Sistem
Imun Non Spesifik
Ikan memiliki dua sistem pertahanan
yaitu sistem pertahanan alamiah (innate immunity) dan sistem pertahanan adaptif
(adaptive immunity). Kemampuan sistem imun non spesifik (innate immunity)
terdiri dari mekanisme pertahanan seluler dan humoral. Pertahanan seluler non
spesifik diperankan oleh monosit/makrofag, neutrophil/granulosit dan sel
cytotoxic non spesifik atau sel NK (natural killer). Sedangkan pertahanan
humoral non spesifik melibatkan lectins, enzim lytic (lisozyme, complement),
transferrin, ceruloplasmin, c-reactive protein dan interferon (Gusman, 2011).
Innate immunity adalah pertahanan
tubuh yang didapat karena adanya respons yang tidak spesifik dan merupakan
bagian dari sistem imun yang berfungsi sebagai barier terdepan pada awal
terjadinya infeksi penyakit. Perangkat imun yang berperan pada sistem imun
tidak spesifik adalah makrofag, eritrosit, sel assesoris, monosit, sel Natural
Killer (NK), sel-sel toksik dan sekresi lisosim. Efektor imunitas nonspesifik
utama terhadap bakteri intraselular adalah sel fagosit dan sel NK. Sel fagosit
menelan dan mencoba menghancurkan mikroba tersebut, namun mikroba dapat
resisten terhadap efek degradasi fagosit. Bakteri intraselular dapat
mengaktifkan sel NK secara langsung atau melalui aktivasi makrofag yang memproduksi
IL-12, sitokin poten yang mengaktifkan NK. Sel NK memproduksi IFN-ᵞ yang
kembali mengaktifkan makrofag dan meningkatkan daya membunuh bakteri yang
dimakan. Jadi, sel NK memberikan respons dini, dan terjadi interaksi antara sel
NK dan makrofag (Bintari. 2016).
Sistem
Imun Spesifik
Adaptive immunity atau sistem imun
spesifik merupakan sistem pertahanan tubuh lapis kedua, apabila innate immunity
tidak mampu mengeliminasi agen penyakit. Hal ini terjadi akibat fagosit tidak
mengenali agen infeksius. Penanggulangannya diperlukan molekul spesifik yang
akan berikatan langsung dengan agen infeksius yang dikenal dengan antibodi,
sehingga menstimulir proses fagositosis. Pada sistem imun spesifik, kekebalan
dapat ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya dengan stimulasi berulang
dari molekul asing yang sama. Sel yang berperan sebagai mediator pada proses
ini adalah sel limfosit yang mensintesis sel reseptor sesuai dengan antigen
determinan yang masuk. Proteksi utama respons imun spesifik terhadap bakteri
intraselular berupa imunitas selular. Imunitas selular dibagi menjadi dua tipe
reaksi, yaitu aktivasi makrofag oleh sel CD4+ Th1 yang memacu pembunuhan
mikroba dan lisis sel terinfeksi oleh CD8+ atau CTL (Bintari, 2016).
Pada sistem imun adaptive terdapat dua
mekanisme yaitu respon imun humoral diperantarai oleh antibodi yang diproduksi
oleh sel-sel limfosit B (atau biasa disebut dengan sel B). Antibodi akan
mengenali antigen-antigen mikrobia, menetralisirnya, dan mengeliminasi mikroba
tersebut dengan berbagai mekanisme efektor. Antibodi bersifat khusus (hanya
mengeliminasi target antigen yang dikenalinya). Tipe antibodi yang berbeda
dapat mengaktifkan mekanisme efektor yang berbeda pula. Adapun imunitas yang
adaptif seluler (cell-mediated immunity) diperantarai oleh sel T (limfosit T)
yang berperan dalam melakukan destruksi sel-sel yang terinfeksi mikroba secara
intraseluler (Gusman, 2011).
Penulis
Husna Nabilla Rodhyansyah
Fpik Universitas Brawijaya Angkatan
2014
Publisher
Gery Purnomo Aji Sutrisno
Fpik Universitas Brawijaya Angkatan
2015
Daftar
Pustaka
Bintari, I. G. 2016. Deteksi Aeromonas
hydrophila pada Ginjal Mencit (Mus musculus) dengan Teknik Imunohistokimia.
SKRIPSI. Universitas Airlangga: Surabaya.
Gusman, E. 2011. Sistem pertahanan tubuh
ikan: respon pertahanan adaptif, major histocompatibility complex (MHC),
resesptor sel T, sitokinin. Jurnal Harpodon Borneo. 4(1): 54-61.
Post a Comment for "Sistem Imun Ikan; Spesifik dan Non Spesifik"