Gambar Morfologi Iridoviridae (Hyatt, et al.,2000)
Klasifikasi
Iridovirus
Iridovirus merupakan DNA virus yang
diklasifikasikan ke dalam famili iridoviridae, dan dengan mikroskop elektron
virus ini terlihat berbentuk hexagonal atau icosahedral dengan diameter yang
bervariasi yaitu berkisar 120-240 nm, serta berkembang pada sitoplasma sel-sel
yang terinfeksi (Jhony dan Roza, 2009). Famili ini memiliki lima genera yaitu
Chloriridovirus, Iridovirus, Lymphocystivirus, Megalocytivirus, dan Ranavirus
(Murtiono et al., 2016).
Morfologi
Iridovirus
Iridovirus memiliki diameter virion 25
sampai 190 nm dan merupakan virus DNA sitoplasmik (Berthiaume et al., 1984).
Virion terbungkus oleh envelope di dalam plasma dan terdapat muatan elektron di
dalamnya (Chen et al., 2003). Virion iridovirus tersusun atas membran lemak
yang mengandung protein di dalamnya. Nukleus yang menginfeksi sel inang akan
melakukan transkripsi dan replikasi DNA virus di dalam sitoplasma dan akan
segera membentuk inclusion bodies (Eaton et al., 1991).
Habitat
dan Distribusi Iridovirus
Kasus akibat infeksi iridovirus telah
banyak dilaporkan terjadi di beberapa kawasan budidaya. Infeksi iridovirus
diketahui sebagai suatu penyakit yang mematikan pada budidaya jaring apung ikan
laut seperti kakap merah di Jepang dan ikan kerapu di Asia Tenggara
(Koesharyani et al., 2001) Penyakit akibat infeksi iridovirus dikenal dengan
nama ”Sleepy Grouper Disease” yang umumnya menginfeksi stadia fingerling sampai
ukuran siap jual (Murtiono, et al., 2016). Iridovirus akan mudah mereplikasi
diri pada suhu 20-25 oC (Lua et al., 2005).
Distribusi iridovirus antara lain pada
budidaya ikan kerapu lumpur di Sumatra Utara. Selain itu juga dilaporkan
menimbulkan kematian massal pada red sea bream, Pagrus major di Jepang, kerapu
malabar, Epinephelus malabaricus di Thailand, kerapu, Epinephelus sp di Taiwan
(Mahardika et al., 2004), brown-spotted grouper, E. tauvina di Singapura (Chua
et al, 1994). Bahkan terakhir dilaporkan terjadi di Sumatera Barat, dimana
jenis ikan yang terserang adalah kerapu bebek, C. altivelis dan mengakibatkan
kerugian hingga Rp. 2,8 Miliar (Sunarto, 2013).
Mekanisme
Infeksi Iridovirus
Organ target infeksi iridovirus adalah
organ pembentuk darah yaitu hemolimpa sehingga dengan cepat akan menginfeksi
ogan lain melalui peredaran darah. Masuknya iridovirus ke dalam inang dapat
melalui fagositosis dan endositosis, yang akan bergabung dengan lisosom.
Kemudian virus akan melakukan uncoated dan replikasi (Watson dan James, 1998).
Iridovirus yang memiliki envelope pertama kali menginfeksi inang melalui
membran sel, yang akan berguna untuk meningkatkan tingkat infeksi spesifik
virion tetapi envelope tidak akan muncul ketika virus menginfeksi membran
plasma (Valero et al., 2015). Infeksi iridovirus juga dapat terjadi secara
vertikal dan virus ditemukan di jaringan ovarium, sperma, telur yang terbuahi
dan larva. Virus terbawa oleh induk dan
menetap pada gonad dan beberapa organ seperti hati, ginjal, perut dan usus.
Replikasi virus akan terjadi ketika kondisi lingkungan sedang tidak stabil.
Infeksi iridovirus juga dapat terjadi secara horizontal yaitu virus masuk ke
inang melalui badan air (Breuil et al., 2002). Menurut Lucianus (2010),
replikasi virus terdiri dari 6 tahap yaitu:
1. Penempelan (adsorbsi).
Pada tahap ini receptor-binding
protein virus berikatan secara spesifik dengan reseptor pada permukaan sel
inang. Setelah virus berhasil menempel pada permukaan sel inang dilanjutkan
tahap penetrasi.
2. Penetrasi
Ada tiga jenis mekanisme penetrasi
yaitu fusi, endositosis, dan translokasi. Pada tahap penetrasi virus memasukkan
materi genetik kedalam sitoplasma sel inang dengan menggunakan kakinya.
3. Uncoating
Tahap uncoating terjadi di permukaan
sel dalam virus. Secara umum tahap ini merupakan proses enzimatis yang
menggunakan enzim lisosomal atau melibatkan pembentukan enzim baru. Pada tahap
pelepasan coat atau uncoating ini yang berperan adalah RNA 2. Pada tahap
uncoating asam nukleat virus terpisah dari coat proteinnya dan dilanjutkan ke
tahap biosintesa.
4. Biosintesa
Pada tahap biosintesa terdiri dari
produksi protein-protein struktural virus dan enzim-enzim serta replikasi genom
virus. Biosintesa dimulai dengan pembuatan mRNA. Masenger RNA ini akan di
translasi untuk membuat protein-protein struktural dan enzim-enzim yang
diperlukan oleh virus. Replikasi virus DNA terjadi di sitoplasma.
5. Maturasi (assembly)
Maturasi diawali dengan perakitan
protein kapsid yang diikuti dengan packaging genom virus. Tahap ini terjadi
penyusunan asam nukleat dan protein virus menjadi partikel virus utuh.
6. Pelepasan (release)
Virus yang ber envelope lepas melalui
budding atau membran plasma sel inang membentuk envelope virus. Sedangkan virus
yang non envelope lepas melalui rupture membran plasma sel inang yang
menyebabkan sel inang mati.
Mekanisme infeksi iridovirus adalah
melalui proses endocytosis (reseptor-mediated endocytosis). DNA virus masuk ke
dalam inti sel dan kemudian berkembang biak (perkembangan virus tahap pertama).
DNA virus selanjutnya keluar dari inti sel ke dalam sitoplasma melalui membrane
inti yang rusak atau pecah (rupture) dan berekembang biak di dalam VAS (Viral
Assembly Site) (masuk perkembangan virus tahap kedua). Di dalam sitoplasma sel
tersebut DNA virus akan membentuk partikel virus (Chao et al., 2005). Mekanisme
infeksi iridovirus disajikan pada Gambar Mekanisme Infeksi Iridovirus.
Gambar Mekanisme Infeksi Iridovirus
(Chincar, 2002)
Ikan kerapu cantang yang terinfeksi
iridovirus menunjukkan gejala klinis berupa nafsu makan berkurang bahkan hilang
diikuti dengan ikan tampak lemah dan berdiam di dasar bak dengan warna tubuh
agak gelap. Selanjutnya ikan akan berbaring atau tidur dengan satu sisi tubuh.
Bagian sisi bawah tubuh pucat dan warnanya hilang. Beberapa saat ikan-ikan
tersebut akan mengalami kematian (Mahardika dan Mastuti, 2013)
Penulis
Iddo Intheo Charistio
Fpik Universitas Brawijaya Angkatan 2014
Publisher
Gery Purnomo Aji Sutrisno
Fpik Universitas Brawijaya Angkatan 2015
DAFTAR
PUSTAKA
Mahardika, K., Zafran., D. Roza., F. Johnny
dan A. Prijono. (2002). Studi pendahuluan penggunaan vaksin iridovirus (inaktif
vaksin) pada juvenile kerapu lumpur, Epinephelus coioides. Laporan Hasil
Penelitian DIP 2002 Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, Gondol.
Mahardika, K dan I. Mastuti. 2013. Studi histopatologi: pembentukan sel sel membesar pada ikan kerapu setelah terinfeksi Megalocityvirus. Konferensi Akuakultur Indonesia. 1(1): 132-138.
Post a Comment for "Iridovirus; Klasifikasi, Morfologi, Habitat, Distribusi, Mekanisme Infeksi"