebar di
kepala dan didekat sirip pectoral dengan jumlah yang berlainan pada setiap
individu, sirip punggung semakin melebar kearah belakang, sirip punggung
menyatu yang terdiri atas 11 jari-jari keras dan 15 jari-jari lunak, sirip
pectoral terdiri atas 17 jari-jari lunak,
sirip ventral terdiri dari 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak,
sirip anal terdiri dari 2 jari-jari keras dan 8 jari-jari lunak, sedangkan
sirip caudal terdiri atas 13 jari-jari lunak (Mariskha dan Abdulgani, 2012).
Bentuk ekor kerapu cantang cenderung rounded, bentuk mulut lebar, superior
(bibir bawah lebih panjang dari bibir atas), tipe sisik stenoid (bergerigi) dan
bentuk gigi runcing (Peristiwaldi, 2006).
Habitat
Ikan Kerapu Cantang
Ikan kerapu macan hidup di daerah
karang sehingga biasa disebut kerapu karang. Sedangkan kerapu macan adalah ikan
yang hidup di dasar dengan daerah penyebaran mulai dari daerah pantai (coastal
area) dan perairan karang (coral reef). Kerapu macan tergolong ikan euryhaline,
yang toleran pada salinitas 12 - 35 ppt. namun demikian untuk pemeliharaannya
dibutuhkan salinitas 22 - 32 ppt (Mariskha dan Abdulgani, 2012).
Ikan kerapu Kertang di Indonesia,
tersebar di perairan Padang, Bengkulu, Kepulauan Seribu, Karimunjawa, Bawean,
Flores, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan. Kerapu macan hidup di habitat
berkarang sehingga popular juga dengan sebutan kerapu karang. Parameter
kualitas air yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu temperatur antara
24 - 31 °C, salinitas antara 30 - 33 ppt, kandungan oksigen terlarut lebih
besar dari 3,5 ppm dan pH antara 7,8 - 8,0. (Mayunar, 1999).
Reproduksi
Ikan kerapu cantang
Ikan kerapu (grouper) bersifat
"protogynous hermaprodit" dimana betina dewasa akan mengalami
perubahan kelamin (sex change) menjadi jantan, sehingga secara umum berat tubuh
(BW) induk jantan lebih besar dari betina. Perubahan kelamin pada kerapu betina
tergantung ukuran, umur dan spesies. Pada ikan kerapu cantang (Epinephelus
sp.), berat minimum betina matang gonad
adalah 2,5 kg dan induk jantan 5,4 kg
(Rayes et al., 2013).
Kematangan gonad dan musim pemijahan
ikan kerapu tergantung pada jenis dan kondisi atau lokasi perairannya. Pada
sebagian besar ikan kerapu di perairan Jamaika, terjadi pemijahan antara bulan
desember hingga april (puncaknya pada bulan januari dan februari), sedangkan
pada perairan Bermuda terjadi pemijahan antara mei hingga juni (puncaknya pada
bulan juni). Musim pemijahan ikan kerapu di Indonesia terjadi pada bulan juni
hingga november (Guiguen, 1994).
Kebiasaan
Makan Ikan kerapu cantang
Larva ikan kerapu cantang mulai diberi
makan pada hari ke 3 setelah menetas berupa rotifer dengan kepadatan awal 5-6
ind/ml. Saat larva sampai pada hari ke 2 sampai hari ke 25 pada tangki
pemeliharaan ditambahhkan Nannochloropsis sp. Sebagai green water disamping
sebagai pakan rotifer. Pellet diberikan pada larva umur 6 hari berupa mikro
pellet dengan kadar protein 25 % (Ismi, 2014). Ikan kerapu cantang adalah salah
satu ikan karnivora yang memiliki kebiasaan makan di malam hari berupa udang,
ikan-ikan pelagis kecil dan cacing. Makanan favorit ikan kerapu cantang adalah
udang dengan persentase 72,37-90%, ikan-ikan pelagis kecil 11,33 sampai 27,63%
dan cacing 12,49% (Ridho dan Enggar, 2016). Larva ikan kerapu cantang memakan
polycahets sebesar 15% dan alga Bacillarophyceae 9,3%. Penambahan mikroalga
sebagai pakan tambahan memiliki dampak positif pada berat tubuh ikan,
meningkatkan triglyceride dan protein di dalam sel otot, meningkatkan ketahanan
terhadap penyakit, mengurangi pengeluaran nitrogen ke lingkungan dan
meningkatkan pencernaan ikan (Hemaiswarya et al., 2011). Ikan kerapu cantang
berukuran 10-12 cm dengan berat 15-20 gram menyukai pakan hidup yang memiliki
kandungan protein sebesar 45-50% dan lemak 4-13% (Khrisna et al., 2016).
Kebiasaan makan ikan kerapu cantang
akan meningkat pada periode premonsoon dan monsoon yaitu bulan Juni sampai
Agustus. Kemudian kebiasaan makan akan menurun pada bulan Desember-Januari
(Udayosaundari et al., 2016). Kebiasaan makan akan meningkat pada musim panas,
karena pertumbuhan dan metabilosme ikan kerapu cantang juga meningkat seiring
dengan meningkatnya suhu. Aktivitas mencari makan dimulai pada pukul
16.00-17.00. Kebutuhan nutrisi ikan kerapu cantang hampir sama dengan kebutuhan
nutrisi ikan laut karnivora lainnya, meliputi protein (asam amino), lemak (asam
lemak), karbohidrat, vitamin dan mineral (Kamruzzaman et al., 2013).
Sistem
Pertahanan Tubuh Ikan Kerapu Cantang
Sistem kekebalan tubuh ikan terdiri
dari komponen sistem imun non spesifik. Sistem imun non spesifik ikan antara
lain terdiri dari penghalang fisik terhadap infeksi, pertahanan humoral dan
seluler berupa sel-sel fagositik (leukosit granulosit dan agranulosit). Ikan
teleostei memiliki sejumlah penghalang fisik terhadap infeksi antara lain kulit
dan mukus. Mukus memiliki kemampuan menghambat kolonisasi mikroorganisme pada
kulit, insang dan mukosa. Mukus ikan mengandung immunoglobulin alami yang dapat
menghancurkan patogen yang menginvasi dan bertugas sebagai pertahanan humoral
(Irianto, 2005). Pertahanan non-spesifik utama lainnya yaitu berupa sel-sel
fagositik, yang utamanya terdiri dari monosit, makrofag dan granulosit
(leukosit granular: neutropil, basofil dan eosinofil). Monosit mengalami
sirkulasi, adapun makrofag terikat pada jaringan (Robersen,1999). Aktifitas
fagositosis adalah suatu kegiatan sel-sel fagositik untuk melakukan fagositosis
dalam suatu system kekebalan non spesifik dengan melibatkan sel mononukleus
(makrofag) dan polimorfonukleus (neutrofil). Proses fagositosis meliputi
beberapa tahap yaitu kemotaksis, menangkap, memakan, memusnahkan dan mencerna.
Kemotaksis merupakan gerakan dimana sel-sel fagosit mendekati bakteri atau
virus (Hernawati et al., 2013).
Pada ikan terdapat populasi sel B dan
sel T yang sangat berperan dalam respon imunitas baik seluler maupun humoral
(Alifudin, 2002). Respon imun humoral diperantarai oleh antibodi yang
diproduksi oleh sel-sel limfosit B akan mengenali antigen-antigen mikrobia,
menetralisirnya, dan mengeliminasi mikroba tersebut dan antibodi bersifat
khusus Adapun imunitas yang adaptif seluler (cell-mediated immunity)
diperantarai oleh sel T (limfosit T) yang berperan dalam melakukan destruksi
sel-sel yang terinfeksi mikroba secara intraseluler (Shoemaker et al, 2001).
Penulis
Iddo Intheo Charistio
Fpik Universitas Brawijaya Angkatan
2014
Publisher
Gery Purnomo Aji Sutrisno
Fpik Universitas Brawijaya Angkatan
2015
Daftar
Pustaka
Ridho, M. R dan E. Patriono. 2016. Aspek reproduksi ikan kerapu cantang (Lates calcarifer Block) di Perairan Terusan Dalam Kawasan Taman Nasional Sembilang Pesisir Kabupaten Banyuasin. Jurnal Penelitian Sains. 18(1): 1-7.
Post a Comment for "Ikan Kerapu Cantang; Klasifikasi, Morfologi, Habitat, Reproduksi, Kebiasaan Makan, Sistem Pertahanan Tubuh"