1. JENIS BAKTERI DAN PARASIT
+cara
penanganan
2. KULTUR MIKROBIOLOGI
+Media adalah suatu substrat dimana mikroorganisme dapat tumbuh yang disesuaikan dengan lingkungan hidupnya.
+Media
kultur berdasarkan konsistensinya dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
-
Media
padat (solid media) mengandung agar-agar 1,2 –1,5%, biasanya dalam bentuk plate
agar (lempeng agar) atau slant agar (agar miring).
- Media semi padat
(semi solid media), mengandung agar-agar 0,6 – 0,75%, contohnya media SIM
(Sulfida, Indol, Motilitas) untuk pengamatan motilitas.
-
Media
cair (liquid media), tanpa mengandung bahan pemadat, contoh media Nutrien Broth
(NB), Lactose Broth (LB).
+Media
kultur berdasarkan bahan penyusunnya dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
-
Media
alami, terdiri dari bahan-bahan alami contohnya ekstrak kentang, sari wortel
dan ekstrak daging.
-
Media
sintensis (chemically defined media) terdiri dari bahan-bahan yang telah
diketahui komposisinya.
+teknik
pemindahan kultur mikroba
-
Penanaman
bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri
dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat
tinggi.
- Pada penanaman
bakteri umumnya diambil 3 pengenceran terakhir, sedangkan pada jamur hanya 2
pengenceran terakhir.
- Secara umum, metode
penanaman dapat dibedakan atas dua macam yaitu metode tuang (pour plate) dan
metode sebar (spread plate).
- Intinya metode tuang:
- Sampel dulu baru media
- Sampel 1 ml (1000 μl)
- Diratakan dengan membentuk angka 8 pada
cawan
- Intinya metode tebar:
- Media dulu baru sampel
- Sampel 0,1 ml (100 πl)
- Diratakan menggunakan triangle
- Pada penanaman
bakteri dapat digunakan metode tebar ataupun tuang bergantung pada bakteri
tersebut lebih cenderung hidup di bawah atau di permukaan media.
-
Intinya
penanaman di media TSB media dahulu baru sampel
+teknik
isolasi mikroba
-
Isolasi
adalah suatu cara pemindahan mikroorganisme dari media lama ke media baru untuk
mendapatkan biakan murni.
- Prinsip dari isolasi
mikroba: Memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari
campuran bermacam-macam mikroba.
- Isolat adalah hasil
dari isolasi.
- Inokulasi adalah
pemindahan mikroorganisme dari media (tempat) yang lama ke media yang baru.
- Inokulum adalah
mikroorganisme yang dipindahkan.
- Inokulat adalah hasil
dari inokulasi.
-
Contoh
metode isolasi: metode cawan gores yaitu dengan mengambil satu ose suspensi
bakteri kemudian digoreskan pada media uji serta dilakukan inkubasi pada suhu
35◦C.
+dasar
pewarnaan dari bakteri
+Pada
umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan karena banyak bakteri
yang tidak mempunyai zat warna, oleh karena itulah dilakukan pewarnaan pada mikroorganisme.
+Tujuan
dari pewarnaan adalah untuk mempermudah pengamatan bentuk sel bakteri,
memperluas ukuran jasad, mengamati struktur dalam dan luar sel bakteri, dan
melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik atau
kimia jazad dapat diketahui.
+Teknik
pewarnaan pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu pengecatan
sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan pengecatan
struktural.
+Pewarnaan
sederhana ialah pemberian warna pada bakteri atau jasad-jasad renik lain dengan
menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang
sudah difiksasi.
+Prosedur
pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel bakteri atau bagian-bagian
sel bakteri dinamakan pewarnaan diferensial.
+Sedangkan
pengecatan struktural hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan
bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengecatan endospora,
flagella dan pengecatan kapsul.
+Untuk
jenis bakteri tahan asam, ada beberapa teknik pewarnaan untuk mewarnai bakteri.
Salah satu jenis pewarnaan yang lazim digunakan adalah pewarnaan Ziehl- Neelsen.
Cara lainnya adalah pewarnaan Kinyoun-Gabett atau pewarnaan Than Thiam Hok.
Pada pewarnaan tersebut bakteri tampak berwarna merah dengan latar belakang
biru.
+Pada
pewarnaan fluorokrom bakteri berfluoresensi dengan warna kuning oranye (Muttaqin,
2008).
+Pemberian
nama metode Pewarnaan Gram didasarkan pada nama Hans Christian Gram, seorang
dokter Denmark yang mengembangkan suatu teknik pada akhir tahun 1800-an, untuk
membedakan antara dua jenis dinding sel bakteri yang berbeda.
+Pewarnaan
Gram merupakan pewarnaan diferensial. Pewarnaan Gram memilahkan bakteri menjadi
kelompok Gram positif dan negatif.
+Contoh
dari bakteri Gram positif ialah Staphylococcus aureus yang dapat menyebabkan
penyakit pada ikan dengan merusak organ ginjal, limpa, dan menyebabkan infeksi sekunder
pada ikan.
+Contoh
bakteri Gram negatif adalah Aeromonas hydrophila yang dapat mengakibatkan
infeksi pada ikan seperti septicaemia, hemoragi, ulcerasi dan menyebabkan kontaminasi
air.
+Sebagian
besar dinding sel bakteri Gram positif terdiri dari peptidoglikan, sedangkan dinding
sel bakteri Gram negatif mempunyai kandungan lipida yang tinggi dibandingkan dinding
sel bakteri Gram positif.
+Crystal
violet adalah pewarna triarylmethane. Pewarna ini digunakan sebagai histologis
noda dalam metode gram untuk klasifikasi bakteri.
+Larutan
lugol dimaksudkan untuk meningkatkan afinitas pengikatan zat warna oleh bakteri
sehingga pengikatan zat warna oleh bakteri menjadi lebih kuat. Setelah penambahan
larutan lugol zat warna akan lebih jelas terlihat dan zat warna lebih sulit
dilarutkan.
+Penambahan
zat warna kedua atau safranin tidak menyebabkan perubahan warna pada bakteri
Gram positif, karena persenyawaan kompleks kristal violet-yodium tetap terikat
pada dinding sel. Pada bakteri Gram negatif, penambahan safranin menyebabkan
sel bakteri berwarna merah, karena persenyawaan kompleks kristal violet-yodium larut
dan dinding sel kemudian mengikat zat warna kedua.
+Fungsi
zat warna safranin hanyalah sebagai pembeda (kontras) terhadap zat warna
kristal violet.
+Fiksasi
bertujuan untuk mematikan bakteri dan melekatkan sel bakteri pada objek glass
tanpa merusak struktur selnya. Fiksasi dapat dilakukan dengan cara melewatkan
preparat diatas api atau merendamnya dengan metanol.
+Fiksasi
digunakan untuk :
-
Mengamati bakteri karena sel bakteri lebih jelas terlihat setelah diwarnai
-
Melekatkan bakteri pada glass objek
-
Mematikan bakteri
-
Mengubah afinitas (daya ikat) zat warna
+Mekanisme
penyerapan warna gram positif
1.
Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan kandungan lipid yang
tipis.
2.
Ketika ditetesi kristal ungu, maka bakteri akan menyerap warna ungu tersebut dan
ketika ditetesi iodium maka warna ungu menjadi lebih kuat
3.
Selanjutnya ketika ditetesi etanol yang dapat melarutkan lemak sehingga menyebabkan
pori-pori (dinding sel) bakteri yang tebal menjadi mengkerut. Dari sini warna ungu
terjebak didalam dinding sel dan lapisan lemak tereduksi keluar. Langkah
selanjutnya saat ditetesi safranin yaitu sebagai pewarna sekunder, maka yang terjadi
adalah safranin tidak bisa terserap karena bakteri tersebut mengikat kompleks
zat warna kristal ungu. Dari sini dapat diketahui bahwa bakteri yang tumbuh
adalah bakteri gram positif.
+Mekanisme
Penyerapan Warna gram negatif
1.
Bakteri gram negatif memiliki dinding sel yang tipis dan kandungan lipid yang
tebal.
2.
Ketika ditetesi kristal ungu, maka bakteri akan menyerap warna ungu tersebut
dan ketika ditetesi iodium maka tidak memudarkan warna ungunya.
3.
Selanjutnya ditetesi etanol yang berakibat pada lemak yang tebal berekstraksi
sehingga kristal ungu ikut keluar karena pori-pori atau dinding sel terbuka
4. Saat
pori-pori terbuka ditetesi safranin yang berfungsi sebagai pewarna sekunder,
yaitu memberi warna merah sehingga bakteri berwarna merah karena mengikat zat
warna sekunder tersebut.
+Bakteri
gram negatif : Vibrio sp., Salmonella sp., Escherichia coli, Pseudomonas
aeruginosa, Mycobacterium spp.
+Bakteri
gram positif: Bacillus sp., Lactobacillus sp., Staphylococcus aureus, Streptococcus
3. JENIS LARUTAN DALAM PENGUJIAN BAKTERI
(CONTOH: LARUTAN KONTROL)
+Spiritus
: sebagai bahan bakar bunsen
+Alkohol
70% : sebagai bahan pengondisian aseptis
+Air
sampel : sebagai bahan yang akan dilakukan pengenceran dan penanaman
+PDA :
sebagai media penanaman jamur
+TSA :
sebagai media penanaman bakteri
+TSB :
sebagai media penanaman bakteri
+NaCl :
sebagai bahan pembuatan Natrium Fisologis steril
+Spirtus
: sebagai bahan bunsen untuk tindakan aseptis
+Air :
sebagai pembersih alat-alat yang telah digunakan
+Alkohol
70% : sebagai larutan pengkondisian aseptis
+Kristal
ungu : sebagai pewarna primer
+Iodium
: sebagai mengintensifkan warna kristal ungu
+Alkohol
70% : sebagai melarutkan lemak
+Safranin
: sebagai pewarna sekunder
+Aquades
: sebagai pembilas sisa-sisa pewarnaan
+Spiritus
: sebagai fiksasi dan pengkondisian aseptis
+Alkohol
70% : sebagai pembersih alat
4. METODE PEMBELAHAN SEL (PROKARIOTIK,
MITOSIS)
1. Pembelahan prokariotik
Proses pembelahan sel pada organisme prokariot
dikenal juga sebagai fisi biner (binary fission). Karena sifat organisme
prokariot yang sangat sederhana dengan hanya satu membrane dan tidak ada
pembagian internal, proses pembelahan pada prokariot sekadar mereplikasi atau
meniru DNA-nya dan memisah jadi dua bagian.
2. Pembelahan mitosis
Proses pembelahan mitosis menghasilkan sel dengan
susunan genetika yang sama persis dengan susunan genetika sel induk. Proses
pembelahan mitosis terjadi pada seluruh sel tubuh (somasis), kecuali pada sel
kelamin alias gamet.
Pada tumbuhan, proses pembelahan sel mitosis
terjadi pada jaringan meristem. Contohnya pada ujung tunas batang atau ujung
akar. Dalam prosesnya, terdapat 4 (empat) fase pembelahan yang terjadi. Akan
tetapi, sebelumnya telah terjadi fase interface terlebih dahulu, yaitu fase
ketika inti sel dan anak inti sel dapat terlihat dengan jelas.
Keempat fase atau tahapan dalam proses pembelahan mitosis adalah sebagai berikut:
+Profase, yaitu proses perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan nukleus saat benang-benang kromatin memendek serta menebal menjadi kromosom.
+Metafase, yaitu fase di mana kromatid bergerak menuju bagian tengah inti sel untuk membentuk lempeng metafase.
+Anafase, yaitu fase di mana kromatid memisahkan diri dengan bagian sentromer untuk membentuk kromosom baru.
+Telofase, yaitu fase di mana kromosom berubah jadi benang kromatin, sedangkan nukleus dan membrane inti terbentuk kembali. Pada tahap ini, sel baru yang identik telah terbentuk.
3. Pembelahan meiosis
Lain dengan pembelahan mitosis, pembelahan sel
meiosis terjadi justru hanya pada organ kelamin. Proses pembelahan ini
bertujuan menghasilkan sel gamet untuk bereproduksi, yaitu sel telur dan sel
sperma. Proses pembelahan meiosis sendiri terjadi dua kali, Detikers.
Masing-masing kemudian dikenal dengan istilah meiosis I dan meiosis II.
Pada proses meiosis I, proses ini dilakukan untuk
memisahkan kromosom yang sama (homologous chromosome). Adanya kromosom
homologus dalam sebuah sel merepresentasikan dua alel dari masing-masing gen
yang dimiliki oleh sebuah organisme. Kedua alel tersebut dikombinasi ulang dan
dipisahkan, sehingga sel anak yang dihasilkan hanya akan memiliki satu alel
untuk masing-masing gen, serta tidak ada pasangan homologus kromosom.
Sedangkan pada proses meiosis II, proses ini
memisahkan dua salinan DNA, dengan cara yang mirip seperti dalam proses
pembelahan sel mitosis. Hasil akhir dari pembelahan meiosis adalah empat sel
dari satu sel, dan masing-masing hanya memiliki separuh kromosom induknya,
alias hanya satu salinan dari genom induk.
5. RNA DAN DNA
6. SOAL KE TUPOKSI JABATAN
+Undang" Fungsional Keskanling
7. HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL
POINT)
HACCP
adalah suatu alat yang digunakan untuk menilai tingkat bahaya, memperkirakan
kemungkinan risiko dan menetapkan ukuran yang tepat dalam pengawasan. Ukuran
adalah nilai atau ketentuan yang digunakan dalam pengawasan untuk pencegahan
dan pengendalian proses dari suatu produk (Suklan, 1998). HACCP diterapkan pada
seluruh mata rantai proses pengolahan produk pakan (Thaheer, 2005). Keamanan
penting bagi produk pakan karena keamanan sangat dipertimbangkan dalam hal
konsumsi. Produk pakan untuk dapat diproduksi dengan aman, perlu menggunakan
standar-standar keamanan pakan (Badan Standarisasi Nasional, 1998).
HACCP
telah diuji coba pada industri pengolah pakan, industri perhotelan, dan
industri penyedia makanan yang beroperasi di jalanan (street food vendors).
HACCP juga telah diuji coba pada rumah tangga di beberapa negara, misalnya,
Republik Dominika, Peru, Pakistan, Malaysia dan Zambia. HACCP menjadi semakin populer
di kalangan industri dan jasa pengolah pakan sebagai penjamin keamanan pakan
(food safety assurance) setelah diadopsi dan diakui secara resmi oleh Badan
konsultansi WHO (Codex Alimentarius Commission, 1991). Bryan (1995) berpendapat
bahwa sistem HACCP dalam industri pengolahan pangan dan pakan sebagai sistem
penjamin keamanan mempunyai kegunaan dalam beberapa hal yaitu sebagai berikut:
· Mencegah penarikan produk yang dihasilkan
· Mencegah penutupan pabrik
· Meningkatkan jaminan keamanan produk
· Pembenahan dan pembersihan pabrik
· Mencegah kehilangan pelanggan atau pasar
· Meningkatkan kepercayaan konsumen
· Mencegah pemborosan biaya atau kerugian yang
mungkin timbul karena masalah keamanan produk
2.2
Prinsip-prinsip HACCP
HACCP
dirancang dengan mengikuti prinsip-prinsip HACCP. Prinsip HACCP terdiri atas tujuh prinsip
(Prasetyo, 2000). Prinsip-prinsip HACCP ditampilkan sebagai berikut:
· Prinsip 1, mengidentifikasi potensi bahaya
yang berhubungan dengan produksi pakan pada semua tahapan, mulai dari usaha
tani, penanganan, pengolahan di pabrik dan distribusi sampai kepada titik
produk pakan dikonsumsi. Prinsip ini menilai kemungkinan terjadinya bahaya dan
menenjelasakan penyebab bahaya terjadi. Bahaya yang dimaksud adalah bahaya yang
dapat menyebabkan pakan menjadi tidak baik untuk dikonsumsi, contoh bahaya
yaitu kandungan yang berlebih, kandungan yang kurang, kontaminasi, kadaluwarsa,
dan lain sebagainya.
· Prinsip 2, menentukan titik atau tahap
operasional yang dapat dikendalikan untuk menghilangkan bahaya atau mengurangi
kemungkinan terjadinya bahaya tersebut (CCP atau Critical Control Point). CCP
berarti setiap tahapan di dalam produksi pakan atau pabrik yang dapat meliputi
sejak diterimanya bahan baku, diproduksi, panen, diangkut, formulasi, diolah, disimpan
dan lain sebagainya.
· Prinsip 3, menetapkan batas kritis (CL atau
Critical Limits) yang harus dicapai untuk menjamin bahwa CCP berada dalam
kendali.
· Prinsip 4, menetapkan sistem pemantauan
(monitoring) dari CCP dengan cara pengujian dan pengamatan.
· Prinsip 5, menetapkan tindakan perbaikan
yang dilaksanakan jika hasil pemantauan menunjukkan bahwa CCP tertentu tidak
terkendali.
· Prinsip 6, menetapkan prosedur verifikasi
yang mencakup dari pengujian tambahan dan prosedur penyesuaian yang menyatakan
bahwa sistem HACCP berjalan efektif.
· Prinsip 7, membangun dokumentasi mengenai
semua prosedur dan pencatatan yang tepat untuk prinsip-prinsip ini dan
penerapannya, dokumentasi ini untuk meyakinkan bahwa sistem tetap
berkesinambungan dalam jangka panjang
2.3
Identifikasi Bahaya
Identifikasi
bahaya merupakan cara untuk mengetahui kemungkinan adanya risiko bahaya yang
tidak dapat diterima. Bahaya yang dimaksud adalah segala macam aspek mata
rantai produksi pakan yang tidak dapat diterima karena tidak sesuai standar dan
dapat menyebabkan masalah keamanan pakan. Bahaya dapat dibagi menjadi tiga
jenis yaitu bahaya biolog, bahaya kimia, dan bahaya secara fisik. Bahaya salah
satunya dapat berupa kontaminasi pada bahan baku, produk setengah jadi dan
produk jadi (Bryan, 1995). Penjelasan bahaya biologi, kimia dan fisik sebagai
berikut.
· Bahaya biologi, berasal dari mikroorganisme
yang bersifat pathogen atau berbahaya seperti bakteri seperti E. coli,
Clostorium botulinum, Salmonella spp, Staphilococcus Aureus, dan Vibrio
Cholerae.
· Bahaya kimia, bahan kimia seperti pada
obat-obatan yang dapat menyebabkan keracunan, alergi dan gangguan syaraf.
Bahan-bahan kimia yang tidak sengaja ditambahkan seperti pestisida, fungisida,
herbisida, pupuk, antibiotika, pelumas, cat, pembersih, air raksa, dan
lain-lain dapat menyebabkan keracunan dan bahkan krematian.
· Bahaya fisik, berasal dari adanya
benda-benda seperti pecahan gelas atau kaca, logam (peniti, klip, stapler,
dll), potongan kayu, serpihan plastik, tulang atau duri, dan lain sebagainya.
Bahaya fisik menurut Adams dan Motarjemi (2004) pada hampir setiap tahap
produksi, makanan dapat terkontaminasi dengan bahan asing yang dapat menjadi
bahaya fisik.
2.4
Critical Control Point (CCP)
CCP adalah langkah dimana pengendalian dapat
diterapkan dan diperlukan untuk menghilangkan bahaya atau menguranginya sampai
titik aman (Bryan, 1995). CCP dapat berupa bahan mentah, lokasi, praktek,
prosedur atau pengolahan dimana pengendalian dapat diterapkan untuk mencegah
atau mengurangi bahaya. Titik-titik penerapan tindakan pencegahan yang telah
ditetapkan diuji dengan menggunakan decision tree untuk menentukan CCP.
Decision tree berisi urutan pertanyaan mengenai bahaya yang mungkin muncul
dalam suatu langkah proses. Decision tree tidak hanya pada proses tetapi juga dapat
diaplikasikan pada bahan baku untuk mengidentifikasi bahan baku yang sensitif
terhadap bahaya atau untuk menghindari kontaminasi. CCP dapat digunakan untuk
mengendalikan satu atau beberapa bahaya, misalnya suatu CCP secara bersama-sama
dapat dikendalikan untuk mengurangi bahaya fisika dan bahaya biologis.
Post a Comment for "Keskanling8"