1. AEROMONAS HYDROPHILA
Penyebab
:
Aeromonas hydrophila.
Organisme yang diserang :
Semua ikan tawar, dan terkadang payau. Umumnya menyerang ikan air tawar.
Gejala
klinis :
Munculnya borok (ulcer), dropsy /
kembung, iritasi sirip, sisik menguak, infeksi bakteri ini dapat menimbulkan
penyakit dengan gejala-gejala diantaranya yaitu kulit mudah terkelupas, bercak
merah pada seluruh tubuh, insang berwarna suram atau kebiruan, exopthalmia
(bola mata menonjol keluar), pendarahan sirip punggung, dan hilang nafsu makan.
Ikan yang terinfeksi ini biasanya akan mati dalam waktu satu minggu.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Pengendaliannya adalah dengan
menaikkan suhu, mengganti air segar dan meningkatkan kualitas lingkungan.
Sementara pengobatan dengan garam dapur 1.000–2.000 ppm selama 24 jam atau
10.000 ppm selama 20 menit. Prosedur terapi yang dapat dilakukan untuk
menangani serangan bakteri ini bisa dengan menggunakan antibiotik yang tersedia
di pasaran (Enrofloksasin, Oksitetrasiklin) ataupun terapi herbal (bawang
putih, daun ketapang, daun kelor, daun kirinyuh). Sedangkan untuk tindakan
pencegahan juga dapat dilakukan dengan vaksinasi anti A. hydrophila, serta
pemberian probiotik anti A. hydrophila.
2. PSEUDOMONAS SP.
Penyebab
:
Pseudomonas
septicemia, Pseudomonas anguilliseptica, Pseudomonas Chlororaphis, dan
Pseudomonas Fluorescens.
Organisme
yang diserang :
ikan air tawar (Onchorynchus rhodurus), ikan silver
carp (Hypophthalmichthys molitrix),
Bighead (Aristichthys nobilis), ikan mas (Carassius auratus), tench (Tinca
tinca), grass carp (Ctenopharyngodon idella) dan black carp (Mylopharyngodon piceus), belut dan sidat.
Gejala
Klinis :
Pseudomonas
anguilliseptica : penyebab penyakit bintik merah (red
spot pada belut dan sidat), hemoragi pada kulit daerah mulut, operculum dan
ventral tubuh. Kemerahan pada sirip. Pseudomonas Chlororaphis : Penyebab
kematian massal ikan air tawar (Onchorynchus
rhodurus) di jepang, bengkak pada abdomen disertai cairan asites dan
hemoragi pada permukaan tubuh. Pseudomonas Fluorescens : patogen air
tawar, penyebab penyakit pada ikan silver
carp (Hypophthalmichthys molitrix),
Bighead (Aristichthys nobilis), ikan mas (Carassius auratus), tench (Tinca
tinca), grass carp (Ctenopharyngodon idella) dan black carp (Mylopharyngodon piceus), Penyebab infeksi sekunder dan patogenitas
rendah, bagian yang diserang sirip dan ekor sehingga terjadi erosi, serangan
menyebabkan kematian massal, dimana terjadi lesi hemoragik pada kulit dan dasar
sirip dan hemoragi petechial terlihat jelas pada insang, ginjal, hati, dan pada
lumen dan submukosa usus.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Manajemen kualitas air yang baik.
3. PENYAKIT TUBERCULOSIS
Penyebab
:
Mycobacterium fortoitum.
Organisme
yang diserang :
Ikan laut dan tawar.
Gejala
Klinis :
Tubuh ikan menjadi berwarna lebih
gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil pada hati, ginjal, dan limpa).
Ikan cenderung berada di permukaan air dengan posisi kepala mengarah ke
atas/bawah, berputar-putar atau miring-miring, terdapat bintik putih di sekitar
mulut dan sirip, terlihat ada exopthalmia, pembengkakan vena, dan luka tubuh.
Ikan yang terserang tuberkulosis akan mengalami kerusakan organ dalam, kurus,
dan kemudian mati. Ikan dewasa yang terserang tidak menampakkan tanda
perkembangan seksual sekunder, pertumbuhan lambat, warna pucat tidak indah
terutama ikan hias. Lordosis, skoliosis, ulser dan rusaknya sirip
(patah-patah).
Pencegahan
/ Pengobatan :
Memperbaiki kualitas air dan
lingkungan kolam, tindakan pengobatan menggunakan Terramycin yang dicampur ke
pakan. Dosis 5-7,5 g/100 kg ikan/hari. Lama pengobatan 5-15 hari.
4. ULSER (ULCER)
Penyebab
:
Infeksi sistemik kronis dari golongan
bakteri Aeromonas, Pseudomonas, Myobakter,
Vibrio.
Organisme
yang diserang :
Ikan tawar dan laut.
Gejala
Klinis :
Munculnya borok atau luka terbuka pada
tubuh. Sering pula borok disertai memerahnya pinggiran borok. Ulser dapat
memicu infeksi sekunder terutama infeksi jamur, dropsi, kembung, kurus, atau
mata menonjol (pop eye). Ulser terjadi karena adanya nekrosis di bagian kulit.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Cegah stres pada ikan dengan cara
meningkatkan kualitas media budidaya. Apabila sudah terserang, ikan segera
direndam dalam larutan garam selama beberapa hari. Konsentrasi garam yang
digunakan 3-5 ppm. Ulser ringan masih bisa diobati menggunakan obat-obatan
antiulser atau antibakteri sistemik. Bila tingkat serangan lebih tinggi
sebaiknya gunakan antibiotik Oxytetracycline secara oral melalui pakan,
perendaman, atau disuntikan.
5. NOCARDIA
Penyebab
:
Bakteri Nocardia (Gram positif)
Organisme
yang diserang :
Ikan laut dan Tawar.
Gejala
Klinis :
Ikan yang terserang Nocardiosis akan tampak kurus dan kehilangan warna. Pada serangan yang lebih lanjut akan muncul gejala eksternal seperti terdapat lesi pada kulit, terdapat nodul, ulcer pada kulit, pembengkakan daerah yang terserang berisi bakteri dan tampak seperti tumor, erosai pada operkulum dan nekrosis pada filamen insang. Pada insang ekor kuning terlihat seperti tuberculosis insang, sedang pada neon tetra terjadi benjolan (ulcer) pada permukaan tubuh, ikan lemah dan nafsu makan menurun. (Pusat Karantina Ikan, 2012)
Pencegahan
/ Pengobatan :
Cegah stres pada ikan dengan cara
meningkatkan kualitas media budidaya.
6. EDWARDSIELLA TARDA
Penyebab
:
Edwardsiella
tarda (Gram negatif).
Organisme
yang diserang :
Menyerang ikan mas dan lele.
Gejala
Klinis :
Luka-Luka kecil berukuran 3-5 mm. Luka
berada di samping bagian belakang badan (Posterio-lateral).
Bila tidak segera diobati, luka ini menjadi bernanah dan menyebar ke dalam otot
rusuk dan lambung. Luka bernanah secara cepat bertambah besar ukurannya dan
membentuk rongga berisi udara. Terlihat bentuk cembung, menyebar ke seluruh
tubuh. Ikan tampak pucat karena kehilangan warna dan timbul luka-luka yang
merata di seluruh tubuh. Jika digores, bau busuk (H2S) tersebar. Ciri lainnya
adalah perutnya membesar dan terdapt pendarahan di bagian anus. Posisi anus
tertekan ke dalam. Terlihat bintil putih berukuran kecil pada insang, ginjal,
limfa, dan anus.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Manajemen kolam yang baik, dan cegah
stres pada ikan dengan cara meningkatkan kualitas media budidaya.
7. STREPTOCOCCUS
Penyebab
:
Streptococcus
spp. (Gram positif).
Organisme
yang diserang :
Menyerang ikan tawar dan laut: Ikan
ekor kuning, tilapia, sidat, rainbow trout, channel catfish, golden shiner,
lele, silver trout, dan mullet.
Gejala
Klinis :
Perut menggembung, mata menonjol,
pendarahan pada mata, tutup insang, dan pangkal ekor, warna ikan menjadi lebih
gelap, dan gerakan berenang ikan menjadi tidak berarah, ikan menjadi lemah
karena sel darah merah rusak. Pada beberapa kasus terdapat exopthalmia dan hemoragik pada kelopak mata.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Manajemen kolam yang baik, dan cegah
stres pada ikan dengan cara meningkatkan kualitas media budidaya.
8. PASTEURELLA
Penyebab
:
Pasteurella
piscicida (Gram negatif).
Organisme
yang diserang :
Menyerang ikan laut yellow tail, striped bass, red bream,
dan black bream.
Gejala
Klinis :
Pada kasus kronis gejala penyakit
badan menjadi gelap dan sedikit pendarahan (hemorhagik) di sekitar opercula dan
sirip.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Manajemen kolam yang baik, dan cegah
stres pada ikan dengan cara meningkatkan kualitas media budidaya.
9. YERSINIA RUCKERI (RED MOUTH DISEASE)
Penyebab
:
Yersinia
ruckeri (Gram negatif).
Organisme
yang diserang :
Menyerang ikan laut dan tawar.
Gejala
Klinis :
Penyakit red mouth disease, warna merah pada mulut dan kerongkongan, pembengkakan
dan erosi pada rahang, kulit menjadi berwarna kehitaman, terjadi pendarahan
pada pangkal sirip, mata menonjol dan kondisi ikan lemah.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Manajemen kolam yang baik, dan cegah
stres pada ikan dengan cara meningkatkan kualitas media budidaya.
10.
STREPTOMYCES
Penyebab
:
Streptomyces.
Organisme
yang diserang :
Ikan tawar dan laut, juga bisa kuda
laut.
Gejala
Klinis :
Menginfeksi hati dan ginjal ikan,
nekrosis sepanjang usus.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Manajemen kolam yang baik, dan cegah
stres pada ikan dengan cara meningkatkan kualitas media budidaya.
11.
BUSUK MULUT (MOUTH FUNGUS)
Penyebab
:
Flexibacter
columnaris (Gram negatif). Busuk mulut merupakan
penyakit yang sering dialami ikan.
Organisme
yang diserang :
Ikan tawar dan laut.
Gejala
Klinis :
Tanda utama yaitu busuk mulut,
munculnya memar putih atau abu-abu di sekitar kepala, sirip, insang dan rongga
mulut. Memar kemudian berkembang menjadi bentukan berupa kapas berwarna putih
kelabu, khususnya di sekitar mulut.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Langkah tepat untuk mencegah adalah
mengurangi kemungkinan terjadinya peningkatan kandungan amonia dan nitrit di
media budidaya. Penggunaan filter biologis akan membantu mencegah meningkatnya
kedua senyawa tersebut. Penurunan kesadahan juga dapat menurunkan serangan yang
senang hidup di perairan dengan kesadahan tinggi. Hal yang sama dapat dilakukan
dengan menurunkan pH hingga dibawah 6.
12.
BUSUK SIRIP EKOR (FIN ROT)
Penyebab
:
Aeromonas
sp, Mycobacterium sp,
Pseudomonas sp, Vibrio sp.
Organisme
yang diserang :
Ikan air tawar, Air laut.
Gejala
Klinis :
Menyerang sirip ekor, sehingga
menyebabkan luka dan pengelupasan kulit. Luka yang terjadi pada ikan menjadi
pemicu bakteri lain melakukan infeksi sekunder. Ikan yang terserang akan
mengalami kerusakan di bagian tepi siripnya karena terkikis secara teratur
hingga tersisa bagian pangkalnya saja.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Pencegahan dapat dilakukan dengan
mengganti air secara teratur agar kualitasnya terjaga. Lakukan pengukuran
ammonia, nitrat, dan nitrit secara kontinu. Penyakit bisa disembuhkan dengan
menggunakan obat antimikroba: Nitrofurazon, Suplhonamide, Neomycin sulfat,
Chlorampenicol.
13.
COLUMNARIS (FLEXIBACTER COLUMNARIS) / TAIL AND FIN ROT
Penyebab
:
Flexiabacter columnaris
Organisme
yang diserang:
Ikan Lele.
Gejala
Klinis :
Membentuk bintik putih dan abu-abu di
bagian kepala, sekitar sirip, atau insang. Pada awalnya, lecet terlihat hanya
berupa daerah pucat yang akan menjadi kekuningan atau kecoklatan dan daerah
sekitar lecet menjadi kemerahan. Ikan yang terserang terdapat bintik putih di
bagian mulut, sisik, dan sirip, kerusakan mulut, sirip rontok dimulai dari
bagian tepi, luka di sekitar sirip punggung, dan jamur adalah infeksi sekunder.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Mengganti air secara rutin,
membersihkan pasir di dasar media budidaya, menambahkan garam, mengobati dengan
tembaga sulfat maupun antibiotik seperti Acriflavin, Furan, dan Terramycin,
serta tidak menggunakan filter karbon selama pengobatan.
14.
PENYAKIT FURUNCULOSIS
Penyebab
:
Aeromonas salmonicida. (Gram negatif)
Organisme
yang diserang:
Ikan tawar, payau, laut.
Gejala
Klinis :
Luka yang khas yaitu nekrosis otot,
pembengkakan di bawah kulit, dengan luka terbuka berisi nanah, dan jaringan
yang rusak membentuk cekungan di puncak luka. Ikan yang terinfeksi berat (akut)
akan mati 2-3 hari sejak serangan.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Manajemen kualitas air yang baik.
15.
BACTERIAL GILL DISEASE
Penyebab
:
Flexiabacter columnaris, Flexiabacter
psychrophilus, Cytophagy Psychrophila dan berbagai spesies Flavobacterium.
Organisme
yang diserang:
Hampir semua jenis ikan, dan yang
paling sering adalah larva ikan.
Gejala
Klinis :
Ikan menjadi anorectic menuju ke arah
aliran air masuk yang kaya akan oksigen, produksi lendir dan efitel secara
berlebihan di insang menunjukkan perlunya pengamatan lebih teliti menggunakan
mikroskop. Luka yang terjadi pada insang menunjukkan telah terjadi serangan
yang sudah parah.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Mengurangi padat penebaran ikan yang
dibudidayakan, akumulasi produk metabolit, kandungan bahan organik, dan
peningkatan suhu media budidaya.
16.
MYCOBACTERIOSIS
Penyebab
:
Mycobacterium spp. (Gram positif).
Spesies bakteri yang dapat menginfeksi ikan dengan ciri sama: Mycobacterium
marinum (air laut), Mycobacterium foruitum (air tawar), Mycobacterium chelonei.
Organisme
yang diserang:
Di Indonesia menginfeksi ikan hias dan
gurame (Osphronemus gouramy) dan cupang.
Gejala
Klinis :
Lecet (lesi) seperti cacar, bercak merah kulit, ikan
terlihat lemah, terjadi pembengkakan pada kulit, mata terlihat menonjol
(exophthalmia), lesi dan borok di beberapa bagian tubuh, lordosis, skoliosis, ulser dan rusaknya sirip.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Vaksin anti Mycobacterium, Desinfeksi sarana budidaya, Immunostimulan Vit. C, Pengobatan Herbal dengan tanaman: Kipahit, Kirinyuh.
17.
VIBRIOSIS
Penyebab
:
Vibrio spp. (Gram negatif).
Organisme
yang diserang:
Inang utama adalah ikan laut, juga
ditemukan pada organisme invertebrata dan benthos.
Gejala
Klinis :
Anorexia, warna tubuh berubah gelap,
warna insang memucat. Infeksi akut menyebabkan tubuh ikan membengkak dan luka
pada kulit yang mengeluarkan nanah. Apabila mengalami infeksi kronik, akan
terbentuk granuloma dan pendarahan di rongga perut.
- Borok (ulcer) pada otot dan badan, pendarahan, ikan seperti direbus (Maftuch dan Syamsudin Dalimunthe, 2012).
Pencegahan
/ Pengobatan :
Penggunaan ikan berkualitas,
diharapkan dapat mencegah serangan penyakit karena ikan memiliki ketahanan
terhadap infeksi. Vaksinasi juga dapat dilakukan terhadap ikan untuk
meningkatkan ketahanan terhadap serangan vibriosis.
18.
PENYAKIT VELVET (INFEKSI KULIT KEPALA IKAN)
Penyebab
:
Bakteri Oodinium sp.
Organisme
yang diserang:
Ikan tawar dan laut.
Gejala
Klinis :
Velvet adalah penyakit infeksi pada
kulit yang dapat menyebar dalam waktu singkat. Pada saat ikan berenang menuju
ke arah cahaya, bakteri Oodinium sp. akan terlihat sebagai sebuah cahaya
berkilau yang terdapat pada sisik ikan. Gejala penyakit ini sulit terlihat
kecuali sudah sampai pada tahap lanjut. Pada bagian kulitnya terlihat ada garis
seperti goresan yang disebabkan oleh benda tajam. Goresan ini akan lebih mudah
dilihat pada ikan yang tubuhnya berwarna gelap daripada yang berwarna terang.
Ketika serangan penyakit sudah berada pada tahap lanjut, ikan akan mengurangi
gerakan sehingga terlihat semakin lama semakin melemah.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Merendam dalam larutan garam
berkonsentrasi 10g per liter air. Perendaman dapat diulang setiap 3 hari sampai
ikan sembuh. Selama pengobatan, ikan diberi pakan alami untuk meningkatkan
kondisi tubuhnya.
19.
ENTERIC SEPTICEMIA OF CATFISH (ESC)
Penyebab :
Edwardsiella
ictalurii.
Organisme yang
diserang :
Pada awalnya menginfeksi ikan cannel catfish, namun belakangan diketahui dapat menginfeksi jenis ikan lain seperti: lele, patin, dan sidat. Secara eksperimental, beberapa jenis ikan: trout, nila, salmon dan ikan hias juga dapat terinfeksi (Taukhid et al., 2018).
Gejala klinis :
- Lemah, hilang nafsu makan, warna
insang pucat, terkadang mata meninjol dan / atau perut bengkak (dropsy);
- Sering ditemukan adanya petechiae
(bintik-bintik merah) pada bagian tubuh yang tidak berpigmen (di bawah dagu,
perut atau di pangkal sirip);
- Berenang di permukaan air atau di
tepi kolam dengan kepala mengarah ke atas;
- Sebelum mati, biasanya ikan berenang
kejang dan/atau berenang berputar seperti spiral;
- Terdapat bercak-bercak putih pada
organ dalam (hati, limfa, ginjal, dll).
Pencegahan
/ Pengobatan :
- Vaksinasi anti E. Ictaluri.
- Desinfeksi sarana budidaya sebelum
dan selama proses pemeliharaan ikan.
- Pemberian unsur immunostimulan
Vitamin C.
- Menghindari stress (fisik, kimia,
biologi);
- Perbaiki kualitas air, mengurangi
kadar bahan organik terlarut atau meningkatkan frekuensi penggantian air baru;
- Pengelolaan kesehatan ikan secara
terpadu (ikan, lingkungan dan patogen).
20. PHOTOBACTERIOSIS
Penyebab
:
Bakteri Photobacterium damsalae subsp. piscicida
(Phdp). Photobacterium dari famili Vibrionaceae.
Organisme
yang diserang :
Ikan laut di Eropa, Jepang, dan
wilayah Mediterania.
Gejala
klinis :
Penggelapan warna tubuh, lesu,
perilaku berenang tidak menentu, kehilangan nafsu makan, lesi ulseratif pada
kulit, hemoragi pada mulut, hemoragi pada operkulum, hemoragi pada sirip
pektoral, mata, otot, serta fraktur sirip.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Sanitasi kolam yang baik, pemberian
desinfektan air, seleksi pembibitan secara genetik yang resistan
photobacteriosis, pemberian probiotik, vaksin.
21. PENYAKIT
BACTERIAL KIDNEY DISEASE (BKD)
Penyebab
:
Bakteri Renibacterium salmoninarum.
Organisme
yang diserang :
Ikan salmon.
Gejala
klinis :
Warna kulit gelap, hemoragi di sekitar
sirip dan anus pada ikan brook trout, lesi kulit dengan lepuh superfisial dan
pembentukan kavitasi yang berisi cairan putih kekuningan, dan terdapat lesi
mata, insang pucat, opasitas kornea.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Sanitasi rutin, memisahkan ikan
berdasarkan umur, menghindari kontak dengan akuakultur lain, pemusnahan ikan
sakit, menggunakan induk yang bebas dari R. salmoninarum dan pengawasan terus
menerus terhadap induk sehat.
Penulis
Gery Purnomo Aji Sutrisno, S.Pi.
Daftar Pustaka:
Afrianto, Eddy., Evi Liviawaty., Zafran Jamaris., Hendi. 2015. Penyakit Ikan. Penebar Swadaya: Cibubur, Jakarta Timur.
Maftuch dan Syamsudin Dalimunthe. 2012. Penyakit Hewan Akuakultur. UB Press. 153 Halaman.
Qosimah, Dahliatul., Maftuch., Herawati, dan
Husnul Khotimah. 2020. Pengendalian & Diagnosis Penyakit Ikan Kausa Bakteri
dan Jamur. UB Press. 147 Halaman.
Taukhid., Angela Mariana Lusiastuti., Mukti Sri Hastuti., Andi Rahman., Dyah Setyowati., Desy Sugiani., dan Aniek Suryani Sukowati. 2018. Buku Saku Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.Direktorat Kawasan Kesehatan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan. 234 Halaman.
Post a Comment for "Penyakit Bakteri Ikan; Penyebab, Gejala Klinis, Pencegahan / Pengobatan"